‘Mengapa dia membangun rumah dengan persiapan untuk dua kamar anak ya?’ Badai memperhatikan gambar yang dibuat para pegawainya. Termasuk Petrus yang sedang mengeksekusi permintaan Kayshilla.
‘Apa dia sudah punya calon suami, sehingga sudah mempersiapkan kamar anak?’
‘Tapi aku yakin nggak seperti itu sih. Dia sudah terluka dengan laki-laki. Mungkin dia berpikir jauh ke depan, suatu saat bila dia kembali menikah saja.’
‘Tapi kalau dia kembali menikah ngapain dia harus menyiapkan rumah untuk dirinya dan anak-anak? Kenapa nggak nunggu suaminya saja yang nyiapin?’ Badai terus memperhatikan detail desain yang diminta oleh Kayla pada Petrus. Dia bisa menilai Kayshilla suka masak, karena minta dapur kotornya sangat besar.
‘Aku rasa dia tipe yang memang berpikir jauh untuk masa depan. Dia positif berpikir untuk ke depan akan kembali menikah, walau dia sekarang masih terluka. Tapi dia sudah memikirkan hal tersebut.’
‘Kalau soal nanti dia dapat rumah dari suaminya aku, yakin dia tetap akan menempati rumah bersama sanga suami seperti ketika menikah dengan suami pertamanya. Tapi juga dia harus prepare semua untuk dirinya sendiri.’
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Iya ada apa?” tanya Kayshilla dia memang mendapat pesan dari Badai yang mengatakan tidak berani menghubungi Kayshilla secara langsung karena takut sedang menghadapi pasien.
Badai minta Kayla menghubungi bila telah ada waktu. Itu mengapa saat ini Kayshilla langsung menghubungi lelaki tersebut.
“Kamu kan waktu itu bilang rumahmu yang lama itu mau dijual. Selama ini kamu tinggal di mana?” tanya Badai.
“Memang ada apa ya? Kok tanya tempat aku tinggal sekarang?” bukannya menjawab, Kayshilla malah balas bertanya.
“Ada konsumenku minta rumah lengkap kalau bisa dengan isinya. Dia minta yang tidak di perumahan walaupun itu cluster sekali pun.”
“Kayaknya rumahmu itu tepat. Jadi aku ingin menawarkan. Cuma dia butuh cepat, maka aku ingat kamu. Kalau kamu tinggal di situ kan butuh waktu juga buat proses pindahanmu. Maksudnya aku tanya tadi kalau rumah itu kosong bisa langsung dia tempati setelah transaksi.”
“Itu saja. Aku nggak pengen tahu kamu domisili di mana sih. Tapi berkaitan dengan rumah yang waktu itu kamu bilang mungkin ada yang berminat silakan ditawarkan kan, begitu,” jelas Badai rinci mencegah agar Kayshilla salah tanggap.
“Oh seperti itu. Waktu aku keluar dari rumahku satu minggu aku tinggal di hotel sambil cari-cari tempat tinggal. Sekarang aku di apartemen. Aku sewa satu tahun sambil menunggu rumah yang aku bangun selesai. Maka aku ambil sewa satu tahun apartemen yang aku tinggali saat ini.”
“Kalau begitu besok aku tawarkan atau sore ini mungkin pembeli menghubungiku. Aku akan tawarkan rumah tersebut, masih ada beberapa isi ya?”
“Bukan beberapa sih. Semua barang rumah tangga lengkap. Nggak ada yang aku bawa. Mantan suami juga nggak ada yang bawa apa pun.”
“Kami hanya bawa barang pribadi masing-masing, untuk furniture semua sampai urusan di dapur itu full lengkap tanpa kurang apa pun,” jelas Kayshilla.
“Wah kayaknya jodoh nih. Memang orang itu mencari yang seperti itu. Dia mau cepet tinggal entah kenapa.”
“Ya terserah saja. Pokoknya aku sudah kasih tahu gambarannya seperti itu. Aku juga sudah tahu kasih tahu harga. Kalau mau ambil kunci juga boleh. Atau aku antar saja ke sana, ke kantormu, bagaimana?”
“Ya kasihkan saja ke Petrus kalau aku nggak ada,” balas Badai. Dia sudah mau keluar janjian dengan customer lainnya.
“Ya sudah aku kirim sekarang, anak buahku buat ketemu Petrus ya.”
“Oke aku tunggu,” balas Badai senang. Dia tak perlu menyesaal karena yang antar kunci bukan Kayshilla langsung. Kalau Kayshilla yang antar tentu dia akan menyesal tak bisa bertemu.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Pada prinsipnya saya tidak mencuri kok. Walau barang-barang itu benar ada di brankas saya. Saya hanya menyimpan semua yang sahabat saya berikan untuk saya. Alyssa sahabat terdekat saya, dia memberikan dengan sukarela tanpa ada penekanan.”
“Alyssa sudah mengatakan semua yang saya inginkan silakan ambil saja tanpa perlu p********n apa pun tanpa perlu ACC dia lagi. Itu dia berikan, dia beritahu secara lisan.”
“Manager tokonya tahu itu. Lalu saat saya pertama kali ambil barang, saya berikan surat tertulis dari Alyssa, di mana kesalahan saya? Tapi karena putranya Alyssa minta semua barang dikembalikan, ini saya kembalikan. Tapi serius saya tidak mencuri barang milik Alyssa.”
Begitu konferensi pers yang Basanti lakukan.
Dia tetap melakukan pembelaan diri. Basanti tak mau kalau dia disalahkan mencuri. Tentu saja keluarga Alyssa yang memang diminta oleh Keenan datang menghadiri konferensi pers untuk hadir ngamuk. Karena tidak terima Alyssa diperlakukan seperti itu.
“Alyssa itu orang yang lemah, Alyssa itu orang yang sangat baik. Saya nggak mengerti kenapa tiba-tiba dia berambisi punya cucu untuk keturunan Otto dan Mulya, pasti juga karena tekanan kamu. Sebab keluarga Otto tak pernah mengharuskan pasangan dalam keluarga mereka punya anak.”
“Keluarga Otto dan Mulya sadar, urusananak, rejeki, jodoh, maut itu urusan Allah. Kami sadar itu, sehingga TIDAK MENGHARUSKAN anak dan keponakan kami PUNYA ANAK!”
“Lalu kamu bilang semua yang kamu ambil atas persetujuan Alyssa. Sekarang kita tidak bisa minta jawaban atau bantahan dari Alyssa karena dia sudah dimakamkan.”
“Saya yakin dia langsung meninggal begitu mengetahui semuanya yang dia lakukan salah, karena dia orang baik. Dia tidak harus menanggung derita dari perbuatan yang kamu lakukan. Dia sungguh-sungguh hanya korban ambisimu saja.”
“Dia kamu panas-panasin agar punya cucu dari keturunanmu. Jadi menantu pertama Alyssa bisa ditendang. Itu tujuan kamu kan!” kata sepupu Alyssa meradang.
“Saya tahu sejak kecil kamu selalu menekan Alyssa, tapi Alyssa merasa kamu adalah penolongnya. Saya tahu itu,” ucap sepupu Alyssa yang lain. Membuat Basanti pucat.
“Kamu licik. Kamu yang menendang Alyssa, tapi kamu yang mengelus-elus seperti bukan kamu pelaku penendangan itu.”
“Kamu yang menjorokkan Alyssa ke got, lalu kamu berupaya membangkitkan dia dengan penuh kelembutan. Seakan-akan kamu adalah pahlawannya. Itu yang selalu Alyssa dapatkan dari kamu. Sehingga apapun yang kamu katakan, dia selalu menurut. Saya tahu itu, sangat tahu,” kata sepupu yang lain.
Tentu saja Basanti kaget karena fakta itu akhirnya terungkap. Dia memang paling benci Alyssa, karena semua apa pun yang dia inginkan dimiliki oleh Alyssa. Sedang dia tidak punya.
Alyssa itu cantik, cerdas, lembut. Itu tidak dia miliki. Lalu saat mulai SMP banyak pemuda-pemuda tampan yang mengejar Alyssa, ada mendekati Basanti hanya untuk perantara berkenalan dengan Alyssa. Itu membuat Basanti semakin benci pada Alyssa.