Kembali Ke Arena II

1511 Words
15 Oktober 2018 Satu kejadian paling menegangkan di dalam hidupku telah aku alami semalam. Hari ini, malam ini, aku telah berada di apartemenku dengan keadaan selamat, meski entalah apa ada sesuatu di dalam diriku yang berkurang atau tidak. Aku tahu jika hal ini adalah salah satu resiko yang harus aku tanggung ketika memutuskan untuk menjadi mata-mata, tapi tetap saja ketika aku dihadapkan dengan kejadian itu di depan mata aku secara spontan akan merasa tidak siap akan hal itu. Aku akan menuliskan kejadian yang aku alami semalam ketika aku selesai menulis buku harianku kemarin. Kejadian ini dimulai dari keterkejutanku pada malam hari itu, ketika ada seseorang masuk saat aku tengah menulis buku harianku. Aku merasa sedikit ceroboh karena menulis hal pribadi seperti ini di tempat yang tidak seharusnya. Aku hanya takut melupakan banyak kejadian sehingga aku merasa butuh menuliskan hal tersebut saat itu juga. Ketika aku mendengar suara seseorang akan masuk ke ruangan yang aku tempati semalam, aku bergegas memasukkan buku harianku ke dalam tas dan kembali melompat ke atas ranjang. Aku berpikir, jika aku berpura-pura tertidur maka dia akan segera mengetahuinya dari posisi selimut dan sebagainya. Maka dari itu aku merasa lebih baik berpura-pura baru bangun dari tidur. Terlihat dari arah pintu, seorang perempuan berpakaian seksi masuk membawakan satu gelas minuman dan beberapa buah apel, perempuan yang aku taksir berusia di akhir dua puluh tahun itu mempersilakan aku untuk meminum dan memakan apa yang ia bawakan kepadaku, kemudian dia beranjak pergi dari ruangan itu. Sesaat setelah perempuan itu pergi, aku kembali mendengar suara langkah kaki yang bergerak mendekat ke ruangan yang aku tempati. Suara gagang pintu diputar perlahan, aku menoleh ke arah suara itu berasal, dan aku melihat seorang laki-laki yang aku taksir memiliki usia yang tidak jauh berbeda dari kak Nova mematung di depan pintu, melihatku dengan senyum yang sangat manis, setidaknya seperti itulah yang ada di dalam pikiran orang itu, aku rasa. Aku sendiri merasa senyum itu adalah senyum paling menjijikkan yang pernah aku lihat. Senyum dari seseorang yang telah membunuh anggota keluargaku, senyum dari seseorang yang sangat ingin aku bunuh. Tapi aku harus menahan semua hasrat yang aku rasakan, aku harus bertindak secara hati-hati agar tidak mengacaukan segalanya. Aku harus ingat jika lawanku adalah seorang mantan agen The Barista. Pria itu berjalan mendekat ke arahku. Pria bernama Nugraha itu naik ke atas ranjang, kemudian mengambil tempat duduk tepat di sebelahku. Rasa marah dan dendam semakin membara ketika melihat dan merasakan Nugraha berada di dekatku secara langsung. Aku benar-benar merasa ingin memukul wajah orang itu saat ini juga. Aku merasa di dalam kepalaku saat ini, aku membayangkan tengah menonjok wajah manusia m***m itu dengan sekuat tenaga, kemudian mencabik-cabik seluruh tubuhnya lalu menusukkan sebuah pisau tepat di jantungnya. Kemudian aku akan mencongkel bola matanya satu persatu, memasukkannya ke dalam toples dan aku awetkan. "Hei, kau melamun, Gadis Manis?" Tepukan pelan di bahuku membuyarkan segala lamunanku. Tidak, aku tidak akan melakukan hal itu, setidaknya tidak sekarang. Ada banyak hal yang harus aku lakukan sekarang demi mendapat ikan yang lebih besar nantinya. "Pertunjukan yang indah, eeemm, siapa namamu, Gadis Cantik?" Sapa Nugraha kepadaku. Aku benar-benar bisa merasakan nada buaya yang menyapaku dan aku merasa sangat jijik terhadap hal itu. "Bianka, Tuan. Namaku Bianka." Sahutku singkat. "Bianka ya? Nama yang indah. Sesuai dengan kecantikanmu yang tiada banding ini, Gadis Kecil." Balasnya dengan nada yang terdengar memaksa untuk dimaniskan. "Eee, terima kasih, Tuan." Balasku kembali dengan singkat. "Oh tidak, bukan wajahmu yang cantik, Gadisku. Tapi bagaimana kau menjatuhkan lawanmu saat pertandingan sore tadi yang menurutku sangat cantik. Sebuah teknik yang aku belum pernah lihat sebelumnya. Beladiri apa yang kau pelajari, Gadisku? Taekwondo? Krav maga? Wing chun? Muai thai? Kau menggabungkan semuanya?" Nada Nugraha terdengar sangat lembut di telingaku tetapi sangat menjijikkan di saat yang sama. "Mohon maaf, Tu...." "Ssssttt, jangan panggil aku Tuan, Gadisku. Panggil aku Sir Nugraha. Mungkin kau belum mengenalku karena kau baru bergabung dengan kompetisi ini. Tapi aku adalah ketua di sini. Banyak orang yang ingin sedekat ini denganku, tetapi aku merasa mereka tidak pantas berada di sini. Tapi kau istimewa, Gadisku. Sangat istimewa. Kau bisa mengambil hatiku di saat pertama aku melihatmu." Terang SIR NUGRAHA kepadaku. Aku sangat sebal ketika dia mengucapkan kata SIR. "Maaf, Tu, ah maksudku Sir Nugraha." "Ya Tuhan, Tolong keluarkan aku dari sini." Pikirku. "Jelaskan lagi, Gadisku. Beladiri apa yang kau pelajari?" "Aku harus berbohong kepada Nugraha. Aku tidak bisa jujur kepadanya." Pikirku. "Maaf, Sir. Aku tidak mempelajari satu atau beberapa aliran beladiri secara spesifik, tapi aku sudah bertahun-tahun hidup di jalanan dan terbiasa bertarung di jalanan. Aku belajar segalanya dari jalanan, Sir." Jawabku berbohong kepada Nugraha. "Benarkah kau besar di jalanan, Bianka?" "Benar, Sir." "Hm, menarik. Sebagai orang yang besar di jalanan, kau memiliki paras yang begitu cantik dan etika yang begitu baik. Dari mana kau berasal, Gadisku?" "Aku berasal dari utara, Sir." "Utara ya? Pantas parasmu sangat cantik dan bersih. Di utara memang terkenal dengan udara yang sejuk dan dataran tinggi yang indah." Jawab Nugraha sambil terus menatapku dalam. "Permisi, Sir. Aku ingin bertanya sesuatu jika anda tidak keberatan." "Apa yang ingin kau tanyakan, Gadisku?" "Sir, aku ingin tahu kenapa peringkatku bisa naik dengan pesat? Padahal di pertandingan terakhir ketika ada penggerebekan kemarin, aku masih berada di peringkat 74." "Haaaah." Nugraha menghela nafas panjang. "Kau tahu, Bianka? Sejak kejadian penggerebekan di arena yang lama, beberapa petarungku mengalami luka berat, beberapa juga kehilangan nyawa akibat ditembak mati oleh kepolisian, sebagian yang lain merasa ketakutan sehingga tidak berani bergabung denganku lagi. Karena itulah papan peringkat aku susun ulang berdasarkan para petarungku yang masih setia ingin bertarung bersama denganku. Semua gara-gara polisi b*****t itu. Bagaimanapun juga, aku akan membunuh para oknum sialan yang hanya memakan uang rakyat dan tidak memikirkan nasib penghuni bawah tanah seperti kita!" Nada bicara Nugraha terdengar bergetar seperti menahan emosi yang sangat besar. "Baiklah, aku harus bisa berbohong di sini." Pikirku. "Aku juga mengalami hari yang buruk ketika aku kecil, Sir. Saat itu di hari yang sangat damai, tiba-tiba ada banyak orang berpakaian preman masuk ke perkampunganku dan menangkap beberapa orang, termasuk ayah dan ibuku, karena tuduhan mengedarkan obat terlarang. Padahal orang tuaku tidak melakukan apapun. Saat itu usiaku sembilan tahun. Aku dan kakak laki-lakiku terpaksa harus hidup di jalanan setelah itu. Kami merantau, mencari kehidupan baru di pusat kota. Tapi dua tahun kemudian kakakku terbunuh karena kalah dalam pertarungan jalanan melawan gerombolan preman di pusat kota. Aku akhirnya kembali lagi ke utara dan memulai kehidupanku di sana seorang diri, sekaligus belajar bertahan hidup di jalanan agar tidak bernasib sama dengan kakakku. Tahun ini, aku kembali ke kota untuk mencari gerombolan preman yang telah membunuh kakakku. Aku mengikuti kompetisi ini juga demi mencari mereka." Aku merasa sangat pandai berpura-pura dalam sekejab. Entah dari mana aku belajar membuat kebohongan sebesar itu. "Ternyata kau mengalami kehidupan yang keras ya, Gadis kecil. Tapi tenang saja, kau bisa tinggal di sini jika kau mau. Kau tidak harus bertarung di arena, dan biarkan Sir Nugraha yang mengurus semuanya. Aku yakin akan bisa menemukan preman yang membunuh kakakmu dan juga suatu saat nanti kita bisa membunuh polisi yang menangkap kedua orang tuamu." Tangan Nugraha dilingkarkan ke pundakku, kemudian dia mengarahkan kepalaku untuk bersandar pada bahunya. Aku terpaksa menuruti kemauan Nugraha meski sebenarnya rasa jijik sangat menusuk di dalam kepalaku. "Terima kasih, Sir. Kau sangat baik. Tapi aku tidak bisa menerima tawaranmu, Sir." Aku berpikir bahwa aku harus menolak tawaran yang diberikan oleh Nugraha dengan tegas. "Maaf Gadisku, Sir Nugraha tidak menerima penolakan." Tegasnya. "Aku juga minta maaf, Sir. Tapi aku ingin mencari dan membunuh mereka semua dengan tanganku sendiri. Aku merasa seperti orang yang payah dan bodoh jika aku mendapatkan bantuan dari orang lain untuk menuntaskan dendamku. Aku sangat menghargai tawaran anda, Sir. Tapi aku memiliki harga diri. Aku tidak ingin harga diriku diinjak oleh siapapun." Tegasku menolak permintaan Nugraha. "Ah, aku sangat takjub denganmu, Bianka. Kau adalah gadis kecil yang sangat kuat dan tegas. Aku semakin menyukaimu, Gadisku. Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk tinggal di sini. Tapi aku memintamu untuk tidak keluar dari kompetisi. Karena jika kau keluar dari kompetisi, aku akan sangat marah. Buktikan tekad kuatmu tadi di dalam arena. Aku sangat menantikan kejutan-kejutan lain dari gadisku ini. Dan apabila kau membutuhkan bantuan, Jangan sungkan untuk mengatakan hal itu kepadaku. Semua petugas keamananku akan memberikan jalur khusus untukmu bertemu denganku." Ucap Nugraha sambil mengelus lembut rambutku. "Terima kasih banyak, Sir. Aku akan berusaha agar tidak mengecewakanmu. Aku juga sangat menyukaimu, Sir. Kesempatan emas untuk mengenal orang sebaik dirimu tidak akan aku sia-siakan." "Beristirahatlah lagi, Bianka. Jangan lupa untuk memakan sesuatu yang telah disiapkan pelayan pribadiku kepadamu. Tenang saja, tidak ada racun di dalamya." Ucap Nugraha sambil mengecup kecil pelipisku. Nugraha beranjak dari tempat tidur meninggalkanku sendiri di ruangan ini. Sebelum dia keluar, dia mengambil salah satu apel yang disajikan kepadaku dan memakannya. Aku rasa dia bertindak seperti itu agar aku yakin bahwa tidak ada racun di dalam buah tersebut. Dear Diary, Aku masih cukup trauma dengan apa yang aku alami kemarin, tapi sebagai agen aku harus menguatkan diriku menghadapi kenyataan yang mungkin akan semakin sulit ke depannya. Aku tutup buku harianku hari ini sampai di sini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD