Pertemuan
HALO GAES, KEMBALI LAGI DENGAN CERITA BARUKU YANG AKAN AKU PUBLISH CANTIK, JADI GAK SETIAP HARI.
HAPPY READING, YA!
.
.
Seorang anak adam dan hawa itu terlihat menikmati Gerakan yang senada dan seirama, kenikmatan yang sangat terasa hingga membuat keduanya lupa bahwa mereka melakukannya tanpa cinta dan dengan pertemuan sesaat.
Lelaki yang tadinya acuh tak acuh menandai tanda kissmark di sekitaran leher jenjang wanita yang kini sudah tak mengenakan kain apa pun.
"Ahh …." Wanita itu mendesah hebat ketika ia sudah mencapai puncaknya, dua siluet manusia terlihat bergerak seirama, hanya ada cahaya temaram lampu yang menjadi saksi percintaan panas keduanya.
Flashback ON.
Seorang gadis berusia 22 tahun tengah duduk didalam bis, ia tak tahu sebelumnya bahwa ia sebenarnya salah masuk bus, ini bukan bus perusahaan tempatnya bekerja, melainkan bus perusahaan besar yang bergerak di bidang domestic.
Gadis itu duduk di sudut kanan, ia menghela napas panjang karena pagi menunjukkan pukul 9, namun bus ini belum berangkat.
Sesaat kemudian sorakan tepuk tangan terdengar berseru didalam bis, Sebagian yang berteriak adalah seorang wanita yang menyambut kedatangan seorang lelaki yang mengenakan kacamata rayband dan pakaian casual yang menarik tatapan semua wanita yang kini sedang berseru penuh semangat.
Lelaki itu bernama Benedict Maxivell. Seorang lelaki berusia 30 tahun masih lajang, ia memiliki ketampanan diatas rata-rata, kekayaannya bergelimang dan tidak akan pernah habis, siapa yang tak mengenal Maxivell Group, perusahaan domestic besar di Italia, yang kini bisnisnya melambung tinggi dan tidak akan pernah sampai ke dasar meski banyak orang yang menginginkan kehancurannya.
"Tuan, duduk di sini saja." Semua wanita berbondong-bondong menggeser kursinya agar CEO mereka bisa duduk disamping mereka, namun Ben mengabaikan dan malah melihat seorang wanita yang duduk di belakang tepat di pojok kanan, taka da teman dan hanya sendirian, sebelumnya Benedict tidak tahu siapa wanita itu, namun sepertinya ia tertarik pada wanita itu dan memiliki duduk disamping wanita yang kini sedang melihat jam tangannya.
Semua wanita membulatkan matanya penuh dan merasa bahwa gadis yang duduk sendirian itu sangat beruntung. Ada perkemahan dan lomba yang diadakan perusahaan untuk mengenang hari jadi ke 71 Maxivel Group.
"Siapa wanita itu?" Bisik-bisik mulai terdengar.
"Aku juga tidak tahu, mungkin karyawan baru."
"Wah. Aku jadi merasa bahwa dia beruntung bisa duduk didekat CEO kita."
"Udah lah, meski dia duduk bersama, tidak akan ada yang terjadi. Tuan tidak mungkin menyukainya."
"Aku akan mencukur rambutku jika Tuan menyukai wanita itu," kata Saski—salah satu staf CEO.
Wanita yang kini duduk didekat Ben adalah gadis yang bernama Evalinda Jhonsonsky, gadis berusia 22 tahun memiliki banyak deretan mimpi, bahkan impiannya ingin menjadi kaya raya atau mungkin menjadi simpanan seorang lelaki kaya agar bisa mensejaterahkan keluarganya yang terbilang cukup miskin dan sangat miskin.
Evalinda adalah tulang punggung keluarganya, ayahnya penjaga toko dan ibunya sakit-sakitan, sedangkan ia memiliki adik yang masih kecil, usianya 11 tahun, bernama Ellinda.
Evalinda mengikuti kontes model majalah yang di adakan di Italia, ia merasa bahwa tubuh dan wajahnya terbilang cukup cantik untuk menjadi salah satu anggota model majalah yang di lakukan melalui audisi. Namun, bus yang harusnya ada ditempat ini untuk menjemputnya malah sudah pergi duluan dan dia salah naik bus. Begitu lah nasibnya yang selalu rumit dan tidak bisa ia andalkan. Ketika semua temannya sudah menikah dan menjadi simpanan, mereka bahagia dan bisa membeli segalanya, namun berbeda dengan Evalinda yang menginginkan kekasih hatinya yang bernama Laos mau melamarnya malah yang terjadi Laos mengkhianatinya dengan menikmati harinya bersama Cintya di Milan. Cintya adalah sahabatnya.
Evalinda menoleh dan melihat seorang lelaki yang kini duduk menyerendengkan kepalanya di kepala kursi seraya mendengar suara music lewat headphonenya, terdengar jelas di telinga Evalinda karena jarak mereka tidak jauh.
Evalinda menyenggol lelaki itu, membuat Ben melepas headphone nya dan menoleh melihat Evalinda.
"Kamu ikut kontes juga?" tanya Evalinda sok akrab dengan senyum yang cantik, wajahnya oval dan sangat menarik, manik matanya berwarna biru, sedangkan lelaki yang duduk disampingnya manik matanya berwarna coklat.
"Kontes? Kontes apa?" tanya Ben membuat Evalinda menunjukkan brosur penerimaan model dan menunjuknya pelan.
"Aku tidak ikut kontes apa pun," jawab Ben lagi membuat Evalinda menggeleng.
"Dia tidak mau mengatakannya, mungkin karena tidak mau di saingin." Gumam Evalinda.
"Kamu bicara apa?" tanya Ben.
"Aku tidak bicara apa-apa," jawab Evalinda melihat wajah Ben dan turun melihat sesuatu yang berbentuk dibawah sana.
Ben terkekeh melihat tatapan Evalinda yang begitu membuatnya ingin menerkam wanita itu sekarang.
"Kamu seorang model?" tanya Ben mulai menyukai tatapan mata Evalinda.
"Masih calon, belum menjadi model."
"Mau menemaniku malam ini?" bisik Ben membuat Evalinda menautkan alis. Evalinda adalah gadis yang m***m juga, bahkan apa yang ia lihat selalu berakhir buruk baginya, namun itu lah anak jaman sekarang menyukai hal-hal yang seperti di ranjang.
"Maaf. Aku bukan wanita panggilan," jawab Evalinda sok jual mahal, namun Ben suka hal itu, ia terus mengusik Evalinda. Membujuk dan berbisik membuat Evalinda bergidik karena aroma mulut Ben sangat wangi ada bau mint yang membuatnya seperti tersihir.
"Aku sudah katakan. Aku tidak bisa," kata Evalinda.
Hampir 2 jam mereka semua melakukan perjalanan, semua penumpang turun dan mengulurkan tangan mereka untuk merasakan angin yang sejuk di sebuah vila yang ada di dekat pegunungan. Evalinda turun dan melihat brosur penerimaan model dan terkejut ketika melihat alamat audisi model diadakan bukan di tempat ini, namun di Hotel Reksa.
"Permisi, apa saya boleh bertanya?" tanya Evalinda.
"Iya?"
"Bukankah ini bus untuk audisi model?" tanya Evalinda lagi membuat semuanya menautkan alis karena tak paham apa yang dikatakan Evalinda. "Lihatlah brosur ini."
Semuanya melihat brosur itu dan saling bertukar pandangan, ada yang tertawa dan ada yang menggelengkan kepala karena heran melihat Evalinda.
"Oh kamu salah satu kontes majalah?" tanya Saski membuat Evalinda mengangguk.
"Sayangnya hotel Reksa yang kamu maksud itu masih 4 jam dari tempat ini."
"Apa? Tapi … kalian—"
"Kami bukan kontes model, tapi kami karyawan yang akan melakukan perkemahan divila ini."
"Apa?" Evalinda membulatkan matanya penuh dan tidak menyangka ia bisa salah naik bus.
"Kamu salah naik bus, harusnya kamu datang lebih awal, karena bus yang menjemput kontestan itu datang dan pergi lebih awal dari bus kami," kata Rex—salah satu staf CEO.
Air mata Evalinda hampir saja lolos dipelupuk matanya, ia sudah melakukan banyak cara dan pengorbanan untuk ikut kontes model itu, malah yang terjadi semua usaha dan pengorbanannya sia-sia. Ia harus kembali ke rumahnya tanpa hasil.