REAL PAPA ~ MAMA BUAT RANGGA

1066 Words
Mobil pribadi Ahilya dulu ada di rumah Basanti, Ahilya bingung juga mau ambil mobil itu, karena Ahilya nggak berani pulang ke rumah orang tuanya. Ahilya yakin orang tuanya pasti marah karena ternyata dia melahirkan bayi yang bukan anak Keenan. Ahilya juga sangat kaget ketika mengetahui itu bukan bayi Keenan. Dia sama sekali tak percaya bahwa itu adalah anak Febrianto. Sebaliknya Febrianto sangat bangga dan bahagia punya anak. Hanya dia bingung setelah mereka harus cari rumah kontrakan. Untungnya Febrianto punya motor dan sekarang dia sedang semangat cari pekerjaan untuk menafkahi istri dan anaknya. Dia anggap Ahilya adalah istrinya. Biar bagaimanapun itu cinta sejatinya. “Sepertinya kalau pun motor aku jual nggak akan bisa menutup biaya operasi atau perawatan anak kita. Jadi bagaimana dong?” kata Febrianto bingung. “Dan kalau kita jual motor, aku kerja akan repot karena harus bolak-balik naik ojek, aku bingung kerjaan juga belum dapat. Makin bingung kan kalau nggak punya motor buat bolak balik mencari pekerjaan?” Ahilya makin bingung karena dia hanya artisnya. Ahilya juga korban sama seperti Keenan. Dia diharuskan menikah dan tetap kuliah guna memegang perusahaan kelak. Ahilya juga korban, dia juga nggak cinta atau jadi istri Keenan kok. Dia juga nggak mau kok jadi istrinya Keenan, tapi kan ambisi Basanti yang membuat dia harus jadi boneka. Dia hanya artis, dia hanya boneka bukan dalang, bukan sutradara. Ahilya merasa seharusnya dia nggak disalahkan. Itu pikiran Ahilya karena dia juga nggak mau kok. Ahilya tahu Keenan punya istri, dan dia hanya menjadi istri siri saja. Tapi karena dia harus jadi istri Keenan ya sudah dengan terpaksa dia menikah. Sekarang sudah seperti ini dia harus menanggung semuanya dengan anak yang pesakitan tanpa uang sama sekali. Di ATM-nya masih ada sedikit uang sih, juga perhiasannya. Tapi perhiasan ada di rumah mamanya. Itu yang harus dia upayakan ambil. Dia harus pulang diam-diam mengambil semua perhiasannya guna pengobatan Rangga. Ya dia harus seperti itu. Demikian pemikiran Ahilya saat ini. “Kamu yakin Yank?” tanya Febri khawatir. “Yakin nggak yakin Pa, tapi harus kan? Bagaimana Rangga kita pertahankan kalau Mama enggak ambil semuanya?” balas Ahilya. “Masalahnya ada mama Santi di rumahmu Ma.” “Mama tahu jadwal mama Santi keluar Pa. Jadi Mama akan datang saat mama Santi pergi. Papa doakan saja. Sekalian Mama ambil semua berkas-berkas ku. Baik ijazah mau pun hal lain. Kalau Mama bisa kerja atau kita mau ke luar negeri kan butuh semua itu. Kalau keadaannya mungkin kan Mama juga akan bekerja kantor Pa. Kita nggak boleh jatuh. Kita nggak salah kok. Kita juga korban sama dengan Keenan.” “Yang salah kan Mama Santi sama Mama Alyssa. Mereka yang ambisi punya cucu. Keduanya yang atur strategi, kita juga yang paling tersiksa.” “Salah Mama Santi karena yang pengen ngerebut semua harta mama Alyssa kan Mama Santi. Aku nggak salah. Tapi kalau orang anggap aku salah mau diapain?” kata Ahilya, dia benar-benar hanya boneka yang dimainkan dalang. Sekarang semua orang menuduh dia karena satu kesalahan yang dibuat yaitu dia bercinta dengan Febri dan menghasilkan anak! Kesalahannya hanya itu. Tapi kalau untuk merebut Keenan atau merebut harta dia tidak terlibat. Jadi ada dua hal di sini yang harus dipisahkan yaitu dia bersalah karena bercinta dengan orang lain selain suaminya dan hal yang lain adalah dia tidak bersalah dalam hal pernikahan dengan Keenan dan perebutan hartanya. Ahilya sedih disalahkan terkait kelakuan mamanya, karena dia sama sekali enggak tahu dan dia hanya boneka. Jadi dua hal itu yang harus ditegaskan. Sekarang dia harus percaya kepada siapa? Siapa yang bisa dia beritahu kalau dia tidak bersalah soal harta juga pernikahan dengan Keenan? ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kenapa bisa hilang begini?” teriak Basanti Haris. “Itu nggak hilang kan Nyonya? Itu kan dibawa sama anak Nyonya. Itu mobil punya dia sendiri. Kenapa Nyonya teriak-teriak hilang? Kecuali kalau kami yang bawa,” jawab satpam ketika nyonyanya teriak-teriak seperti itu. “Nyonya nggak pesen’kan bahwa non Ahilya nggak boleh bawa mobil itu?” “Karena dari dulu itu mobilnya mobil non Ahilya ya kami bebasin saja dia datang, dia ngambil. Kami pikir setelah dia nggak sama tuan Keenan mobil itu mau dia pakai. Lalu kami salahnya di mana?” “Kami nggak mau dong disalahin seperti itu. Nyonya lapor saja polisi bahwa mobil hilang dan pencurinya adalah anak Nyonya. Gampang kan? Kalau kami sih enggak berani karena kan jelas-jelas mobil itu sejak kelulusan SMA adalah hadiah tuan untuk non Ahilya.” “Tuan yang membelikan. Kami juga tahu. Waktu itu semua pegawai dipanggil saat kelulusan non Ahilya. Semua dipanggil oleh tuan dan itu hadiah dari Tuan. Masa kami mau tahan? Kami enggak berani Nyonya.” “Kalau Nyonya mau lapor, ya lapor polisi saja. Beres kok. Kami berani menjawab di kantor polisi. Karena mobil itu bukan dicuri, melainkan dibawa pemiliknya.” Basanti tentu saja keqi, satpam malah menyuruhnya lapor polisi bahwa mobilnya hilang. Bagaimana dia bisa bilang mobil itu hilang? Jelas-jelas mobil milik Ahilya. Memang diberikan saat lulusan SMA. Benar-benar Basanti bingung karena dia sudah lihat barang di kamar Ahilya juga kosong semua. Baju branded, tas, dan perhiasan sudah tak ada lagi termasuk semua ijazah dan surat penting lainnya. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kamu bagaimana sih Ma? Mama di mana sih? Lama banget, aku ketakutan,” Febri menghubungi Ahilya. “Tenang saja Pa. aku urus dulu semua di sini. Aku tidak mau bawa barang apa pun ke rumah sakit. Barusan semua barang aku sudah aku taruh tempat kost kita. Kalau aku bawa tenteng-tenteng kan berat. Aku bawa semua barang berharga aku Pa. Tas, baju, sepatu pokoknya semua aku bawa. Ada beberapa yang sudah aku iklankan.” “Semua HP secondku, aku bawa. Dulu kan ganti cuma asal ganti bukan karena rusak. Semua aku bawa dan itu akan bisa kita jual. Jadi Papa tenang saja dulu. Mama lagi atur barang-barang. Habis ini Mama langsung ke showroom mobil. Jadi kita nggak bawa barang apa pun.” “Papa jaga saja dokter datang. Enggak ada apa-apa. Papa tungguin saja Rangga,” ucap Ahilya. “Ya sudah cepat, kamu sudah makan kan?” “Belum. Nanti aku makan bareng kamu saja.” “Ya ampuuuuuuuun, ini yang aku takutkan. Kamu malah belum makan kamu makan dulu saja. Kamu itu penya maag akut Yank,” Febri sangat perhatian pada kekasihnya sejak dulu. “Ya sudah nanti pokoknya aku balik dari sini langsung beli makanan buat kita berdua,” Ahilya malah tak peduli akan kesehatannya. Itu sebabnya mereka cocok, saling melengkapi. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD