6

1608 Words
Setelah pulang dari rumah peramal, Luna dengan semangat mulai mencari jodoh. Ia harus gerak cepat demi mengakhiri status jomblo abadinya, bisa bahaya kalau ia tidak segera mengakhiri masa-masa hiatus dari dunia perpacaran. "Aku mau begini, aku harus semangat, semangat cari lelaki ganteng dan keren. Semua... semua demi memperbaiki keturunan, la... la... aku ingin sekali cepet dapat jodoh." Luna sambil bersandung lagu doraemon yang ia ubah sendiri setiap liriknya. Nada dan lirik lari ga jelas kekanan dan kekiri. Luna mengambil ponselnya, memakai camera 620 agar wajahnya terlihat lebih kinclong. Luna tersenyum memperlihatkan giginya setelah itu ia melihat hasilnya. "Alamak senyumanku indah sekali, tapi apa nih kok ada yang nyempil sih. Yaa amplop, yaa perangko kenapa tuh cabe nyempil digigiku sih," ujar Luna kesal melihat fotonya sendiri. "Ganti gaya akh." Luna mengganti gaya berfotonya lagi. Kali ini tanpa memperlihatkan giginya. "Udah cakep dah ini. Kayak kesan misterius gitu ga ya." Beberapa kali ia berfoto, sampai ia kelelahan sendiri. "Udah akh, sekarang saatnya upload di media sosial Astagagram dan Pacebuk deh. Upload-upload jadi deh." "Eh, hampir lupa sama aplikasi kencan online juga nih. Namanya KeLon atau Kencan Online, udah siap deh." Luna melihat hasil fotonya. "Eh, difoto gue kok kayaknya kedodoran. Benerin dulu akh, tarik supaya kenceng." Luna mengambil fotonya lagi dan kali ini sesuai dengan yang ia inginkan. "Saatnya aku bobok syantik dulu, besok aja lihat apa ini berhasil menjerat ikan-ikan diempang." *** Keesokan harinya Luna bangun tidur dengan perasaan puas dan bahagia. Ia berharap akan mendapatkan hasil yang memuaskan dari postingannya tadi malam di Astagagram, Pacebuk, dan KeLon agar segera mendapatkan jodoh. Baginya memiliki kekasih lebik baik dari pada Ibunya selalu saja memaksanya untuk segera menikah. "Bangun tidur ku langsung cek ponsel, tidak lupa melihat komen, habis itu membalas pesan. Lihat pesan... lihat komen, mantep." Luna bersenandung lagu bangun tidur yang diubah sendiri tanpa ijin pencipta lagu. Luna sangat antusias saat melihat banyaknya komentar yang memuja-muji fotonya. "Yaa ampun, Oh my Tuhan, aku ga percaya akhirnya ada kena pancinganku." Luna berteriak dengan semangat. Luna berangkat kekantor dengan perasaan berbunga-bunga, ia selalu tersenyum pada siapapun yang berpapasan dengannya. Beberapa orang melihat Luna dengan bingung, ada juga yang ikut tersenyum. Rani yang melihatnya menjadi penasaran, Luna sangat jarang tersenyum. Wajah Luna dulu selalu terlihat mendung, baru sekarang ia melihat Luna sangat cerah melebihi suasana diluar kantor yang terang benderang. "Pagi bu manager, ada apa kah yang terjadi sehinggau dikau sehingga terlihat begitu bahagia. Udah dapat pencerahan setelah bertemu Nyai Mikmir?" "Pagi juga staf divisi pemasaran, apakah diriku ini terlihat bahagia? Aduuh gue jadi malu, Ran." "Ga usah pake malu-malu, gue rasa lo kesambet jin penunggu rumah Nyai deh kayaknya? Lo sehatkan Lun?" "Yaelah Ran, lo kira gue kesurupan jin gitu? Kalau kesurupan Jin BTS gue mau bangeeeet, Ran." "Jiaaah... lo yaa bahas BTS aja gercep amat dah. Tapi memang cakep sih, kalau jin nya itu Jin BTS gue rela dah. Maafkan aku Jimin, aku mengkhianati cintamu." "Bu inget Bu, andah sudah mempunyai suami jangan suka main embat cowok lain, bagi-bagi sama yang membutuhkan dong. Gue juga butuh. Jangan semuanya lo rampas, jangan halu buuuuuuu." "Lo juga halu, dikit-dikit V sarangheo, Jin sarangheo, Jungkook sarangheo. Banyak amat dah sarang-sarang lo." "Non, halu itu adalah hal gratis dan berfaedah." "Terserah sama lo dah. Eh, gue penasaran nih gimana lo sama si Nyai?" "Memang gue belum cerita ke elo, Ran?" "Belum lah, kalau udah ngapain gue nanya lo." "Hehe, sorry morry aje yaa Ran. Kalau gue lupa mau cerita ke lo." "Kata Nyai, jodoh gue itu V BTS alias Kim Taehyung," ujar Luna dengan menaik turunkan alisnya. "Ooh tidak! Aku sungguh tak percaya! Katakan semua itu palsu. Jangan seperti itu kisanak," ujar Rani berbicara dengan mendramasitir. "Hahaha, janganlah kau iri wahai rakyat jelata, aku sudah ditakdirkan dengan Kim Taehyung." "Cepetan bilang ke gue gimana yang sebenarnya, gue esmosi nih." "Iye... iye dengarkan curhatku, tentang dirinya, betapa manisnya, senyum bibirnya." Luna kembali bersenandung lagu Vierra. "Jujurlah padaku, jujurlah padakuuuu...," sahut Rani melanjutkan nyanyian Luna. "Udah stop suara lo fales Ran, sakit kuping gue." "Yaa udah cepet ceritain." Luna menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Nyai secara detail. "Sumpah gue ga nyangka banget Nyai suka musik kpop. Tapi ramalannya bikin jantung gue terjun payung tanpa parasut loh, masa kalau gue ga kawin diusia gue 30 tahun nanti jadi perawan tua. Gimana ga bikin gue pengen tendang bokongnya Sehun EXO." "Aduh jangan sampe Lun tendang bokongnya Sehun, gue ga rela. lo kan cantik paripurna begini masa harus jadi perawan tua sih, kan kasihan di elo nya, Lun." "Tapi kata Nyai jodoh lo berawal huruf K atau V, 'kan?" "Iya. Kalau gitu cari aja nama lelaki awalan huruf K atau V." "Udah gue cari dan memang pas K itu Kim Taehyung dan V itu V BTS. Cuma itu doang yang pas." "Kim Seok-Jin BTS, Kim Nam-Joon BTS Kai EXO, Kang Daniel, Kang Ci-Lok, Kang Sio-May." "Jahat amat dah lo, udah bagus-bagus diawal malah jadi Kang Cilok dan Kang Siomay, sih." "Hihi, mangap yee Lun. Gue suka kebablasan." "Bantu gue dong. Gue udah upload foto-foto yang cetar nih di Astagagram, Pacebuk, dan KeLon." Rani melihat media sosial Luna, foto-foto Luna memang sangat cantik walau ia yakin pasti dibalik semua kecantikan Luna ada aplikasi jahat yang mendukungnya. Saking jahatnya sampai pori-pori diwajah Luna pun tak terlihat. Wajahnya terlalu mulus seperti wajah bayi. "Gileee Lun, wajah lo tanpa pori-pori. Hebat banget aplikasinya Lun. Ooh iya gue baru inget nih. Ada teman laki gue yang lagi cari jodoh." "Terus... terus, cakep ga? Tajir ga?" "Yaelah lo milih-milih amat sih, Neng. Pake segala cakep dan tajir." "Iyalah, gue kan butuh pria yang ga hanya modal dengkul doang, Ran." "Iye... iye... gue tau. Sebentar gue tunjukin fotonya, si Vebri ada fotonya pas gue kawinan kemarin." "Ooh namanya Vebri. Mana fotonya gue mau lihat." "Sabar dulu Neng, ngebet amat sih lo." Rani memperlihatkan foto Vebri pada Luna. Rani menjelaskan pada Luna tentang Vebri seorang pria berusia 32 tahun memiliki pekerjaan sebagai ASN atau Aparatur Sipil Negara. "Gue mau, Ran. Ayoo dong kenalin gue." "Iya gue kenalin. Gue bilangin laki gue dulu ya setelah oke, gue kasih tau lo." "Ahsiaaap." Siangnya, Luna dan Rani makan siang bersama dikantin perusahaan. Luna sangat girang saat Rani memberikan nomor ponsel Vebri. "Jadi Vebri ga masalah mau ketemu gue?" "Tentu aja Vebri mau ketemu lo. Foto lo aja cakep begini, kayak keramik." "Aaakh Rani. Lo memang sahabat gue yang paling bisa gue andalkan. Sarangheo Rani." Luna san Vebri saling memperkenalkan diri melalui aplikasi Line. Setelah tiga hari mereka saling berbalas pesan, akhirnya Luna bisa bertemu dengan Vebri. Luna dan Febri janjian untuk makan malam disalah satu restoran. "Bu, aku mau pergi dulu ya." Luna berpamitan pada Ibunya Rosita. "Mau kemana Nak?" "Ketemu temen, Bu." "Siapa? Laki-laki atau perempuan?" "Laki-laki dong, Bu." "Serius laki-laki? Pacar kamu?" "Iiih Ibu pikirannya udah jauh amat jadi pacar. Ini tuh temannya suami Rani, Bu." "Mau teman siapapun ga masalah asal kamu laku, Nak." "Ibuuuu emangnya aku barang dagangan." "Udah jangan cerewet. Bentar Ibu lihat dulu penampilanmu." Rosita memperhatikan penampilan Luna dari ujung kaki ke ujung kepala. "Gimana Bu? Udah syantikkan anakmu ini?" "Tentu dong anak Ibu paling syantik. Yaa udah sana berangkat, nanti terlambat loh." "Makasih Ibu." "Hati-hati dijalan yaa, Nak. Kalau ga tau jalan pake peta, Nak." "Ibu hari gini pakai peta? Udah ada GPS sekarang, Bu. Buat apa coba pakai peta." "Terserah aja mau pakai peta atau MPS, mana aja boleh." "Ibu bukan MPS, tapi GPS. Kalau gitu Luna berangkat dulu yaa, Bu." "Iya apa aja, tapi ingat Lun. Kalau kamu gugup jangan kentut sembarangan, Ibu ga mau nanti kamu dibilang jorok." "Iya Ibu sayang." Luna dengan semangat melajutkan mobilnya dengan cepat, ia tak sabar ingin bertemu Vebri. Luna mengedarkan pandangannya melihat sesosok pria yang baru ia kenal dari Rani. "Hai kamu, Luna 'kan?" tanya Vebri. "Iya aku, Luna dan kamu Vebri yaa." "Kamu mau pesan makan apa Veb?" "Apapun yang pilihkan, aku akan menerimanya, Luna. Aku percaya pilihanmu lah yang terbaik." Luna jadi tersipu malu mendengar perkataan Vebri. Sambil menunggu pesanan makanan mereka datang, Luna berbincang-bincang dengan Vebri. Pria yang ada dihadapannya ini sangat menyenangkan diajak berbicara. Sesekali Vebri menyentuh hidungnya, Luna mulai agak merasa risih dengan apa yang dilakukan Vebri. "Lun itu makanan kita udah datang." "Eh iya Veb, kita makan dulu yuk." Vebri lagi-lagi menyentuh hidungnya sendiri, Luna agak curiga dengan kebiasaan Vebri. Mereka kembali makan sambil bercanda berdua. Luna membulatkan matanya, saat melihat jari kelingking Vebri memasukan kedalam lubang hidung. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali Vebri melakukannya. "Veb itu dihidungmu ada—" "Ooh ini, ini harta karun ku." Vebri mengambil upil yang tadinya lengket dihidungnya. Dengan cekatan Vebri menggali harta karunnya. Upil Vebri meloncat dengan indah sampai dipiring makan Luna. Luna sangat kaget saat mendapatkan harta karun dari Vebri. Buset dah, tuh upil nangkring aja dipiring gue. "Maaf Lun ga sengaja, anggap aja vitamin ya," ujar Vebri tanpa rasa bersalah. "Ga apa-apa kok Veb, kebetulan aja sebelum bertemu kamu, aku udah makan." Vebri masih terus berbicara pada Luna dengan antusias, tapi berbanding terbalik dengan Luna, ia malah geli sendiri, penilaiannya tentang Vebri yang seperti lelaki sempurna seakan leyap tak bersisa sedikitpun. Luna mencari cara untuk pergi dari restoran, ia tidak ingin berlama-lama lagi dengan Vebri. "Veb, maaf aku harus pulang. Ibu ku baru aja kirim pesan kalau bebek peliharaan belum dimandiin," ujar Luna memberi alasan. "Loh kok udah mau pergi aja, Lun. Kita bisa bertemu lagi, 'kan?" "Tentu aja Veb. Terima kasih yaa atas makan dan vitaminnya." Luna langsung mengambil langkah kaki seribu meninggalkan Vebri direstoran. "Aduh nih laki-laki, cakep sih, kerjaan bagus. Tapi sayang suka menggali harta karun." Luna memblokir nomor ponsel Vebri, ia memutuskan untuk tidak lagi bertemu dengan Vebri yang suka mengupil membuatnya menjadi geli sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD