Menjadi Agen I

1354 Words
16 Oktober 2018 Dua hari sudah aku menghilang dari Red Coffee, dan selama dua hari itu juga kak Nova sama sekali tidak menghubungiku. Entahlah, aku rasa kak Nova sudah menganggap aku gugur di dalam tugas karena aku pingsan di atas arena. Pikiranku cukup kalut kali ini, karena aku berpikir jika kak Nova menganggap aku gagal menjalankan misi pertamaku sebagai agen The barista. Aku sudah tidak memiliki semangat lagi pagi ini. Kemarin, yang aku pikirkan hanyalah bagaimana aku bisa meloloskan diri dari tempat tinggal Nugraha. Beruntung ternyata Nugraha tidak sejahat yang aku kira. Dia masih membiarkanku pergi dari sana. Saat aku keluar dari tempat tinggal Nugraha, aku sempat memeriksa diriku, apakah ada pelacak yang terpasang pada diriku atau tidak. Tetapi aku sudah memeriksa setiap sudut dari pakaian dan barang yang aku bawa berkali-kali, dan aku yakin jika tidak ada pelacak yang terpasang pada diriku. Aku termenung di dalam apartemenku mulai dari matahari masih berada di ufuk timur hingga matahari sudah berada di atas kepala. Rasanya sangat malas aku rasakan, sehingga aku merasa tidak ingin datang lagi ke kedai. Rasa benci dan kecewa aku rasakan sangat pekat bersarang di dalam kepalaku. "Kak Nova, kenapa kau tidak menghubungiku sama sekali? Apakah kau tidak mengkhawatirkan agen yang baru kau rekrut ini? Kau rela kehilangan seorang agen yang bahkan kau sendiri mempertaruhkan banyak hal untuk membuat dia masuk ke The Barista?" Pikiran buruk itu terus saja menghampiriku sepanjang hari. Saat matahari sudah mulai bergeser ke barat, aku bulatkan tekadku untuk datang ke kedai demi mendapatkan sebuah jawaban dari kak Nova. Aku terus berjalan dengan penuh rasa kesal dari apartemenku menuju kedai. Aku berhenti di seberang jalan, memantau kedai dari teras minimarket yang terdapat di depan kedai. Terlihat dari tempatku berdiri, kedai sedang dalam keadaan sangat penuh dan kak Nova terlihat sedikit kewalahan menghadapi pembeli. Aku tersenyum geli di sini. Meski memang sebenarnya kak Nova selalu bekerja sendiri sebelum kehadiranku, tapi aku tidak menyangka jika kak Nova dapat merasakan kewalahan seperti ini. Aku semakin tertawa geli ketika aku perhatikan dari seberang jalan, kak Nova mendapat sebuah komplain dari seorang pelanggan. Aku sedikit terkejut, ternyata kak Nova juga bisa mendapatkan komplain mengingat dia yang sangat perfeksionis. Setelah sekitar setengah jam aku memerhatikan kedai dari seberang jalan, aku putuskan untuk masuk ke sana karena aku tidak tega dengan kak Nova yang terlihat mulai bingung dengan kericuhan yang ada di dalam kedai. Aku lihat ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada kendaraan yang lewat, kemudian menyebrang dan berhenti sejenak di depan pintu. Aku tarik nafas panjang, dan aku yakinkan diriku untuk masuk. Bagaimanapun, aku sekarang adalah seorang agen yang harus bisa menyembunyikan emosiku di depan orang lain. Gemerincing lonceng terdengar ketika aku membuka pintu dan masuk ke dalam kedai. Para pegunjung yang berada di dalam kedai mengacuhkanku dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Kak Nova yang menangkap suara lonceng pintu, spontan langsung menoleh ke arahku. Aku bisa melihat dari matanya, ada rasa terkejut yang sangat besar yang dirasakan oleh kak Nova yang bahkan bisa aku rasakan hingga menusuk ke kepalaku. Aku sedikit terkekeh menahan geli melihat tingkah kak Nova yang menurutku cukup menggemaskan itu. "Butuh bantuan, Tuan?" Sapaku singkat dengan sedikit tersenyum sambil berjalan melewati kak Nova yang tengah mengantarkan minuman kepada pelanggan. Kak Nova hanya terdiam dan melirik sedikit ke arahku. Aku langsung berjalan ke arah bar dan melihat apa saja yang bisa aku lakukan saat ini. "Padahal hari ini adalah hari selasa. Tapi kenapa kedai penuh sekali?" Gerutuku sambil membersihkan beberapa alat di belakang Bar. Aku lihat kak Nova kembali ke bar setelah mengantarkan pesanan. Terlihat keringat mulai menetes dari keningnya. "Tolong bantu aku, Rin. Aku yang membuat kopi, dan kau yang bagian mengantar kepada pembeli." "Siap, Kak!" Seruku dengan tegas. Matahari telah tenggelam di ufuk barat, dan pelanggan telah berangsur meninggalkan kedai satu demi satu hingga tidak ada lagi pelanggan yang tersisa. Kak Nova tengah membersihkan peralatan kopi di belakang bar, dan aku membersihkan meja pembeli seperti biasa. Terlihat dari tempatku berdiri saat ini, kak Nova seperti menahan sebuah emosi yang aku tidak bisa menterjemahkan emosi apakah itu. Setelah aku selesai membersihkan kursi, meja dan lantai kedai, aku menghampiri kak Nova dengan mengambil satu tempat duduk di kursi tinggi depan bar. Aku menatap kak Nova dalam-dalam dari tempatku duduk, kak Nova sempat sesekali melirik dan melanjutkan aktifitasnya dengan raut muka datar dan dingin. Aku berusaha sedikit mengacuhkan kak Nova dengan mengeluarkan ponselku dari tas kecil yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi. Aku mainkan ponselku sembari kak Nova membersihkan meja bar karena kak Nova telah selesai membersihkan semua peralatan dan mencuci gelas. "Setelah ini kita ke ruanganku. Ada hal yang ingin aku bahas denganmu." Ucap kak Nova dingin kepadaku. "Hmmm." Jawabku singkat. Aku dan kak Nova memasuki ruangan rahasia di belakang bar setelah semua kekacauan yang terjadi di kedai selesai dibereskan. Seperti biasa, kak Nova mengambil tempat duduk di kursi terhormat dan aku berdiri di tengah ruangan tersebut. Entah kenapa ruangan itu hanya memiliki satu kursi. Setelah mengambil tempat duduk kehormatan miliknya, kak Nova menatapku dalam dan dingin. "Kapan kau bisa keluar dari sana?" Ucapnya dingin kepadaku. "Kemarin." Jawabku singkat. "Kenapa kau baru datang hari ini ke kedai?" Aku terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan kak Nova kepadaku. "Apakah kak Nova sama sekali tidak mengkhwatirkan keadaanku?" Batinku. "Maaf, Kak. Aku lelah. Aku membutuhkan waktu sendiri." Jawabku singkat. "Oh." Jawabnya dengan sangat singkat. "Oh? Hanya OH? Hanya OH?" Batinku. Aku sangat kesal dengan apa yang kak Nova katakan kepadaku. "Baiklah, agen Bianka. Silakan laporan darimu." Ucapnya dengan wajah datar. "Bi.. Bianka?" Jawabku bingung. "Namamu di Underground Free Fighting Bianka, bukan?" "Be.. Benar. Tapi kenapa kau memanggilku dengan sebutan itu, Kak?" "Kenapa kau tidak menggunakan nama Bianka menjadi kode agenmu, Rin?" "Apakah boleh seperti itu, Kak?" "tentu saja boleh. Sekarang laporanmu, Agen Bianka." Tegas kak Nova kepadaku. "Ah benar, Laporanku. Eh, begini. Aku berhasil berkenalan dan dekat dengan target operasi kita. Aku sempat terkurung tapi bisa meloloskan diri." Terangku dengan tegas. "Terkurung? Jelaskan lebih rinci tentang hal itu sehingga aku bisa menuliskan hal itu di catatan penyelidikan milikku." Sahut kak Nova. "Benar, Kak. Setelah aku pingsan saat di atas ring, aku dibawa ke ruangan milik Nugraha. Aku terkurung hingga semalaman penuh di dalam ruangan itu. Beruntung, aku bisa memanipulasi semuanya hingga bisa meloloskan diri dari sana, bahkan aku masih bisa mengikuti kompetisi." Terangku kepada kak Nova. "Apakah kau mengalami pecelehan di sana, Bianka?" "Aku rasa tidak, Kak. Aku kembali dalam keadaan utuh." "Kau yakin? Kau harus tahu jika aku sangat meragukan hal itu. Banyak sekali agen perempuan yang pulang dalam keadaan terlecehkan ketika menjalani misi penyusupan seorang diri seperti dirimu. Sebagian dari mereka dilecehkan ketika mereka dalam keadaan tidak sadarkan diri. Ini adalah fakta di lapangan, Rin." Aku sangat terkejut dengan apa yang baru saja keluar dari mulut kak Nova. Aku seketika merasa takut. Aku teringat tentang seberapa baik perlakuan yang aku terima ketika aku bangun dari pingsanku. Seketika aku berpikir jika selama aku tidak sadarkan diri, aku telah dilecehkan oleh Nugraha. Pikiranku langsung kacau ketika mengingat hal itu lagi. Kepalaku terasa sangat sakit, tanganku secara reflek memegang kepalaku erat-erat. Aku tersimpuh di tengah ruangan The Barista. Aku merasa tidak siap jika aku harus kehilangan kesucianku karena misi. Aku sama sekali tidak siap. "Lalu, lalu kenapa Kak Nova tidak menghubungiku? KENAPA KAK?!" Protesku kepada kak Nova. "Menghubungimu? Lalu mengorbankan semuanya?" Jawab kak Nova dengan nada datar seakan tidak terjadi apapun. Aku menangis semakin menjadi di ruangan itu. "Rin, kau harus tahu hal ini. Inilah kenyataan seorang agen, Rin. Kita sebagai agen harus siap kehilangan banyak hal. Kehormatan, harta, bagian tubuh, bahkan nyawa kita sendiri." Ucapan kak Nova semakin membuat mentalku jatuh. Aku merasa tidak kuat menghadapi semua ini Aku semakin tersimpuh, badanku terasa semakin berat, tapi kak Nova tidak beranjak dari tempat duduknya dan membiarkanku tersiksa di dalam ruangannya. Bahkan ketika aku mencoba sedikit melirik ke arahnya, terlihat senyuman tipis terukir di wajahnya. Senyum yang sangat tipis tapi bagiku senyum itu memiliki arti yang sangat dalam, yaitu kak Nova menikmati apa yang terjadi kepadaku saat ini. Dear Diary, Aku tidak menyangka jika ternyata kehidupan seorang agen sangatlah berat. Aku tidak siap, aku banar-benar tidak siap. Tolong, aku ingin mundur dari pekerjaan mengerikan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD