-1-

1011 Words
Sepertinya rencana ini memang harus tetap dilakukan Tapi bagaimana dengan anak - anak itu, kau gila mau mengorbankan nyawa mereka kalau kau membatalkanya, kita semua akan terbunuh. Suara - suara asing itu terdengar jelas ditelingaku. Mungkin ini hanya mimpi atau tidak ini adalah kenyataan. Tapi suara apa itu? Seketika aku dapat melihat samar - samar sosok diriku yang sedang berada di sebuah ruangan mengintip orang - orang tadi berbicara. Sepertinya aku sedang diam - diam mendengarkan percakapan mereka. Aku pun dapat merasakan atmosfer di ruangan ini dari tegang, takut, was - was bercampur menjadi satu. Sampai tiba - tiba-- Siapa disana?! Aku ketahuan. "Tolonglah sadar - sadar ini hanya mimipi bukan?" Semakin kuat aku menepuk - nepuk pipiku. Neza awas dibelakangmu! Brak *** Aku terbangun. Jantungku berdebar cepat seluruh badanku berkeringat dingin, mungkin karena terlalu takut tadi. Aku sebisa mungkin berusaha menteralkan tubuhku. Setelah berhasil, perlahan - lahan aku membuka mataku berusaha menginteskan cahaya di sekelilingku. Rasanya seperti tertidur ribuan tahun. Bahkan tadi aku berpikir kalau aku sudah mati. Apa yang terjadi? Aku memperhatikan keadaan di sekelilingku. Ada seorang perempuan yang duduk tepat berada di samping. Aku dapat merasakan tangannya yang sedang merangkul pundakku. Bukan hanya itu saja, tetapi ada puluhan orang sedang duduk disini. Ini dimana? Aku berusaha menggerakan tubuhku yang terasa sangat kaku. Rupanya hal itu membuat seseorang yang berada di sampingku terbangun dari tidurnya. Dia siapa? "Ah kau sudah bangun, syukurlah kalau begitu," kata seseorang yang duduk di sampingku. "Apa yang terjadi dan juga ... kau siapa?" "Aku akan menjadi kakak pemdampingmu mulai saat ini." "Er---" "Kita berada di pesawat sesuatu telah terjadi," jelasnya dengan senyumannya yang manis. Sudah kuduga ini di atas pesawat tetapi tetap saja aku belum mengerti dengan apa yang terjadi. "Kau pasti kehilangan ingatanamu?" Aku hilang ingatan? tidak mungkin "Ehm namaku An," ucapnya memperkenalkan diri. Aku masih mengerutkan alisku, "Kau siapa?" "Aku akan jadi kakak pendampingmu." Apa - apaan semua ini Aku menutup mataku kembali. Rasanya terlalu lelah tubuhku serasa mati rasa. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku berharap setelah ini tubuhku sudah berada di atas kasur. Walaupun aku tidak ingat apa aku punya kasur atau tidak. Setelah berhasil mendarat, aku di tuntun oleh kak An untuk turun. Kak An memegang tanganku dengan erat. Di pandanganku, Kak An sangat cantik dari caranya berpakaian dan berbicara pun sudah kelihatan anggunnya ditambah rambutnya yang panjang. Cantik, batinku "Hmm?" Kak An menggumam sambil menatapku bingung. Rupanya aku ketahuan sedang memperhatikanya diam - diam dengan segera aku menggelengkan kepala. "Err-- kak An siapa namaku?" "Namamu Neza," jawab kak An mengalihkan pandangannya ke seragam yang kupakai, "lihat di seragmu di situ tertulis neza" "Neza Kanezia," gumamku membaca nama yang tertera. Aku kembali memperhatikan sekelilingku rupanya mereka sama denganku. Setiap orang pasti didampingi dengan satu orang yang lebih tua darinya. Sepertinya semuanya rata - rata seusia denganku dan kenapa mereka semua memakai seragam yang sama denganku? mungkinkah kami dari sekolah yang sama? Ahh sudahlah terlalu banyak hal membingungkan disini "Aku ke pusat informasi sebentar, nanti kutemui lagi di tempat ini. Kamu hati - hati ya dan jangan kemana - mana ..." Aku mengangguk mengerti, walupun sebenarnya tidak ada yang kumengerti sampai saat ini. Selang beberapa detik setelah Kak An pergi, tiba - tiba ada seorang gadis yang menabrakku dari arah belakang sontak tubuhku refleks terkejut. "Maaf," ucapnya cepat. Aku memperhatikan gadis berambut coklat di hadapanku ini. Ia menyanggul rambutnya menjadi dua dengan jepitan lucu untuk merapikan poninya. Entah mengapa aku merasa dia seperti seorang anak jenius saja. "Err--" "Maaf. Tadi aku sedang mengikuti pendampingku, tapi terlalu banyak orang di sini." "Pendamping?" "Yah ... kakak pendampingku. Mereka menyebutnya seperti itu, tapi aku juga tidak tahu pasti," jawabnya cepat, "Aku juga tidak tahu pasti seperti apa." "Kenapa kau tidak mengetahuinya?" "Entahlah aku juga tidak mengerti. Sepertinya aku melupakan baeberapa hal." Mendengar jawaban dari gadis ini, membuatku semakin kebingungan berarti bukan hanya aku saja yang kehilangan ingatan di sini. Maksudnya apa ini? kehilngan ingatan massal? batinku "Kau kenapa?' tanya gadis itu yang melihatku terdiam beberapa saat. "Err--" Aku menggelengkan kepalaku cepat, "Namamu siapa?" Belum sempat ia menjawab, gadis itu langsung berlalu pergi. "Aku buru - buru pendampingku sudah memanggil, semoga kita bisa bertemu lagi." Ohya namaku Hima," katanya lagi sebelum ia benar - benar pergi. "Hima ya ...." Aku yang masih mencerna keadaan dengan kejadian yang barusan terjadi belum bisa menjelaskan apapun. Aku masih menatap gadis itu bingung. Yang benar saja Setelah itu, Kami berjalan cukup jauh menyusuri jalan setapak yang entah akan membawaku ke mana. Di ujung sana dapat kulihat dinding kokoh yang menjulang tinggi. Aku yakin pasti kita akan pergi ke balik dinding itu. Namun, aku tidak tahu kejutan apa yang akan kudapati di sana. Pikiran dan tubuhku sudah terlalu lelah untuk mempedulikan hal itu. "Neza kau tetap di sampingku jangan kemana - mana," pinta Kak An yang membuatku bingung. "Kenapa Kak An?" tanyaku cepat. "Hutan ini berbahaya, nanti kau akan mengetahuinya setelah ini." Aku hanya mengangguk pelan. "Ohiya siapa tadi?" tanya kak An di sela - sela perjalanan kami. "Bukan siapa - siapa," jawabku cepat seketia aku teringat wajah gadis itu lagi. Namanya Hima ya .... "Baguslah kalau kamu sudah menemukan teman yang dikenal, kemungkinan kalian akan satu akademi nantinya." "Apa akademi?" Alisku mengkerut bingung yang hanya dibalas oleh kak An dengan senyumannya. Pertanyaanku tidak terjawab. Aku menghela napas panjang, semoga ingatanku cepat kembali. Yah ... setidaknya sekarang aku merasa aman karena ada kak An yang selalu menjagaku. Ia mengenggam tanganku erat seolah aku mendapat perlindungan darinya. Tidak hanya aku saja, tapi semua remaja seusiaku pasti di dampingi oleh seorang yang lebih tua darinya, walaupun jarak usia kami hanya sekitaran empat tahun ku pikir. Di tengah - tengah aku memperhatikan keramaian seketika pandanganku kabur, kakiku serasa melayang, kepalaku sakit rasanya menusuk - nusuk. Sampai semuanya gelap dan mimpi itu muncul kembali. Berjanjilah setelah semua ini berakhir kita akan bersenang-senang kembali Kau ini bicara apa, tentu saja "Siapa yang berbicara denganku tadi," gumamku setengah sadar Setelah itu semuanya gelap. *** "Tidak masalah jika semua kenyataan dan kebahagiaan ini palsu aku tetap akan menikmati permainannya dan akan segera menyelesaikan semua ini"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD