Tirai Kesembilanbelas: Ayah Kandung

1919 Words

Muna berdiri mematung, matanya menatap tajam ke arah Dimas yang berdiri di depannya. Tatapan matanya penuh dengan kebencian dan rasa sakit yang telah lama ia pendam. Tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya, menahan amarah yang sudah berada di puncak. Tubuhnya gemetar, bukan karena takut, tetapi karena kemarahan yang mendidih dalam dirinya, mengancam untuk meledak kapan saja. Dimas, yang masih terpukul oleh kenyataan bahwa Ara mungkin masih hidup, mencoba untuk menenangkan diri. Namun, tatapan dingin Muna membuatnya merasa semakin terpojok. "Muna, tolong... kita bisa bicara baik-baik. Aku hanya ingin melihat Ara, itu saja," ucap Dimas dengan nada memohon, meskipun ia tahu kata-katanya tak akan mudah meluluhkan hati Muna yang telah ia sakiti. "Kenapa kamu terus memaksa, Dimas?" "Karena

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD