Keenan tidak datang secara langsung di konferensi pers, dia mengawasi dari monitor saja. Dia yang mengundang perwakilan keluarga Mulya dan Otto. Selain lima wartawan online, Keenan juga mengundang beberapa keluarga Haris dan Mulawarman.
Basanti memang sedang diborgol kakinya oleh Keenan dengan hadirnya semua perwakilan yang Keenan hadirkan. Dia sungguh tak menyangka disandera seperti ini.
Keenan baru mengerti ternyata seperti itu. Keenan sadar memang ibunya sebenarnya sangat lembut. Entah mengapa setahun lalu tiba-tiba ibunya meminta Keenan segera punya anak dan langsung menyodorkan Ahilya.
Keenan baru sadar ternyata memang seperti itu, seperti yang bibinya tadi katakan bahwa Alyssa sepertinya di bawah tekanan dari bidadari penyelamatnya yaitu Basanti.
Keenan jadi teringat mata bengkak Ahilya ketika pertama kali bertemu dengan dirinya. Benar-benar Ahilya saat itu matanya sembab pada saat makan malam pertama kali, malam yang Alyssa adakan untuk memperkenalkan dia dan Ahilya.
Mungkin karena Ahilya juga tidak mau dijodohkan dengan dirinya, namanya anak ABG pasti nggak maulah, tapi entahlah.
“Rasanya aku nggak pernah bercakap-cakap sama Ahilya, dalam artian tukar cerita, tukar pendapat, atau apa pun. Aku juga nggak tanya kenapa dia mau dijodohkan denganku.”
“Bodoh! Seharusnya kami negosiasi. Seharusnya aku tidak menuruti semua kehendak Mama seperti itu,” sesal Keenan sambil terus menatap monitor dibalik ruang konferensi pers. Dia duduk bersama dengan Nagendra dan pengacara Nagendra.
Keenan mengingat bagaimana Ahilya membuang muka ketika pertama kali dia menariknya ke kamar. Seakan penuh penyesalan, bahkan mereka sama-sama tidak naked saat itu.
Malam pertama memang terjadi di Madura, di rumah kakek Ahilya, tapi selanjutnya di rumah yang Keenan siapkan untuk istri sirinya itu.
Sama sekali tidak naked.
Bahkan ketika pertama kali melakukannya Keenan hanya menurunkan celananya dan dia juga yang memaksa Ahilya membuka bagian pakaian bawah pakaiannya, tanpa pemanasan apa pun langsung dia lakukan transaksi.
Selesai, dia langsung keluar kamar dan ngobrol bersama keluarga besar Mulawarman. Keenan tidak peduli tangisan istri sirinya ketika itu.
Tidak ada kepuasan bila dia telah melakukannya, bahkan tidak ada rasa nyaman. Tapi itu harus dia lakukan demi ambisi sang mama.
“Tolonglah Mama Nan, kalau bukan karena Basanti sejak SMP Mama itu sudah mati. Dia berkali-kali menolong nyawa Mama. Tolonglah kali ini kabulkan niat Mama untuk membalas jasa Basanti.”
“Mama belum pernah balas jasa dia sama sekali. Belum pernah.”
“Saat SMA malah Mama sampai dirawat di rumah sakit, karena akan diperkosa orang dan dia yang menolong Mama.”
“Tolonglah bantu Mama membayar hutang budi Mama, dengan menjadi penolong Mama saat ini. Menikahlah dengan Ahilya,” pinta Alyssa setahun lalu.
“Nggak bisa Ma, aku punya Kayla, nggak mungkin aku menduakan dia. Aku teramat mencintainya dan tak ingin dia terluka dengan pernikahanku, aku hanya mencintai dia,” tolak Keenan.
“Kamu hanya perlu menikahi Ahilya sampai punya anak. Lalu nanti anak itu biar Mama yang adopsi. Kalau bisa nanti kita bujuk Kayla biar dia yang adopsi, jadi anak kamu sendiri, kamu adopsi,” begitu rencana busuk Alyssa yang dipandu oleh Basanti tentunya.
Keenan ingat kala itu mamanya mohon-mohon agar Keenan mau menuruti permintaannya untuk balas jasa pada Basanti, dewi penyelamatnya sejak kecil.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Bohong,” ucap Kayshilla ketika Badai minta atur pertemuan dengan pembeli. Padahal baru tadi siang Badai menghubungi katanya ada orang ingin beli rumahnya.
Tiba-tiba habis maghrib Badai menghubungi lagi orangnya langsung mau beli rumah itu segera.
“Aduh aku bingung nih. Bagaimana kalau besok sehabis praktek dia langsung temuin aku di rumah sakit saja?” tawar Kayshilla.
“Aku bener-bener nggak bisa keluar. Kalau dia mau ya sama Abang lah temui aku di rumah sakit jam 02.00 siang. Bisa sampai jam 04.00 aku kosong,” lanjut Kayshilla.
“Memang sore ada praktek lagi?” tanya Badai.
“Nggak juga. Tapi aku mengharuskan diriku jam 04.00 itu sudah berangkat ke rumah. Itu sudah aku gariskan sejak aku masih punya suami. Jadi begitu suami sudah tiba di rumah aku sudah fresh, sudah masak buat dia segala macam. Atau kalau kami sudah ada anak pokoknya jam 05.00 itu aku sudah stay di rumah.”
“Jadi anak tidak kehilangan aku sebagai ibunya, orang lain aku urus, tapi anak aku malah aku biarkan di rumah sendiri. Kan nggak bener. Jadi itu sudah aku gariskan sejak aku masih gadis sebelum aku pacaran. Aku tidak mau praktek sore kecuali kalau dinas malam atau apa. Itu kan lain cerita ya.”
“Tapi maksudnya kalau keseharian seperti itu jam aktivitasku. Jadi ya seperti itulah pokoknya.”
“Aku nggak bisa kalau harus lewat dari waktu yang aku sebutkan tadi.”
Badai makin kagum akan cara berpikirnya Kayla.
‘Dia berpikir sangat jauh sejak gadis, pantas sekarang dia mempersiapkan rumah untuk anak-anak lebih dulu padahal belum punya suami. Benar-benar pikirannya sangat jauh. Dia tak ingin anak-anaknya kehilangan waktu orang tuanya. Dia tak ingin suaminya tidak keurus sehingga mungkin suaminya cari orang yang lebih perhatian pada dirinya.’
‘Begitu saja suaminya malah selingkuh dari dirinya. Padahal dia sudah sangat baik sedemikian rupa.’
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
“Iya Pak,” kata Wahyudi mendapat telepon dari Hasan. Kemarin Wahyudi pernah menghubungi Hasan lebih dulu sehingga Hasan punya nomor pegawainya itu.
“Apa kamu masih di rumah sakit?”
“Iya Pak. Saya izin ke kantor satu minggu ini, sambil nanti saya mengambil cuti tahunan. Istri saya sudah keluar kemarin, tapi putri kami belum. Jadi ya saya dan istri masih di rumah sakit menemani baby, karena kan istri saya memberi ASI,” jelas Wahyudi.
“Kamu ngawur! Istri kamu itu habis melahirkan, dia tinggal di rumah sakit tidur di mana?” tegur Hasan.
“Nggak apa-apa Pak. Demi anak kami, enggak apa-apa kok. Kami menunggu di teras ruang baby. Kalau malam kami gelaran di situ dan istri saya bisa tidur nyenyak. Yang penting dia bisa memberi ASI semaksimal pada baby. Mungkin memang bisa sih dikasih ASIP atau ASI Perah dari botol. Tapi lebih baik menggunakan yang aslinya saja. Nanti biar tidak bingung put!ng kata dokter.”
“Jadi anakmu kemungkinannya masih lama atau bagaimana?” tanya Hasan.
“Hari ini diagnosa terakhir dokter bisa memindahkan dia keluar dari inkubator atau tidak. Lalu nanti selepas inkubator dia akan dipantau satu atau dua hari. Setelah itu baru dinyatakan bisa keluar atau tidak Pak. Jadi masih tiga hari lagi pemantauan putri kami,” jelas Wahyudi.