"Lo...bisa masak apa?"
Angel tersenyum penuh kemenangan. Ia yakin air matanya akan membuat seorang Mike mengalah. Setelah puas bersorak dalam hatinya, Angel kembali menormalkan ekspresinya dan membuat wajah penuh kesedihan sebelum ia memutar badan menatap Mike.
"Aku oke kok Mike, Kalau kamu nggak mau aku di sini..." ujar Angel dengan super mengiba.
"Lo bisa masak apa?" tanya Mike lagi. Bahkan jemarinya belum dilepaskan oleh Mike. Mike masih menahan Angel untuk tak keluar.
"Kamu mau dimasakin apa?" tanya Angel yang kali ini diiringi oleh senyuman.
Mike menatap tepat dimata Angel yang sembab karena menangis. Entah kenapa melihat air mata Angel tadi membuat Mike tertegun.
"Lo bisa masak nasi goreng udang?"
Angel mengangguk antusias. Ia segera menarik Mike untuk duduk di sofa ruang TV.
"Kamu duduk di sini dulu. Aku bikinin nasi goreng udang spesial untuk Mas Dokter yang tampan. Aku yakin kamu bakalan suka sama rasanya."
Setelah meminta Mike duduk tenang, Angel segera berlari menuju dapur. Beruntung ia membeli udang tadi.
Untuk belanjaan ini, Angel memang sengaja berbelanja di pasar tradisional yang memang sudah buka sebelum subuh.
Di ruang TV, Mike memutar tubuhnya menghadap Angel yang tengah asik menyiangi udang sembari bersenandung kecil.
Bukan kegiatan Angel sekarang yang membuat Mike menatapnya, tapi ucapan Angel yang mengatakan kalau dia tak pernah bertemu orang tuanya. Bahkan mendengar suaranya saja tidak. Kemana memangnya orang tua Angel? Mike ingin bertanya, tapi segera ia urungkan. Sepertinya hal itu akan menjadi yang sensitiv untuk Angel.
Mike menyalakan televisi dan menyetel beberapa channel yang sama sekali tak membuatnya tertarik. Mike akhirnya memutuskan masuk ke dalam kamarnya dan keluar lagi dengan ponsel serta laptop yang ada ditangan.
Sembari menunggu, Mike menyalakan laptopnya. Bagi Mike, melihat perjalanan bursa bisnis akan jauh lebih menarik. Setidaknya untuk mengisi waktunya menuju jam sepuluh. Karena nanti ia akan melakukan operasi besar pada korban kecelakaan.
Semalam, Mike mendapat kabar kalau ada satu keluarga yang menjadi korban kecelakaan. Mereka terdiri dari orang tua, satu putra dan satu putri. Namun sayangnya, hanya gadis kecil itu yang selamat, sedangkan tiga keluarganya harus meregang nyawa.
Karena kabar itulah, Mike yang tak ada jadwal operasi hari ini, langsung mengiyakan untuk mengambil tindakan pada Delia, sang gadis kecil.
Angel tersenyum melihat hasil masakannya setelah setengah jam berkutat. Angel menata makanan itu di atas meja. Namun sebelum memanggil Mike, Angel kembali membuat sesuatu. Ia menyeduh kopi instan untuk diminum Mike. Untuk soal kopi, Angel memang tak pandai membuatnya. Dia akan lebih memilih membuat makanan sepanci besar dari pada disuruh menyeduh segelas kopi.
Setelah tertata dengan baik, Angel segera menemui Mike di ruang TV. Angel yang ingin berteriak langsung menghentikan niatnya saat ia melihat Mike tengah tertidur di sofa panjang di sana.
Secara perlahan, Angel melangkah dan berusaha untuk tak menimbulkan suara. Ia tak mau Mike terbangun. Setelah posisinya sampai di depan Mike, Angel langsung duduk. Mensejajarkan wajahnya dengan wajah Mike.
Angel tersenyum cantik saat melihat wajah polos Mike yang tertidur pulas. Ia meneliti satu-persatu. Mike punya alis yang nyaris tebal, hidung mancung, pipi sedikit tembam dan bibir yang pink.
Jangan tanyakan bagaimana terpesonanya Angel saat ini. Sedangkan diposisi Mike, ia tak benar-benar tertidur. Mike hanya memejamkan matanya sejenak. Dan ia sadar betul kalau kini Angel tengah berada di depannya.
Tanpa aba-aba, Mike langsung membuka matanya, membuat mata sedikit coklat itu menatap tepat di mata hitam Angel.
Mereka saling tatap, bahkan tak ada keinginan dari masing-masing untuk melepaskan pandangan lebih dulu.
"Mike..." ujar Angel pelan.
Mike tak menjawab. Ia masih betah menatap Angel. Mata hitam Angel membuatnya nyaman. Kenapa begitu? Entahlah, tapi ia nyaman.
Kemunculan Angel yang mendadak dalam hidupnya, membuat Mike sedikit berpikir, apa ini sebuah permainan?.
"Mike..." panggil Angel lagi.
"Siapa lo sebenarnya?" Mike bertanya dengan masih terus menatap Angel.
"Aku Angel. Mahasiswa universitas X." jawab Angel jujur.
"Kenapa lo ngejar gue?"
Untuk yang satu ini, Angel sedikit terdiam. Namun sebuah jawaban terlintas di otaknya.
"Pertama kali lihat kamu, kamu lagi ngisi seminar di kampus tentang gizi. Aku ikut seminar tersebut karena penasaran dengan dokter muda yang yang menghebohkan kampus saat itu. Tapi setelah melihatmu berdiri di atas podium, di sana pikiran gila terlintas, 'Aku ingin jadi pacarmu.'"
Suasana kembali sunyi. Tak ada yang berani bicara terlebih dahulu sampai Angel kembali berucap.
"Kenekatanku sampai disini bukan tanpa alasan. Aku pikir akan sulit bertemu denganmu lagi, tapi.... Saat di rumah sakit, di sana aku berpikir mungkin Tuhan memang menjodohkanku untuk bertemu denganmu, karena itu kita kembali bertemu.--"
"-- jika saat itu aku hanya keluar, aku yakin kamu nggak bakalan ingat dan mikirin aku setelahnya, karena itu aku nekat cium kamu untuk memberikan satu kejutan agar kamu terus mengingatku, walaupun dalam ingatan itu, kamu pasti benci sama aku."
Mike masih diam. Ia masih saja menatap Angel dengan seksama. Seolah ucapan yang Angel katakan itu begitu tulus.
"Kenapa harus gue?" tanya Mike lagi.
Posisi mereka masih sama, Mike yang berbaring dan Angel yang berjongkok di sofa yang Mike tiduri. Dan posisi wajah mereka sangat dekat.
"Karena aku tertarik padamu sejak pertama liat kamu di kampus."
"Banyak yang lain..?"
"Auramu yang membawaku mendekat."
Mike lagi-lagi terdiam. Ucapan yang Angel ucapakan berubah menjadi sebuah kebanggan untuk Mike.
Mereka kembali saling tatap, tapi kehebohan segera terjadi saat Angel terpekik kencang karena tubuhnya ditarik paksa oleh Mike untuk ikut berbaring di sofa yang cukup besar itu.
Dengan gerak cepat, Mike membalik posisi dengan Angel yang kini berada dibawahnya dan Mike yang berada di atas.
"Kau ingin bercinta denganku?"
Angel membeku saat Mike bertanya tentang itu padanya. Ia gugup setengah mati. Apalagi posisi mereka yang mendadak sangat intim.
"M..mike?"
"Aku tanya apa kau ingin bercinta denganku?"
"Mike itu..."
Mike berdecih. Ia langsung berdiri dari tubuh Angel. Menarik tubuh gadis itu untuk segera duduk.
Mike menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Angel dan menggenggam dagu Angel menggunakan tangan kanannya.
"Jangan terlalu gegabah jadi perempuan. Lo nggak pernah tahu apa isi otak seorang lelaki. Jaga diri lo, jangan mudah mencium seorang pria, lo paham?" titah Mike tegas.
Angel mengangguk polos, "lalu apa aku boleh menciummu?"
Deg!
Mike mendadak salah tingkah. Ia terbatuk satu kali untuk menetralkan dirinya. Membuat Angel yang saat itu duduk langsung berhamburan memeluk Mike, membuat Mike terjengkang ke belakang dan terjatuh di atas karpet beludru.
Cup!
Satu kecupan didaratkan Angel pada kening Mike.
"Apa aku boleh menciummu?" tanya Angel lagi. Sebenarnya tak perlu minta izin, karena Angel pasti akan selalu nyosor walaupun dilarang.
"Nggak!" tolak Mike cepat, tapi tetap membiarkan Angel tertelungkul di dadanya.
"Kenapa?"
"Karena...karena Lo... Ah pokoknya nggak bisa. Udah minggir! Gue laper." Mike mencoba mendorong Angel, namun sekuat mungkin Angel mempertahankan posisinya.
Tapi memang dasar kekuatan perempuan tak akan sebanding dengan lelaki, dorongan ke dua, Angel langsung terbalik ke samping dan Mike mengambil kesempatan itu untuk berdiri.
Angel memberenggut kesal, bahkan Mike langsung berjalan menuju meja dapur dan tak membantunya berdiri.
"Mike!" teriak Angel kesal. "Iiiih, bantuin berdiri kek. Ini malah ditinggal." rengek Angel dengan menggemaskan.
"Bangun sendiri. Lo punya tubuh yang lengkap."
"Tapi kan...Aaawww, aww perut aku sakit Mike, tolongin berdiri...Mike...!" panggil Angel sambil memegang perutnya. Tentu saja itu hanya kepura-puraan dan Mike bisa menebak dengan mudah.
Mike tak menghiraukan Angel. Ia malah asik menyantap sarapan yang tadi Angel buatkan untuknya.
Angel yang kesal, akhirnya berdiri sendiri dan berjalan mendekati Mike.
Angel duduk di kursi yang ada di sebelah Mike. Ia menopang kepalanya dengan tangan kanannya lalu menatap Mike yang tengah makan dengan lahap.
"Enak?" tanya Angel dengan wajah bangga.
Jika Mike menjawab dengan baik dan manis, sungguh saat itu mereka sudah menjadi sepasang pengantin baru yang baru saja menikah. Namun hal itu harus kandas saat Mike menjawab dengan ketus, "Biasa aja.."
Seperti di anime anime, saat sang tokoh utama yang berada di posisi Angel, pasti akan ada gambar hati yang patah dan air mata sang tokoh utama akan ngucur seperti air terjun.
Kalian bayangkan saja, Angel yang sudah capek masak dan berharap Mike akan merespon dengan baik, malah melunturkan senyumnya tanpa bismillah.
"Iiii.... Ya udah sini nasi gorengnya! Nggak usah dimakan sekalian.." ucap Angel kesal dan langsung merebut nasi itu dari Mike.
Namun saat tangan Angel ingin menjangkau, Mike sudah lebih dulu menjauhkannya.
"Ini punya gue.. Tu punya Lo!" ketus Mike dan kembali melanjutkan makannya.
Melihat reaksi Mike yang seperti itu, Angel langsung tersenyum bahagia. Mike menyukai masakannya, hanya saja lelaki itu jaim untuk mengakuinya.
Itulah yang kini Angel tangkap dari sikap Mike.
"Kenapa lo senyam senyum? Gila?"
"Hehehe. Nggak. Selamat makan.." seru Angel sembari tersenyum sangat manis. Angel menyuap sesendok demi sesendok nasi goreng yang tadi dibuatnya dengan lahap. Mengikuti Mike yang sudah bersantap lebih dulu.
Sungguh pagi yang romantis bukan? Tapi itu hanya untuk Angel, bukan untuk Mike....
*****
BERSAMBUNG!