Tabir Kebenaran

1387 Words
1 Oktober 2018 Sekitar jam lima sore, aku mendatangi Red Coffee selepas kuliah. Suasana Red Coffee telah cukup sepi. Suara lonceng terdengar nyaring ketika aku membuka pintu kedai. Aku lihat tidak ada satu pun pelanggan yang berada di sini, dan kak Nova menatapku tajam disertai dengan senyum dingin yang terpancar di wajahnya dari balik bar. Melihatku datang, kak Nova berjalan menuju ke arahku. Ah tidak, kak Nova melewatiku dan mengunci pintu kedai yang berada tepat di belakangku. Tidak lupa kak Nova membalik kata 'Buka' menjadi 'Tutup' agar tidak ada orang yang berusaha masuk ke dalam kedai. "Aku sudah menunggumu, Rin." Ucap kak Nova dingin. "Kita ke ruanganku sekarang." Lanjut kak Nova. Kak Nova berjalan di depanku. Aku mengikuti langkah santainya dari belakang. Ketika kita berdua memasuki ruangan kak Nova, dia langsung mengambil tempat di kursi terhormat, dan aku berdiri di depan meja kerja kak Nova. Dari sini, kak Nova menjelaskan tentang sesuatu yang mengusik pikiranku selama ini. "Kau sudah tahu kan tentang Nugraha, Rin?" Kak Nova membuka obrolan dengan pertanyaan untuk mengingatkanku atas keterangan yang dia berikan kemarin. "Iya, Kak. Salah satu mantan agen The Barista." Jawabku. "Kau tahu kenapa di akhir video Jejak 22 Juli 2016 aku menuliskan kalimat Underground Free Fighting?" Tanya kak Nova. "Karena pelaku ada di dalam kompetisi itu?" Jawabku dengan nada polos. "Kau tidak salah, Rin. Lalu sekarang aku bertanya kepadamu. Setelah kau mengetahui informasi tentang Nugraha dan Underground Free Fighting, hal apa yang ada di pikiranmu?" Pertanyaan kak Nova seakan menguji logikaku. "Enta.. Tunggu!" Seruku dengan mata terbelalak yang seakan ingin lepas dari kelopaknya. "Tunggu, Kak. Jangan bilang kalau.." Aku melanjutkan kalimatku. "Benar!" Potong kak Nova. Aku baru terpikir satu hal ini. Penyelidikan The Barista berhasil mengerucutkan kemungkinan pelaku pembunuhan. Menurut keterangan dari kak Nova yang dia dapatkan dari agen, pelaku pengunggah video CCTV berasal dari luar kota. Setelah salah satu agen bidang peretas berhasil mendapatkan lokasi pasti dari si pengunggah, The Barista mengirimkan agen lain untuk menangkap pengunggah tersebut. Interogasi dilakukan kepada pengunggah itu untuk mengorek informasi lebih lanjut. Sayangnya, proses interogasi tidak berjalan lancar. Bahkan para agen harus menggunakan kekerasan untuk membuka mulut si pengunggah. Awalnya, agen menggunakan taser listrik untuk memberikan efek kejut kepadanya, namun dia tetap menutup mulutnya. Akhirnya, para agen mencabut secara paksa kuku kaki pengunggah satu persatu. Pencabutan dimulai dari ibu jari kaki kanan. Darah mengucur deras dari luka yang tercipta akibat kuku kaki yang tercabut dari akarnya. Pengunggah itu menjerit kesakitan namun tetap tidak ingin membuka mulutnya. Para agen belum menyerah, dicabutnya lagi kuku ibu jari sebelah kiri. Darah segar langsung mengalir sangat deras dari luka yang tercipta, karena di pangkal kuku bersarang, terdapat pembuluh darah yang cukup banyak. Namun pengunggah itu lagi lagi masih menutup mulutnya, padahal dia sudah menjerit kesakitan. para agen mengancam akan mencabut seluruh kuku kakinya jika ia tidak membuka mulut, namun si pengunggah tetap tak bergeming. Akhirnya si pengunggah membuka mulutnya ketika hanya tersisa kuku kelingking kanan yang masih menancap di akarnya. Banyak darah menetes dari kakinya. Lantai tempat interogasi menjadi basah dibuatnya. Darahnya tercecer karena sedari tadi kaki si pengunggah tidak bisa diam. "Nugraha! Ini semua ulah Nugraha! Aku hanya menerima imbalan, semua adalah ulah Nugraha!" Seru si pengunggah di tengah keputusasaannya. Dari si pengunggah, para agen mendapatkan informasi, bahwa sebenarnya si pengunggah hanya seorang maniak adegan berdarah mengerikan. Pada saat kejadian pembunuhan berlangsung, ia adalah orang yang menuju ke ruang CCTV dan menghancurkan barang bukti yang masih tertinggal. Sayangnya, dia juga merupakan orang yang haus akan perhatian dunia maya sehingga saat dirasa kasusya telah ditutup dan penyelidikan dihentikan, dia mengunggah video tersebut. Namun dia tidak menyangka jika ternyata penyelidikan masih terus dilakukan, dan dia tertangkkap oleh The Barista. Setelah interogasi dirasa selesai, si pengunggah diringkus ke kantor polisi yang berada di pusat kota untuk mendapatkan hukuman sesuai pasal yang berlaku. Tetapi setelah penangkapan itu, agen The Barista meminta kepada kepada pihak kepolisian untuk tidak mempublikasikan penangkapan itu dan tetap melakukan peti es terhadap kasus ini. Pihak kepolisian mengerti dan menyanggupi permintaan dari The Barista. Lalu apa hubungan Nugraha dengan Underground Free Fighting? Menurut keterangan dari kak Nova, setelah Nugraha keluar dari The Barista, dia mendirikan sebuah organisasi bawah tanah. Organisasi yang bergerak di bidang jual beli obat terlarang, namun dibalut dengan sampul berupa kompetisi ilegal bawah tanah. Sebenarnya, pertarungan ilegal itu sudah melanggar hukum, tapi pelakunya hanya mendapatkan hukuman ringan dari pengadilan. Selama ini, The Barista tidak berani melakukan penyelidikan lebih lanjut karena Nugraha menutupi semua kedoknya dengan sangat rapi. Tidak heran, karena meski mungkin ingatannya sebagai agen telah hilang, tetapi instingnya sebagai mata-mata masih tajam sehingga jejak penjualan obat terlarang itu cukup susah untuk diendus. "Tunggu kak Nov, jadi Nugraha adalah?" Tanyaku penasaran. "Benar, Nugraha adalah otak dari Underground Free Fighting. Dia adalah orang yang nantinya harus kau urus ketika sudah bertugas sebagai agen. Kau akan kita tempatkan pada divisi penyusupan." Terang kak Nova dengan wajah datarnya. "Tapi Kak, arena pertarungan telah digrebek oleh pihak kepolisian." Sahutku lebih lanjut. "Kau tidak salah, Rin. Tapi kau jangan meremehkan Nugraha, tidak butuh waktu lama untuk Nugraha membangun arena baru lagi. Ketika itu terjadi, tugasmu untuk menyusup ke sana dimulai." Terang kak Nova dengan wajah serius. Cerita yang sangat mengerikan serta menjijikkan baru saja aku dengar langsung dari mulut kak Nova yang berada di hadapanku. Sebelumnya mungkin aku sudah melihat sendiri adegan berdarah langsung di hadapanku, dan bahkan aku juga mengikuti pertarungan berbahaya yang mempertaruhkan nyawa. Tapi mendengar cerita seperti ini lagi membuatku ingin muntah saat ini juga. "Lalu, saat kak Nova memperlihatkan video Underground Free Fighting kepadaku, kenapa kak Nova melarangku untuk bergabung?" Jujur aku masih penasaran dengan sikap kak Nova saat itu. "Ah itu, aku ingin melihat seberapa besar tekadmu untuk menyelesaikan kasusmu. Apakah jika seseorang melarangmu, kau akan berhenti? Ternyata yang aku lihat justru sebaliknya. Kau terus maju tanpa mempedulikan sekitarmu. Sayangnya, nyalimu hanya sampai sebatas itu. Saat polisi datang, kau panik dan hampir pingsan, hahahaha." Kak Nova tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian tempo hari. Aku sangat kesal dengan sikap kak Nova. Entahlah, aku merasa kak Nova memiliki kepribadian yang sangat aneh. Satu sisi dia bisa menjadi orang yang sangat ramah dan hangat, namun sisi lain dia memiliki kepribadian yang dingin dan keras. Tatapan dinginnya benar-benar mengintimidasi, berbanding terbalik dari sikap hangat yang biasa dia tunjukkan kepada pelanggan Red Coffee. Dan sisi lain lagi, saat mendengar kak Nova tertawa terbahak-bahak, aku seperti melihat sisi psikopat yang bersemayam di dalam diri kak Nova. Sisi yang sangat senang melihat orang terluka, sisi yang senang melihat orang lain menderita, dan kak Nova terlihat sangat menikmati hal itu. Sesaat, aku teringat akan sesuatu yang sedari tadi ingin aku tanyakan kepadanya. "Kak Nov, aku ingin bertanya sesuatu yang lain lagi. Mungkin hal ini sedikit keluar dari topik." Ucapku lirih. "Oh, apa yang ingin kau tanyakan, Rin?" Tanya kak Nova dengan penuh rasa antusias. Kali ini aku mendapatkan tatapan hangat dan nyaman dari kak Nova. "Soal beasiswa, kampus, dan semua urusan administrasinya. apakah itu dari kak Nova?" Tanyaku dengan nada sedikit ragu. "Bukan, Rin. Itu bukan dari aku, itu dari.." Cerita berlanjut. Kak Nova mengatakan jika itu bukan dari kantong pribadinya, namun dari The Barista. Kak Nova mengajukan dana pendidikan ke pusat untuk calon agen. Namun dengan pertaruhan, jika ternyata calon agen tidak berpotensi maka kak Nova harus mengganti semua uangnya. tetapi jika si calon agen menunjukkan potensi yang bagus, maka dana tersebut tidak perlu dikembalikan. Kak Nova juga mengatakan jika setelah ini aku tidak perlu datang ke kampus untuk berkuliah karena semuanya akan diurus oleh kak Nova. Aku kembali bingung dengan maksud dari kak Nova, namun kak Nova kembali menunjukkan wajah psikopatnya dan berkata, "Tenanglah, Rin. Negara kita bukanlah negara yang bersih. Banyak sektor yang masih bisa kita masuki menggunakan uang suap." "Suap?" Tanyaku penasaran. "Kau benar, Rin. Sektor pendidikan juga salah satu ladang suap yang subur, hahahahahaha." Kak Nova kembali menunjukkan ekspresi mengerikan dari wajahnya. Kak nova juga berkata jika setelah ini aku harus bekerja paruh waktu sebagai barista di Red Coffee sembari menunggu kompetisi dimulai kembali. Kak Nova sendiri yang akan melatihku menjadi barista sekaligus menjadi agen nantinya. Latihanku akan dimulai besok. Dear diary, aku merasa setelah ini kehidupanku akan jauh berbeda. Mungkin Rin yang kekanak-kanakan akan sedikit menghilang dari peradaban setelah aku bergabung dengan The Barista. Aku tutup buku harianku hari ini dengan doa, agar ayah dan ibu serta semua korban pembunuhan dua tahun lalu damai di dalam surga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD