Bunga berjalan menuju ruangan Afrain. Setelah kembali ke ruangannya Clara meminta Bunga untuk menemui Afrain, sesuai perintah Afrain pada Clara. Dan mau tidak mau Bunga mengikuti perintah, sementara Clara sendiri tidak mengerti apa hubungan Bunga dan Afrain.
Membenarkan blazer hitam yang dia gunakan Bunga masuk setelah mengetuk pintu. Jane yang berada di bangku sekertaris tersenyum lebar pada Bunga yang muram.
"Selamat siang anda memanggil saya Sir." Bunga menatap Afrain yang sibuk dengan kegiatannya di depan laptop.
"Oh hai Bunga. Kesinilah, aku ingin memperlihatkan sesuatu kepada mu." Bunga ragu untuk mendekat karena yang dia dengar Afrain adalah seorang playboy. "Hei tenang saja, aku tidak akan mendudukanmu dipangkauan ku. Kecuali jika kau memintanya." Bunga menarik napasnya kasar, lalu memutuskan mendekati Afrain.
"Ini adalah desain Mall baru yang akan perusahaan kita bangun. Menurutmu lebih indah jika didepannya dihiasi taman atau air mancur yang megah?" Bunga menatap serius desain itu sementara Afrain mengamati wajah Bunga.
"Taman lebih bagus Sir karna akan terlihat lebih menyenangkan dan juga hangat. Pasti akan banyak orang yang sekedar membeli kopi atau setelah berbelanja mereka akan duduk disana untuk menikmati waktu mereka," ucapan Bunga malah tidak didengar Afrain. Dia sibuk memainkan rambut Bunga yang jatuh terjuntai.
Kesal ! Bunga menarik rambutnya lalu menjauh dari Afrain. "Anda sebenarnya mau apa sama saya? Saya tidak mengerti kenapa sifat anda seperti ini kepada saya." Bunga muak menahan pertanyaan yang bercokol dalam hatinya. Sehingga semua itu keluar begitu saja saat ini, dia tidak ingin menjadi salah satu wanita yang siap di pakai Afrain untuk bersenang-senang. Patah hatinya saja belum pulih, kenapa malah harus bersitegang dengan Afrain. Lebih baik dia resign.
"Bunga you look so preety and sexy."
"What?!!"
Bunga tidak habis pikir dengan bos yang dikatakan berkarisma dan memiliki magnet yang cukup kuat itu. Nyata nya Afrain Derson adalah satu satu spesies Pria i***t dan berotak m***m. Pria ini hanya beruntung karena lahir dari keluarga yang kaya raya. Bunga memegang pelipis nya lalu menyatukan kedua tangannya di depan d**a seolah dia memohon.
"Apa masih ada yang anda ingin katakan kepada saya Sir?".
"No. But I____," ucapan Afrain terpotong saat Bunga langsung berbicara.
"Kalau begitu saya pamit undur diri Sir."
Afrain mendesah pasrah saat Bunga keluar dari ruangannya. Menghadap pemandangan luar gedungnya yang indah, dia membayangkan tubuh indah serta wajah Bunga. Sepertinya dia menginginkan Bunga dalam rengkuhannya. Pertama bertemu Bunga memang Afrain sudah tertarik dengannya, mereka pertama kali bertemu di Indonesia. Namun Afrain berpikir dia tidak akan lagi bertemu dengan wanita yang bisa menarik aura dalam dirinya.
Hingga mereka bertemu lagi di Club malam itu. Anehnya mereka bertemu di tiga tempat berbeda. Satu Indonesia, dua Sydney, dan sekarang di kantor nya. London.
Afrain menelpon seseorang untuk menguatkan semua kegelisahan hatinya akan perasaan yang dia rasakan untuk Bunga.
"Hallo Ka, lagi dimana?"
"Aku sedang bersama Akira. Ada apa?"
"Nanti malam datang ke Club biasa. Ada hal penting."
Sebelum Azka menjawab Afrain langsung mematikan sambungan telponnya. Membuat Azka___sepupunya itu mengumpat di tempatnya.
*****
Sore menjelang, jam kantor pun usai. Bunga kembali ke apartementnya dengan perasaan kesal. Mulai besok dia akan menjadi sekertaris Afrain, dan Clara melepaskannya begitu saja. Dia tidak bisa berpikir jernih lagi. Afrain itu benar-benar mengerikan. Tatapan matanya seolah ingin menembus kepala Bunga.
Begitu membuka apartement dia terkejut dengan semua barang-barang yang ada di depan pintu. Ada balon yang tergantung dengan sehelai surat di depan sisinya.
Selamat bergabung dengan perusahaan ku. Dan maafkan semua yang ku lakukan.
Kamu cantik dan aku suka itu.
Kado-kado ini sebagai permintaan maaf ku.
Afrain Derson
Bunga lagi-lagi menarik napas. Dia tidak memperdulikan semua barang-barang itu. Dia mengunci pintu lalu masuk ke dalam kamarnya. "Ya tuhan bagaimana dia bisa memasukan semua barang itu ke dalam apartementku?" Bunga merinding memikirkan bagaimana Afrain bisa memiliki akses masuk atas apartement nya.
****
Dentuman musik menggelegar memekakan telinga. Afrain ditemani wanita cantik yang sedari tadi sudah menggodanya namun Afrain hanya melihat ponsel dan menatap wajah Bunga. Dia benar-benar menginginkan Bunga saat ini.
"Rain, ada apa?" Suara Azka mengembangkan senyuman Afrain. Dia tersenyum bagaikan Pria aneh dimata Azka.
"Kau kenapa?"
"Aku sangat menginginkan wanita ini." Afrain menunjukan langsung foto Bunga yang dia dapat itu, lalu dia mengusir wanita penghibur yang sedari tadi menenaminya.
"Ya sudah dekati seperti biasa." Afrain menggelengkan kepalanya. "Dia wanita Indonesia. Dan sepertinya dia tidak akan mau dengan ku." Azka tertawa lebar membuat Afrain kesal. "Kalau begitu minta dia dengan lembut menjadi kekasihmu."
"Kalau dia menolak?"
"Apa kau sekarang tidak lagi percaya diri."
"Dia berbeda Azka Aldi Orlando." Tekan Afrain karena kesal. "Tapi apakah aku jatuh cinta denganya? Atau ini hanya karena aku penasaran?". Azka mengangkat bahunya acuh lalu menegak minuman.
"Bagaimana mungkin kau tidak tahu. Kau mencintai seorang wanita sedari kalian kecil hingga sekarang." Azka menerawang mengingat Azura. Sepupunya yang tak lain adalah wanita yang dia cintai.
"Jika kau jatuh cinta. Perasaan itu tidak bisa kau rincikan. Tidak bisa kau jelaskan dengan kata-kata. Dia hanya tergambar jelas meronai hati dan pikiranmu." Afrain menengadahkan kepalanya menatap langit-langit ruangan. Memikirkan apa yang dikatakan Azka.
T
B
C
?
Nah... ??