Pernikahan suamiku 2

1179 Words
Setelah mengganti pakaiannya di kamar mandi, Aline pun keluar dan dia tidak melihat Aldo didalam kamarnya lagi. Aline menghela nafas panjang, karena dia tahu kemana Aldo pergi. Menatap wajahnya didepan kaca. Matanya bengkak dan wajahnya terlihat sangat lesu dan terlihat jika dirinya benar-benar sangat menderita. "Aline, kamu harus kuat! Orang dibawah adalah semua musuh kamu, mereka akan tertawa puas saat melihat kamu menangis dan menderita. Aline kamu harus kuat!" Ucap Aline sambil menatap wajahnya didepan cermin. Dia mengambil tas dan memasukkan beberapa barang karena setelah hadir di acara pernikahan dia akan pergi dan tidak ingin kembali lagi. Mungkin dia akan kembali hanya untuk mengambil barang-barang yang tertinggal dan tidak Sudi untuk tinggal di rumah yang akan menjadi neraka dalam hidupnya nanti. Setelah memasukkan barang kecil yang menurutnya sangat penting. Aline mulai menghias dirinya, dia harus jauh lebih cantik dari pengantin wanita itu sendiri karena sejak mereka kuliah dan bersama, Aline jauh lebih cantik dari Meta, Meta cantik karena dia melakukan operasi plastik karena dia berasal dari keluarga yang kaya. Berbeda dengan Aline yang memiliki kecantikan alami bahkan wajahnya jarang tersentuh dengan make up. Setelah merasa wajahnya sudah terlihat sempurna. Aline menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Dia berharap jika dia bisa menahannya hingga upacara pernikahan selesai. Aline keluar dari kamarnya dan memandang kearah lantai bawah. Terlihat begitu ramai dan cukup mewah. Pernikahan yang katanya hanya dilakukan dengan sederhana malah terlihat jauh lebih mewah dari upacara pernikahannya dahulu. Dia hanya menikah di kantor catatan sipil dan yang hadir hanya ibu dan adiknya. Tidak ada orang lain, bahkan orang tua Aldo tidak datang sama sekali. Suasananya begitu ramai dan tawa bahagia menyelimuti semua orang yang ada dilantai bawah. Keberadaannya tidak dianggap sama sekali. Aline menitikkan air matanya, dia merasa jika dirinya sangatlah tidak berharga dan tidak ada artinya lagi. Aline semakin memiliki tekad yang bulat untuk segera pergi meninggalkan rumah ini. Rumah yang terdapat cintanya bersama Aldo. Cinta mereka berdua yang hancur oleh kehadiran orang ketiga dan juga kejahatan mertuanya yang akhirnya berhasil memisahkan mereka. Aline menghapus air matanya dan mengambil kaca. dia merapihkan riasannya dan setelah selesai. Aline pun turun dan ikut bergabung disana. Aldo sudah duduk didepan bapak penghulu dan disampingnya ada Meta yang terus tersenyum bahagia. Aline duduk tepat dibelakang Aldo dan tersenyum dingin kearahnya. Aldo menoleh dan melihat Aline yang menatapnya begitu dingin tanpa ekspresi. Tatapannya kosong seperti mayat hidup. Aldo hendak bangun dari tempat duduknya namun ditahan oleh Meta. "Al, kamu mau kemana?" Tanya meta sambil melirik kearah Aline. "Lepaskan aku Meta, aku ingin menemui Aline!" Ucap Aldo dan dia pun bersikeras untuk mendekati Aline namun dia ditahan kembali oleh kedua orang tuanya. "Al, kamu mau kemana? Acara akan segera dimulai!" Mendengar itu, Aldo kembali duduk dan menatap sebentar kearah Aline dengan tatapan penuh kesedihan. Dia memalingkan wajahnya dan memulai acara pernikahannya. Pengucapan janji suci dimulai dan Aline langsung bangun dari tempat duduknya. Dia tidak sanggup harus mendengar Aldo mengucapkan janji pernikahan untuk wanita lain. Aline segera pergi keluar dan air mata pun tumpah dari sudut matanya. "Hiks... Hiks, aku tidak bisa jika harus mendengarkan itu, itu sangat menyakitkan hatiku!" Ucap Aline, dan air mata pun mengalir deras dari sudut matanya. Kebetulan ada taksi yang melintas didepannya dan taksi itu pun segera berhenti. Aline pun masuk dan mencoba menghapus air matanya. Supir taksi itu pun menoleh dan bertanya, "Mbak, kita mau kemana nih?" Tanya supir taksi itu. "Saya tidak tahu! Tapi, bisakah anda mengantar ke tempat dimana saya bisa menghilangkan perasaan sedih dihati saya ini?" Ucap Aline sambil menghapus air matanya. "Ada Mbak, Bar tempat yang cocok untuk membantu kita melepaskan semua masalah yang kita hadapi, jika Mbak mau. Saya bisa mengantar Mbak kesana!" Ucap supir taksi itu, dia menyeringai dan memiliki sebuah tujuan lain dari saran yang dia berikan pada Aline. "Baiklah, bawa aku kesana!" Jawab Aline secepatnya, dia belum pernah ke tempat semacam itu dan ini mungkin adalah pertama dan terakhir untuknya. Supir taksi itu pun mengangguk dan mereka pun segera meluncur ke Bar yang dikatakan supir taksi itu. Dari belakang ada mobil hitam yang mengikuti taksi itu dari belakang dan memberitahukan nyonya Merry jika rencana mereka pun berjalan dengan mulus. Nyonya Merry tersenyum puas dan dia menaruh ponselnya kedalam tasnya Dia berpura-pura tidak tahu dan ksmbali mengobrol gembira dengan Meta dan juga yang lainnya. Aldo mencari Aline dan tidak menemukannya. Dia menyuruh seseorang untuk mencarinya. Perasaan Aldo merasa sangat tidak tenang, dia takut Aline benar-benar mengakhiri dirinya dan Aldo pasti akan menyalahkan dirinya seumur hidupnya jika itu memang terjadi. Sementara Aldo yang gelisah. Berbeda dengan Aline saat ini. *** Taksi pun berhenti dan mereka pun sampai didepan Bar yang dia tuju. Aline pun turun dan membayar ongkos taksi. Supir taksi pun menerimanya dan saat Aline sudah berjalan masuk ke dalam Bar itu. Supir taksi itu pun mengirim pesan ke nyonya Merry dan memberitahukan jika pekerjaannya sudah selesai. Setelah mengirim pesan, supir taksi pun pergi meninggalkan Bar itu dan mobil hitam yang mengikutinya pun berhenti. Tiga pria yang disuruh nyonya Merry pun turun dan siap menjalankan misi selanjutnya. Aline berjalan masuk dan mendengar suara musik yang begitu berisik, membuat kepalanya terasa ingin pecah. "Tempat macam apa ini? Katanya bisa membantu untuk mengurangi perasaan frustasi aku, tapi ini? Membuat kepalaku semakin terasa sakit," gerutu Aline, dia pun berjalan menuju meja bar yang masih kosong disana. Aline pun duduk dan bertanya kepada bar tender. "Mas, ada apa saja disini?" Bar tender itu seorang pria yang cukup tampan dan dia melihat wajah Aline yang sangat cantik namun terlihat jika dia sedang banyak masalah yang dia alami. "Banyak nona? Nona apakah anda sedang memiliki masalah?" Tanya bartender itu sambil menatap kearah Aline. "Iya! Coba berikan aku minuman yang bisa membuat aku bisa melupakan semuanya!" Ucap Aline, sambil menutup kedua telinganya. Bar tender itu mengangguk dan dia memberikan satu gelas Vodka yang kadar alkoholnya lumayan tinggi. "Nona, silahkan coba ini! Sedikit saja bisa membuat kamu bisa melupakan semuanya!" Ucap bartender itu dan menyodorkan satu gelas Vodka. Aline meraihnya dan segera meminumnya secara langsung, seperti sedang meminum air putih. Bartender itu terkejut dan berkata "nona, kenapa anda langsung meminumnya seperti itu?" Aline merasakan tenggorokannya terasa panas dan terbakar, tubuhnya juga ikut memanas dan kepalanya mulai sakit. Dia menjatuhkan kepalanya diatas meja dan mulai berbicara dengan kacau. Dari jauh. Pria tampan dan dua temannya sedang duduk sambil ditemani oleh wanita cantik dan seksi. Darren hanya duduk santai dan menikmati minumannya dan kedua temannya Randi dan Rizal sibuk dengan wanita-wanita cantik yang mereka panggil untuk menemaninya. Darren yang sibuk menikmati minumannya tiba-tiba terkejut saat melihat wanita yang duduk didekat bartender. Dia menaruh kepalanya di meja dan berbicara secara acak. "Shiitt!! Apakah aku tidak salah melihat! Itu … itu… apakah itu dia?" Teriak Darren dan dia menggosokkan matanya berkali-kali. Dia benar melihat wanita cantik itu lagi. Darren tersenyum gembira dan hendak mendekatinya namun datang ketiga pria yang hendak membawanya pergi. Darren melotot dan jiwa pria sejatinya tiba-tiba muncul dan berkata, "sial! Berani-beraninya dia menyentuh wanitaku!" Umpat Darren. Dia bangun dan segera mengejar ketiga pria yang hendak membawa pergi Aline. -bersambung- Dhini-218 only on : Dreame n innovel
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD