Wanita Selanjutnya

1110 Words
Ben masuk ke ruangannya dan melihat seorang wanita tengah menunggu, wanita itu terlihat sangat cantik bak model, bahkan pakaiannya sangat seksi dan menggoda. Ben memang CEO yang m***m dan julukan itu terkenal di kalangan perusahaannya, namun setelah mengenal Evalinda, Ben seakan berubah. Yang ia lakukan setiap hari bukan lagi tentang obat kuat dan semacamnya untuk ia minum karena akan berperang lagi dengan seorang wanita malam. Tapi yang ia pikirkan bagaimana perusahaannya akan maju dan makin maju lagi. Selalu juga terbersit tentang malam yang ia habiskan dengan Evalinda. Wanita itu duduk di meja kerjanya seraya membaca majalah fashion yang akan ia perlihatkan pada Ben. Wanita itu bernama Villia. Villia menoleh dan melihat Ben masuk ke ruangan yang luas seluas lapangan futsal. Villia tersenyum dengan riang dan menghampiri lelaki yang sudah menjadi harapan hidupnya selama ini. Villia adalah kekasih Ben yang sudah menjalin hubungan dengannya 2 bulan belakangan ini. Usia Villia 23 tahun dan kini sedang melanjutkan kuliahnya di semester ke 5. “Kenapa kamu kemari tak memberitahuku dulu?” tanya Ben. “Apa seorang kekasih tidak boleh ke kantor kekasihnya?” “Tapi ada batasan yang tidak boleh dilanggar,” jawab Ben duduk di kursi kebesarannya, meraih dokumen yang sudah terlihat rapi di depannya. Ben menghela napas, ia belum bisa memahami perasaannya, apa dia mencinta Villia atau tidak, namun wanita itu berhasil membuatnya terpanah setiap kali mengenakan pakaian yang seksi. “Batasan apa yang kamu inginkan, Baby?” tanya Villia menghampiri Ben dan memeluknya dari belakang. “Aku ingin kamu jangan ke kantor sebelum menghubungiku.” “Aku minta maaf, Baby, jika memang itu melukaimu. Aku hanya ingin memberikanmu kejutan.” “Kejutan? Aku tidak suka dengan kejutan. Kita bukan anak-anak lagi,” kata Ben. “Baby, kamu kenapa? Aku kemari mau menyemangatimu, tapi sepertinya kehadiranku tidak kamu inginkan.” “Aku sedang tidak mood,” jawab Ben mendongak menatap Villia. “Jadi … kamu tidak ingin ke apartemenku?” “Untuk hari ini, aku sedang tidak ingin kemana-mana,” jawab Ben lalu membaca dokumen yang kini ada digenggamannya, setiap pagi, pekerjaan yang pertama kali akan ia kerjakan adalah menandatangani semua dokumen di atas mejaya yang sudah di atur Lilyan—sekretarisnya. “Baby, kapan kamu akan membawaku ke hotel dimana kamu tinggal? Sudah dua bulan aku menjadi teman kencanmu, namun mengapa kamu belum pernah mengajakku ke hotelmu?” “Vilia, aku sudah katakan, aku tidak akan pernah mengajak wanita yang ku kencani di hotel tempatku tinggal.” “Memangnya kenapa? Apa kamu tidak sayang padaku?” “Ini bukan masalah perasaan, lebih baik kita bertemu di luar daripada harus di hotelku.” “Baby, sepertinya aku salah sangka kepadamu, aku sudah memberikan segalanya padamu, namun kamu tidak memberikan apa pun yang aku inginkan,” lirih Villia menundukkan kepala dan melepas rangkulan tangannya. “Jangan basa-basi, Villia, katakan saja apa yang ingin kamu minta dariku?” “Apa aku terlihat begitu?” “Sepertinya kamu lupa bahwa aku tahu jika menghubungiku kamu memang membutuhkan sesuatu.” “Selain aku merindukanmu. Aku ingin membeli pakaian yang ada di majalah itu,” jawab Villia dengan kekehan. “Aku akan transfer ke rekeningmu, jadi kamu bisa pergi berbelanja sesukamu,” kata Ben. “Benarkah?” Villia kembali merangkul leher Ben dan mengecup pipi kekasihnya itu, Ben menghela napas halus dan menganggukkan kepala. “Iya. Jadi aku minta kamu pergi dari sini dan tunggu uangmu 10 menit.” “Baiklah,” jawab Villia kembali mengecup pipi kekasihnya. Villia melangkah dan meninggalkan Ben, membuat Ben menghela napas halus ketika Villia sudah meninggalkannya. Hari demi hari hubungan Ben dan Villia memang sangat dekat, bahkan mereka sering menghabiskan malam bersama-sama. Terakhir kali mereka melakukan hubungan panas itu di apartemen Villia. Villia sudah mendengar tentang Ben sebelumnya, Ben adalah lelaki yang melakukan petualang dari satu wanita ke wanita lainnya, itu lah hidup Ben yang sebenarnya, Ben akan memacari mereka dan tak akan pernah bisa bertahan selama sebulan, Ben akan memutuskan kekasih yang baru ia pacari setelah sebulan, bahkan ada yang lebih cepat dari sebulan. Villia merasa bahwa Ben sangat lah mencintainya, karena hanya dia satu-satunya wanita yang lebih lama dari wanita lainnya yang berada dekat dengan Ben, bahkan mereka masih berpacaran. Villia sangat kagum atas pencapaiannya, bahkan teman-temannya mengakuinya. Ben terkenal atas hobby atau kebiasaan playboynya, sudah banyak wanita yang menangis karena di putuskan. Ben dan Viliia bertemu di barclub mahal yang ada di Roma. Ben bukan jatuh cinta pada pandangan pertama, namun Villia terlalu seksi malam itu, dan Ben ingin merasakan kehangatan dari seorang Villia. Setelah malam panas yang ia lakukan dengan Villia di hotel malam pertama mereka bertemu, Ben mengatakan akan mencoba menjalin hubungan serius dengan wanita berambut merah itu. Villia begitu bahagia kala itu, sangat bahagia, bahkan ia menceritakan kepada seluruh teman-temannya bahwa Ben telah memacarinya hingga saat ini. Itu pencapaian yang sangat hebat, ia adalah wanita pertama yang dipacari Ben lebih lama. Villia berjalan gontai dengan rambut merah menyala keluar dari lift, jalan yang anggun memperlihatkan betapa berkelasnya dirinya, pakaiannya pun sangat mahal. Sesaat kemudian ia mendengar suara ponselnya, tanda pesan masuk, ia tersenyum dan melihat saldo rekeningnya bertambah banyak, uang jajan yang diberikan Ben sangat lah banyak kali ini, tak seperti biasanya. Lalu ada pesan masuk lagi dari Ben. Villia tersenyum dengan pipi merona. [Uang yang aku kirimkan adalah pertanda bahwa kita putus. Aku sudah muak dan bosan denganmu, jadi pergunakan uang itu dengan baik, orangtuamu saja tidak akan memberikan uang jajan sebanyak itu. Tapi aku … menghargai setiap hubungan dengan cara memberikan uang tanda putus. Jangan kemari lagi apalagi menghubungiku, bye.] Villia menghentak kakinya dengan wajah penuh amarah. Ia pun diputuskan, tadinya ia bangga karena dipacari lebih lama dari wanita lainnya, namun akhirnya nasibnya pun berakhir sama. Villia setengah berlari meninggalkan Gedung kantor Ben. Wajahnya memerah, bagaimana caranya ia bisa diputuskan sepihak hanya dengan sejumlah uang dan pesan singkat? Ben benar-benar gila dan b******k. “Apa tidak ada wanita lain?” tanya Ben pada Jackie yang kini berdiri didepan meja kerjanya. “Apa Anda sudah memutuskan Nona Villia?” “Sudah. Kenapa? Kamu mau marah?” “Tidak, Tuan, saya hanya sedikit heran, karena Nona Villia Anda pacari lebih lama dari wanita lain.” “Aku pikir aku jatuh cinta pada wanita itu, tapi sama saja, ia tidak membuat hatiku berdebar.” “Ini jadwal Anda hari ini, akan saya bacakan.” Ben mengangguk. “Oh iya. Kamu sudah rapat dengan dewan?” “Sudah, Tuan.” “Ada yang marah karena kamu menggantikanku?” “Untungnya tidak ada.” “Lalu kenapa kamu yang membawakan jadwalku? Lilyan mana?” “Lilyan harus mengantar anaknya ke rumah sakit,” jawab Jackie. “Aish. Kenapa tidak mencarikanku sekretaris yang seksi dan belum berkeluarga?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD