Pernikahan suamiku (1)

1287 Words
Keesokan harinya. Aline masih mengurung diri didalam kamarnya. Tidak tidur semalaman dan terus menangis. Menolak untuk bertemu dengan siapapun, makan dan minum dia tidak mau. Dia hanya ingin sendiri dan tidak mau ada satu orang pun yang mengganggunya. Aldo menunggunya di depan pintu semalaman dan terus meminta agar Aline membukakan pintu kamar untuknya. "Sayang! Aku mohon buka pintunya, kamu belum makan sejak kemarin, aku mohon sayang!" Teriak Aldo yang masih saja menunggu dan berharap jika Aline akan membukakan pintu dan tersenyum kembali seperti biasanya kepadanya. Air mata pun kembali mengalir dari sudut mata Aldo yang terus membasahi wajahnya. Dia juga sama terlukanya seperti Aline, tapi dia juga tidak bisa memiliki pilihan yang lain. Karena posisinya juga tidka bisa membuatnya untuk membuat pilihan. Saat Aldo yang masih menunggu Aline untuk membuka pintunya. Dari belakang ada seseorang yang menepuk bahunya. Aldo terkejut dan dia pun menoleh. Aldo melihat jika itu adalah ibunya. "Mama! Kenapa ada disini?" Tanya Aldo sambil menggosok matanya dan langsung menghapus air mata di pipinya. Merry menatap putranya yang terlihat menyedihkan dan merasa kesal saat melihat kearah pintu. "Kenapa kamu menangis? Wanita itu tidak menghargai kamu dan dengan teganya membiarkan kamu sebagai suaminya menunggu disini? Astaga! Aldo cepat sadar nak, dia bukan wanita yang baik untuk kamu!" Ucap Merry dengan suara keras dan dia dengan sengaja agar Aline mendengarnya. Aline mendengarnya dengan sangat jelas. Dia tertawa getir dan berkata, "kamu dengar Al, bahkan mama kamu saja memang tidak pernah menyukai aku. Untuk apa aku harus bertahan disini lagi! Hiks… hiks… ibu aku ingin pulang. Aku benci tinggal disini!" Ucap Aline dan air matanya mengalir deras bagai hujan yang diselimuti oleh awan gelap yang menutupi seluruh hatinya selama ini. "Tuhan, aku ingin pergi, tolong beri aku jalan ya Tuhan! Aku muak dengan semua ini, hiks… hiks… dulu aku sangat mencintainya tapi sekarang aku sangat membencinya, sangat membencinya!" Ucap Aline dan dia melempar benda sekencang-kencangnya ke lantai. Prangg … Suara itu terdengar sangat kerasa sekali. Aldo yang berada diluar merasa terkejut dan dia pun langsung panik. "Aline ... Apa yang terjadi?! Ayo buka pintunya sayang, cepat buka pintunya!!!" Teriak Aldo yang semakin panik, dia langsung mendobrak pintunya dan akhirnya pintu itu pun terbuka. Aldo terkejut saat melihat Aline yang duduk memeluk lututnya di atas tempat tidur. "Sayang, kamu baik-baik saja kan?!" Tanya Aldo dengan suara panik, dia pun langsung berjalan mendekati Aline namun Aline langsung menghindarinya. "Sayang, apa yang terluka? Coba sini! Aku ingin melihatnya sayang!" Ucap Aldo dengan penuh perhatian, namun Aline tetap diam membisu dan terus menolak sentuhan dari Aline. Merry merasa kesal dengan sikap Aline dan dia pun berteriak dengan nada ketus. "Aline, jangan bersikap sombong kamu! Aldo masih mau memikirkan kamu tapi kamu tidak bersyukur sama sekali! Dengarkan mama! Aldo akan menikah dengan Meta hari ini, jadi kamu tidak usah banyak bertingkah karena mama tidak akan pernah memberi kamu kesempatan lagi untuk sombong di rumah ini, karena bukan hanya kamu saja yang menjadi istrinya Aldo dan bukan satu-satunya nyonya di rumah ini, karena Meta mulai hari ini akan menjadi nyonya di rumah ini!" Ucap Merry dengan nada ketus. Aldo mengepalkan tangannya, dia belum memutuskan untuk menikahi Meta tapi mamanya sudah memberi keputusan terlebih dahulu. Aldo ingin bicara tapi disela oleh Merry kembali. "Aldo! Kamu tidak bisa mengelak lagi, Meta sedang hamil besar dan kamu harus segera bertanggung jawab dan karena Aline sudah mengetahuinya, jadi mama berharap hari ini kamu menerima keputusan ini. Sore ini jam empat, kita akan melakukan upacara pernikahan dan untuk resepsinya tunggu Meta melahirkan," ucap Merry sambil melirik kearah Aline dengan sinis dan dia pun pergi meninggalkan kamar itu dengan wajah penuh senyum gembira. Dia sebentar lagi akan bisa menyingkirkan Aline dari kehidupan putranya. Aldo menunduk, dia tidak bisa mengatakan apapun karena dia juga berada di situasi yang sulit. Aline tersenyum sambil menitikkan air matanya. Tatapannya kosong dan hanya ada kebencian yang tertinggal didalam hatinya. "Cepat pergi! Calon istri kamu sudah menunggu, jangan terlalu lama kamu tinggal disini, nanti aku dikatakan wanita penghancur pernikahan orang lain!" Ucap Aline dengan nada mengejek. "Apa yang kamu katakan Aline? Kamu istri pertama aku, kamu bukan wanita itu! Aline, tolong jangan membuat aku semakin tersiksa seperti ini!" Ucap Aldo dan dia meraih pergelangan tangannya dengan erat. "Lepaskan aku Al! Aku tidak mau disentuh oleh tangan seorang pengkhianat!" Teriak Aline sambil meronta untuk melepaskan dirinya. "Aline, aku mohon mengerti posisi aku saat ini! Aline aku pun sangat menderita, bukan hanya kamu saja!" Ucap Aldo sambil menitikkan air matanya kembali. "Lepaskan aku Al! Lepaskan aku, aku mohon! Aku mohon. Hiks .... Hiks …," ucap Aline, dia menangis kembali. Aldo berusaha memeluknya tapi Aline mendorong tubuhnya membuat Aldo mundur dan terhuyung-huyung. "Aline! sebenci itu kah kamu padaku!" Tanya Aldo sambil menatap Aline lebih dekat lagi. "Iya! Aku sangat membenci kamu Al, sangat membenci kamu! Kamu pembohong Al, kamu pembohong! Hiks … hiks … hiks, aku membenci kamu Al!" Teriak Aline. Semua rasa sakit didalam hatinya kini keluar dari mulutnya. Aldo ingin menyentuh Aline lagi tapi Aline kembali menghindar dan hanya kekosongan yang Aldo raih. Aline berdiri dan menoleh kearah Aldo. "Setelah kamu menikah, tolong secepatnya urus surat perceraian kita dan aku akan secepatnya pergi dari rumah ini!" Ucap Aline dengan tatapan kosong. Dia membuka lemari pakaian dan dia mencari pakaian pesta yang paling bagus. Aldo berdiri dan kembali mendekatinya. "Aline, kamu benar-benar ingin bercerai denganku?" Tanya Aldo dengan suara lirih. "Iya! Aku membenci sebuah perselingkuhan dan bukankah kamu mengetahuinya, jika aku anak korban dari sebuah perselingkuhan," ucap Aline dan dia pun berjalan menuju kamar mandi. Dia akan berdandan sangat cantik bahkan harus tampil lebih cantik daripada Meta. Aldo memanggil Aline dengan suara lirih. "Aline, aku tidak berniat untuk melakukannya karena semua ini hanya sebuah kecelakaan!" Aline yang sudah berdiri di pintu kamar mandi pun menoleh. "Apapun alasannya, perselingkuhan tetaplah aku membencinya! Aku ingin bercerai apapun yang terjadi!" Ucap Aline dan dia pun masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah besarnya, meninggalkan Aldo yang sudah merasa sangat frustasi. Dia mengusap wajahnya dan merasa sangat Frustasi. "Aaarrghhh ... Aline, aku tidak akan melepaskan kamu, apapun yang terjadi kamu hanya akan menjadi milikku! Teriak Aldo dengan penuh kesedihan. Aline mendengarnya dari balik kamar mandi dan kembali menangis di sana. ***** Di tempat lain. Pria tampan itu duduk di atas tempat tidur tanpa memakai apapun dan disampingnya ada wanita yang terbaring lemas karena percintaannya semalam. Dia menyewa wanita itu karena sejak bertemu wanita itu, pikirannya selalu tertuju padanya. Membuatnya berfikir jika dia bercinta dengan wanita lain bisa melupakannya tapi nyatanya itu tidak terjadi dan pagi ini dia pun masih memikirkannya. "Sial! Kenapa wajahnya terus terbayang-bayang dalam pikiranku! Argghh ... Kenapa bisa begini!" Ucap pria tampan itu yang bernama Darren Adhitama. Dari belakang ada tangan putih yang melingkar di pinggangnya dan dia langsung memeluk manja Darren dari belakang. "Bos tampan, anda sudah bangun?!" Tanya wanita itu dengan suara seksi dan sangat menggoda. Namun Darren tidak terpengaruh, dia masih mengingat wanita itu, wanita dingin namun sudah mencuri perhatiannya. "Lepaskan tangan kamu dan pergi secepatnya!" Teriak Darren dengan nada galak. Wanita itu pun ketakutan dan segera melepaskan pelukannya. Dia mengambil pakaiannya dan segera mengenakannya, setelah selesai dia langsung meninggalkan Darren sendiri. "Ahhh, sial! Aku harus menemukannya! Harus!" Teriak Darren sambil mengacak- acak rambutnya. Sampai ujung dunia pun akan aku cari! Cantik tunggu aku menemukan kamu, aku pasti mendapatkan kamu!" Ucap Darren sambil tertawa penuh percaya diri. Dia sudah meniduri banyak wanita tapi tidak rasa yang membuat hatinya bergetar, semua yang dia lakukan hanya untuk menghilangkan rasa kesepian dan melampiaskan hasratnya yang jika tidak dia salurkan, kepalanya akan terasa sakit. "Cantik! Kamu wanita yang sudah mengganggu pikiranku, tunggu aku untuk mendapatkan kamu, sayang!" Ucap Darren dan dia pun tertawa sendiri. Dia yakin akan bertemu kembali dengan wanita yang sudah mengganggu pikirannya. -bersambung- Dhini-218 only on : Dreame n innovel
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD