"Apa kamu serius mengatakan semua itu, San?" Sadewa menangkup wajah istrinya menggunakan kedua telapak tangan. Sania hanya diam membisu, karena sebenarnya apa yang dia katakan itu hanya dusta belaka. Dia juga begitu takut kehilangan Sadewa karena kasih sayang yang diberikan oleh laki-laki itu selalu membuat dirinya berharga juga berarti. Namun entahlah, pikirannya terasa begitu kacau malam ini. "Kenapa kamu diam, San?" Sadewa terus saja mencecar. Wanita dengan hidung bangir serta bibir tipis itu melesakkan kepala ke dalam d**a suaminya, melingkarkan tangan di pinggang laki-laki itu seraya menangis tersedu. "Aku akan tetap berjuang untuk mendapatkan hati kamu, San. Aku tidak akan melepaskan kamu begitu saja, tidak perduli kalau kamu begitu membenci aku. Aku akan mempertahank