Bongkar Jejak

1191 Words
29 September 2018 Hari ini, sama sekali tidak ada hal istimewa yang terjadi kepadaku. Pikiranku masih sangat kacau dan terkejut dengan segala hal yang terjadi kemarin. Kekacauan yang terjadi di dalam arena, ditambah dengan suara tembakan serta polisi yang ada di mana-mana, membuat jantungku seakan berhenti berdetak dalam beberapa saat. Belum lagi satu kejutan terakhir dari kak Nova berhasil membuatku tidak bisa tidur semalaman. Ada satu kalimat terlarang yang terucap dari kak Nova kemarin, dan aku masih sangat mengingat hal itu hingga saat ini. Senyum sinis dan tatapan tajam tertuju kepadaku yang berdiri tepat di tengah ruangan kantor belakang bar. Aura ruangan tersebut terasa sangat pekat dan mengerikan. Di sela senyum dan tatapan sinisnya, kak Nova mengatakan hal ini. "Rin" Ucap kak Nova dengan tegas namun dingin. Kemudian selama beberapa detik setelahnya, kak Nova benar-benar diam membatu. Aku semakin berdebar dibuatnya. "Jejak 22 Juli 2016." Tambah kak Nova yang membuatku semakin terkejut. Apa? Bagaimana? Apa yang kak Nova katakan? Jejak? Jejak 22 Juli 2016? Bagaimana kak Nova tahu hal itu? Apakah Daniel yang memberitahu kepadanya? Aku rasa tidak, Daniel bahkan tidak mengetahui kata terlarang itu. Lalu, kak Nova mengetahui hal tersebut dari mana? Siapa yang membocorkan hal itu kepada kak Nova? Pikiranku berputar berkali-kali pada pertanyaan itu. "Tidak perlu terkejut, Rin. Aku mengetahui segalanya. CCTV, beasiswa, Underground Free Fighting, segalanya." Aku semakin terkejut saat kak Nova bilang mengetahui segalanya. Apa artinya semua ini? Di sini, kak Nova menceritakan semuanya dari awal. Certa inilah yang membuatku tidak bisa tidur semalam. Aku akan mencoba menceritakan semuanya di buku harianku hari ini. Awalnya, kak Nova menceritakan tentang makna simbol biji kopi yang berada di belakang kursi terhormat. Simbol biji kopi tersebut adalah milik sebuah organisasi mata-mata rahasia yang bernama The Barista yang berisi para agen mata-mata yang terlatih dengan kedok sebagai pelaku usaha kedai kopi. Jadi, para agen tidak hanya piawai dalam menjalankan tugas sebagai mata-mata, tetapi juga handal dalam menyajikan kopi. Kak Nova menceritakan jika dia juga merupakan salah satu agen The Barista. The Barista merupakan organisasi resmi yang independen, berada di bawah naungan Badan Intelejen Negara, namun keberadaannya tidak diakui oleh pemerintah karena The Barista kerap menjalankan misi berbahaya. Aku sempat bertanya kepada kak Nova tentang alasan The Barista tidak diakui pemerintah. Apakah benar hanya karena tingkat bahaya misi yang dijalankan? Jawaban kak Nova cukup mengejutkanku. Menurut keterangan kak Nova, keberadaan The Barista sangat berbahaya bagi keutuhan negara, karena sangat banyak agen yang dijadikan tumbal untuk menyusup ke markas musuh. Sebagian besar agen tidak dapat kembali dari misi. Hanya sebagian kecil yang berhasil kembali, dan kebanyakan agen yang berhasil kembali itu sekarang menduduki posisi elit di dalam organisasi. Kak Nova menambahkan, jika suatu saat pemerintah menganggap keberadaan The Barista semakin mengancam dan banyak identitas agen yang telah terkuak, maka The brista akan dibubarkan secara sepihak oleh pemerintah dan keputusan itu tidak dapat dibantah. Dari sini, kemudian cerita beralih ke jejak 22 Juli 2016. Beberapa hari setelah peristiwa pembunuhan keluargaku, kak Nova mendapat sebuah laporan dari kepolisian tentang kasus tersebut. Polisi mengatakan akan melakukan 'peti es' terhadap kasus tersebut karena kurangnya bukti dan saksi. Peti es adalah sebuah istilah dari kepolisian untuk kasus yang tidak selesai, namun penyelidikan tetap dilanjutkan. Kenapa istilah peti es dipilih? karena kasus tersebut belum ditutup, status penyelidikannya masih berlanjut sehingga apabila suatu saat penyidik menemukan sesuatu, maka kasus itu bisa dibuka kembali. Setelah kepolisian melakukan tindakan peti es terhadap kasus pembunuhan keluargaku, penyelidikan dilimpahkan kepada The Barista. Butuh waktu dua bulan hingga akhirnya salah satu agen The Barista menemukan seseorang mengunggah rekaman CCTV peristiwa itu ke dalam sebuah forum gelap di internet. Forum tersebut memang berisi banyak adegan berbahaya yang tidak layak ditonton. Lalu, apakah sebuah keberuntungan menemukan barang bukti di sana? Jawabannya adalah tidak. Kebanyakan video yang diunggah di forum tersebut merupakan video basi yang kasusnya sudah ditutup. Pelaku kriminal saat ini memang semakin cerdik. Setelah pelaku memastikan bahwa penyelidikan dihentikan, barulah mereka mengunggah video pembunuhan keluargaku. Namun The barista tidak menyerah sampai di situ. Salah satu agen berhasil mengejar si pengunggah di dunia maya. Setelah penelusuran panjang, akhirnya muncul satu nama yang tidak asing bagi The Barista. Dia adalah Nugraha, seorang mantan agen dari The Barista. Nugraha dikeluarkan dari The Barista karena melanggar kode etik. Meskipun saat agen mengundurkan diri atau dikeluarkan selalu disuntikkan obat pencuci otak, namun kak Nova dan agen yang lain tidak berani mendekati Nugraha karena khawatir identitas The Barista akan cepat terbongkar mengingat kecerdikan Nugraha. Setelah mengetahui semua fakta tersebut, kak Nova mencari satu kandidat baru untuk melanjutkan penyelidikan kasus pembunuhan keluargaku. Akhirnya namaku mencuat ke permukaan. Ada beberapa pertimbangan dari kak Nova yang menjadikan alasan perekrutanku. Alasannya adalah, karena aku merupakan anggota keluarga korban sehingga kak Nova berpikir aku masih memiliki dendam terhadap pelaku. Meskipun begitu, kak Nova melakukan pertaruhan di sini. Posisiku sebagai anggota keluarga dari korban seharusnya menjadikan identitasku sangat mudah diungkap. Di sini, kecerdikan dan kejelian The Barista dipertaruhkan. Setelah menentukanku sebagai calon agen, The Barista melakukan pengawasan secara tidak langsung kepadaku selama dua tahun. Setelah mereka melihat potensiku cukup berkembang selama dua tahun, The Barista memutuskan untuk mengirimkan Jejak 22 Juli 2016 tepat di hari kelulusanku untuk memantik rasa traumaku. Mereka tahu jika aku akan sangat terkejut dan trauma dengan hal itu. tapi lagi-lagi itu merupakan pertaruhan yang dilakukan oleh The Barista. Mereka ingin melihat tekadku memecahkan kasus ini. Selama dua tahun itu pula, salah satu agen melakukan pendekatan kepada Daniel sehingga Daniel menjadi pengunjung tetap di Red Coffee. Bahkan sebenarnya kak Nova sama sekali tidak terkejut saat pertama kali bertemu denganku di Red Coffee, karena kedatanganku ke sana juga merupakan salah satu rangkaian rencana kak Nova untuk merekrutku masuk The Barista. Saat aku kebingungan mencari informasi Underground Free Fighting, kak Nova sengaja menunjukkan ponselnya, karena kak Nova tahu jika hal itu dapat menjadi pemantik dendamku. Bahkan kak Nova juga tahu sejak awal jika aku mendaftarkan diri ke dalam kompetisi tersebut. Kak Nova selalu datang saat aku bertanding untuk mengawasiku serta mencari tahu gerak gerik dari Nugraha. Satu hari sebelum penggerebekan, kak Nova sudah mengetahui informasi tersebut. Bahkan kak Nova sendiri yang menggerakkan anggota kepolisian ke sana. Kak Nova sempat tertawa terbahak-bahak di arena saat melihatku dilanda panik saat berada di tengah penggerebekan. Setelah kak Nova merasa puas melihatku menderita, barulah aku ditolong dan dibawa ke Red Coffee. Kemudian kak Nova memintaku untuk bergabung dengan The barista setelah menceritakan semuanya kepadaku. Sayangnya, kak Nova tidak memberikan pilihan di sana, karena jika aku menolak maka aku akan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan telah mengikuti pertarungan ilegal. Tapi kak Nova menambahkan, jika dia yakin bahwa aku tidak akan menolak permintaannya. Yah, aku rasa kak Nova tidak salah, karena aku memang berniat untuk menerima tawaran kak Nova. Kenapa begitu? Karena dengan aku menerima tawaran kak Nova aku bisa lebih dekat lagi dengan pelaku pembunuhan keluargaku. Jika aku menerima tawaran kak Nova, dua hari ke depan aku diminta kak Nova untuk datang ke Red Coffee. Kak Nova mengatakan jika ada sesuatu yang mau dia bicarakan denganku. Dear diary, semakin dekat aku dengan tujuanku, semakin berdebar perasaanku dibuatnya. Aku tidak menyangka jika ternyata kehidupan di kota sangat berwarna. Aku tutup buku harianku ini dengan harapan jika hari esok semua akan baik-baik saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD