“Bagaimana dengan Ben? Apa kalian makin dekat?” tanya Juhand pada Shela yang kini sedang bermain ponsel. Juhand dan Shela tinggal sendiri di rumah besar ini, karena Ibu Shela sudah meninggal dunia sejak empat tahun yang lalu, itu berat bagi keluarga Juhand, namun takdir Tuhan siapa yang tahu. “Selama ini, aku dekat dengan Ben meski sebelum perjodohan kami di laksanakan,” jawab Shela. “Bukankah katamu Ben tidak setuju menikah denganmu?” “Ben hanya menganggapku teman, Dad,” jawab Shela dengan helaan napas halus, di raihnya cangkir berisi teh dan menyesapnya beberapa kali. “Bukankah membuat Ben jatuh cinta itu mudah bagimu? Bukankah dulu dia mencintaimu?” “Dia memang mencintaiku, Dad, namun itu dulu, aku yang memutuskan hubungan dengannya dan aku juga yang menyesalinya sekarang. Aku men