Badai mendengar amarah yang teramat dalam dari Kayshilla. Rupanya pengkhianatan sangat melukainya sehingga siapa pun yang berkhianat dia akan marah. Terlebih Kemala adalah sahabatnya.
“Tapi kan mereka enggak cegah, karena memang mereka sama-sama suka, sama-sama menyukai kegiatan tersebut, jadi mereka memang siap menerima resiko bila ada anak.”
“Sudahlah nggak usah berargumentasi apa pun. Aku jijik, aku sangat jijik sama Gerhana. Apa pun kondisinya.”
“Beberapa kali kami bertemu sebelum dia ketahuan menghamili adiknya, waktu dia masih menjadi kekasihnya Kemala, tapi kan sudah tidur dengan adiknya itu. Lagaknya manis dan setia pada Kemala. Sekarang mendengar namanya saja aku jijik.”
“Aku tidak suka sahabatku disakiti seperti itu!” Gerhana yang berdiri di belakang kursi Kayla pucat pasi mendengar semua ucapan Kayshilla. Seorang sahabat saja sudah sangat marah dan geram pada dirinya. Gerhana bisa membayangkan bagaimana jijik dan marahnya Kemala yang dia sakiti.
‘Pantas Kemala bahkan tak sudi menemui mama dan papa saat mereka ingin minta maaf dulu.’ Gerhana hanya memberi kode pada Badai dengan memegang dan menunjuk ponsel, lalu dia balik badan dan pergi. Gerhana sadar apabila terlihat oleh Kaysilla pasti perempuan tersebut akan bicara ketus dan keras. Semua orang nanti malah mendengar. Jadi lebih baik dia menjauh.
Padahal tadi Gerhana mencari Badai untuk mengatakan bahwa orang tua Badai datang mencari dirinya. Karena Gerhana, Badai dan Hasan adalah sahabat sejak kecil, maka orang tua mereka juga sudah kenal lama, sehingga orang tua Badai dan orangtuanya datang saat uwaknya Hasan meninggal.
‘Aku tadi mencarimu karena orang tuamu datang tapi ya sudahlah aku nggak enak sama Kayshilla. Aku memang pernah beberapa kali menemuinya ketika aku sering menjemput Kemala. Jadi dia kenal aku tidak seperti Hasan yang tidak dia kenal,’ tulis Gerhana pada Badai.
Cukup lama Badai dan Kayshilla ngobrol, karena orang tua Kayshilla tentu tidak sebentar di dalam, dekat jenazah uwak Abdurrahman. Rupanya mama ibunya Kayshilla kenal dengan mamanya Hasan jadi mereka ngobrol di dekat jenazah.
“Sudah Mi?” tanya Kaysilla ketika ibu dan ayahnya sudah bersiap untuk pulang.
“Ya sudah. Tadi cuma sebentar saja memberi ucapan duka cita pada Akang Abdurrahman, ternyata adiknya itu dulu pernah satu sekolah sama Mami di SMP, tapi ya nggak kenal dekat. Cuma pernah satu sekolah saja dan kami sama-sama pernah satu tim kesenian dari sekolah. Tapi lain bidang. Jadi makanya pas tadi ketemu yang ngobrol sebentar,” jelas Arivazhagi Sadendra, mami Kayshilla.
“Ini putrimu?” tanya mamanya Hasan.
“Iya ini putriku,” jawab Arivazhagi. Kayshilla langsung memberi salim pada ibunya Hasan.
“Wah sopannya, menantu idaman nih,” celetuk mamanya Hasan.
Badai yang berdiri di situ kembali tertusuk duri mendengar kata-kata mama Hasan. Dukungan dari mama itu yang paling dinanti semua anak. Peluang Hasan mendapat restu dari orang tuanya tentu semakin besar melihat ibunya Hasan suka pada Kayshilla.
“Enggak juga tuh. Kalau dia menantu idaman tentu mertuanya tidak menyuruh suaminya untuk menikahi perempuan lain, kasusnya viral, tahu kan?” jawab Arivazhagi ibunya Kayshilla, dengan senyum miris. Sangat sedih dia putrinya mendapat perlakuan sangat buruk dari almarhumah besannya.
“Itu mertua gila! Kalau buat aku nggak juga sih, anak itu kan urusan Allah dan ternyata benar kan? Kalaupun memang dia tidak mandul pun mungkin memang Allah belum memberi dia dengan Kayshilla momongan karena mereka sedang digodok dulu biar siap. Tapi dengan perempuan lain bisa langsung jadi mungkin juga untuk cobaan.”
“Itu kalau misalnya mantannya Kayshilla tidak mandul. Tapi sudahlah laki-laki busuk seperti itu buang tempat sampah saja. Kayshilla lebih baik memulai hidup baru, tidak usah pernah takut atau ragu memulai langkah baru.”
“Banyak kok laki-laki di sana yang terbuka matanya, dan banyak pula para ibu yang tak peduli anaknya dapat janda atau dapat duda. Tergantung kitanya.”
“Kalau Tante mah nggak peduli, kalau memang jodoh mau diapain? Apa kita melarang anak kita menikah karena dia dapat duda atau dia dapat janda?”
“Enggak juga kan? Itu ketentuan Allah. Jangan suka mengatur jodoh orang, walau itu anak sendiri,” kata ibunya Hasan. Dalam hal ini sudah jelas dia tidak melarang bila Hasan mendapatkan seorang janda siapa pun itu.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Hasan sendiri malah tidak bertemu dengan Kayshilla. Dia mendapat cerita dari Gerhana dan Badai tengah malam ketika para tamu sudah mulai pulang. Hanya beberapa kerabat yang masih mengaji karena pemakaman besok jam 11.00, jadi malam ini memang jenazah diinapkan di rumah Hasan.
“Ada duka memang di mata Kayshilla, aku lihat kemarin. Ternyata itu yang dia alami?” Hasan baru tahu cerita yang Kayshilla alami dari Badai. Gerhana juga kaget, karena sejak dia bermasalah dengan Kemala, tentu tak pernah dengar perkembangan sahabat Kemala itu.
“Aku memang melihat luka itu. Tapi dia cantik, walau demikian aku memang tidak berminat pada dia. Jadi kamu nggak perlu takut. Kalau pun mamaku suka ya nggak apa-apa. Mau nggak suka, nggak ada larangan. Tapi akunya tidak menyukai tipe dia,” jelas Hasan.
“Aku sudah menyukai seseorang, tapi ketika itu dia milik orang lain. Itu sebabnya aku sejak dulu tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun karena jiwaku sudah terpaut padanya. Mungkin nanti aku akan mendekatinya,” jawab Hasan berteka-teki ketika Badai memberitahu bahwa ibunya merestui bila dia menikah dengan seorang janda sekali pun.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Kok aku nggak ngelihat Gerhana ya? Padahal kan itu rumah sahabatnya. Ada Badai di sana. Mengapa bisa tidak ada Gerhana? Apa Gerhana nggak berani dekatin aku ya? Pasti dia takut aku maki-maki karena 4 hari sejak kejadian Kemala terluka ketika bertemu di mall langsung dia aku maki-maki. Pasti dia ingat peristiwa tersebut. Pasti!”
“Aku yakin dia pasti ada di sana. Tak mungkin tidak ada. Bahkan orang tuanya Badai saja ada,” kata Kayshilla saat masuk ke kamar tidurnya. Dia dan orang tuanya memang satu mobil, tadi dia dijemput orang tuanya untuk ikut takziah.
Kayshilla memang sudah kenal orang tua Badai, mereka bertemu saat Pavita melahirkan. Keduanya ada saat menantunya dia operasi.
Kayshilla merasa ada yang aneh, mengapa dia tidak bertemu Gerhana sama sekali. Itu kecurigaan Kayshilla. Dia tahu Gerhana pasti menghindarinya.
“Sudahlah nggak usah diceritain ke aku,” jawab Kemala ketika Kayshilla memberitahu tentang pertemuan dia dengan Badai dan orang tuanya di rumah duka Hasan dan kecurigaan Kayshilla mengapa tidak ada Gerhana di sana. Kayshilla sangat penasaran, itu sebabnya dia menghubungi sang sahabat. Dia malah lupa memberitahu info kalau Gerhana sedang proses cerai.
“Kalau aku lihat sih dia ada. Karena abang bikin status di W4, mereka bertiga sedang duduk di sebelah jenazah. Jadi pasti ada,” kata Kemala.
“Berarti dia memang menghindari aku ya?”
“Aku juga berpikir seperti itu. Tentu dia takut kau umbar amarah lagi seperti ketika bertemu dengannya dulu.”