Saya pergi.

1551 Words

Di sebuah ruangan kantor yang megah, cahaya lampu kristal memantulkan kemewahan dari dinding marmer yang bersih. Seorang lelaki tampan duduk di meja besar dengan jam tangan berkilauan di pergelangan tangannya. Jasnya, sehelai karya seni yang melambangkan keanggunan dan kekuasaan, memancarkan aura ketenangan yang tak tergoyahkan. Asistennya, seorang yang setia, berdiri di hadapannya dengan kekhawatiran yang terlihat jelas di matanya yang cerdas. "Apakah Bapak serius ingin muncul di media?" tanya sang asisten dengan suara yang penuh pertimbangan. Lelaki tampan itu memutar jam tangan mahalnya dengan lembut sebelum menjawab dengan suara yang tenang namun tegas, "Ya, sudah saatnya saya mengungkapkan identitas yang selama ini tersembunyi." Asisten itu menarik napas dalam-dalam sebelum mengung

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD