2 :: Afrain Derson

857 Words
Dentingan garpu dan sendok beradu di meja makan, Afrain mendadak pusing dengan kesunyian yang dia hadapi. Sudah sebulan dia tidak memiliki pacar, tidak memiliki tempat menyalurkan hasrat nya yang paling penting. Ya ! Dia sebejat itu. Namun Afrain tidak pernah menjanjikan apapun pada wanita yang dia kencani. Sebulan ini dia merasa di awasi oleh Laire___Mama nya. Mama nya sibuk menyuruhnya menikah. Menakutinya yang kelak akan tidak bisa punya anak jika sudah tua baru menikah. Dan bagi Afrain itu hal konyol. Tapi tetap saja sebulan ini dia terus diawasi oleh Mama nya. Dan dia gerah. Ingin berkencan semalam saja pun tidak bisa, karna Mama nya akan dengan senang hati segera menikah kan dia. Afrain mengangkat ponsel nya yang bergetar. Sebuah pesan singkat dari sekertaris nya masuk. Jam sepuluh kita akan memulai rapat direksi Sir. Afrain menyudahi sarapannya lalu bergegas mandi. Dia ada rapat penting hari ini. Saat dia melewati pintu kamar dia kembali berjalan mundur. Melihat Bunga mawar putih yang menghiasi pas bunga. Wajah seorang wanita membuatnya tersenyum. Sudah dua bulan dari kejadian malam itu dan Afrain masih mengingat jelas wajah wanita bernama Bunga itu. Raut amarahnya semakin membuat Afrain mengingatnya. **** Gedung besar menjulang tinggi diantara gedung lainnya. Derson Group itulah nama gedung yang selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang melihat. Dua tower berwarna emas yang berdiri kokoh mempertegas akan gaya para pemiliknya. Dan Pimpinan utama Perusahaan ternama di Dunia itu tak lain adalah Afrain Derson George. Anak dari___ Gio Derson George dan tentunya cucu dari Dion Derson George. Cicit dari Denish Albi George serta Mawar Cantika Derson. Lengkap bukan? Afrain sangat terlihat dominan dari semua sepupu nya yang juga menjadi pemimpin perusahaan ternama. Karisma nya sebagai pemimpin tidak bisa di elak kan lagi. Tidak ada yang berani menolak kerjasama denganya. Meski dia baru memimpin perusahaan setelah Ayah nya pensiun lima tahun lalu. Langkah Afrain menuju ke ruang meeting di ikuti oleh beberapa staff membuatnya terlihat jelas sebagai bos besar. Membaca serta mengamati berkas yang akan dibahas wajah Afrain sangat serius. Sampai dia tidak melihat wanita yang sangat tidak ingin bertemu dengannya. Bunga. Dia berada di dalam lift yang sama dengan Afrain. Nafasnya baru bisa normal saat rombongan Afrain keluar dari dalam lift dan dia melanjutkan ke ruangananya. Bunga baru bekerja dua hari di perusahaan Afrain itu, dan dia sudah tahu kalau Afrain adalah pimpinannya. Menolah kerja tidak mungkin, dia memimpikan bekerja di perusahaan bergengsi ini. Apalagi bagian yang dia dapatkan adalah menjadi sekertaris dari manager keuangan perusahaan itu. "Bunga what are you doing there?" Suara Clara bos nya mengejutkan dirinya. Clara sudah berumur dua puluh delapan tahun dan dia juga baru diangkat menjadi kepala manager keuangan satu tahun yang lalu menggantikan posisi karyawan yang harus pensiun. "Oh sorry Miss." Clara tersenyum ramah padanya lalu Bunga masuk kedalam ruangan Clara mengambil beberapa berkas yang harus dia kerjakan. Untungnya Clara sangat baik serta ramah. Clara terlihat sama sekali tidak memiliki sifat bossy. "Bunga aku ada rapat direksi pagi ini, jadi aku minta kamu selesaikan ini secepat mungkin ya. Karna setelah rapat pasti Sir. Derson akan meminta perincian biaya tahap awal yang harus kita keluarkan untuk proyek mall ini." Bunga mengangguk mengerti. Mudah baginya mengerjakan hal semacam ini, apalagi Clara sudah menjelaskan dengan detail bagian perincian dana nya semalam. Clara berjalan anggun menuruni lift dimana ruang meeting berada. Karena di lantai itu hanya terdapat ruangan devisi keuangan, head marketing, juga bagian personalia perusahaan. Mereka berada di tower A atau tower utama , sementara tower B itu digunakan untuk komersil. Seperti cafe, juga ada beberapa toko baju. Disana juga terdapat fasilitas tempat tinggal milik karyawan. Dan betapa beruntungnya Bunga karena dia juga tinggal disana. Posisi nya sekarang membuatnya mendapatkan fasilitas kantor itu. Gaji Bunga juga dibilang cukup besar jauh dari dulu dia bekerja di perusahaan Adam. Mengingat pria itu rasanya kerinduan menguar begitu saja dalam tubuh Bunga. Senyuman miris membuat aura nya mendung. Tidak secerah mentari. Bunga bergegas mengerjakan pekerjaannya dan setelah selesai Bunga turun dengan lift untuk keruang fotocopy yang berada satu lantai dengan ruang meeting. Bunga menunggu mesin fotocopy bekerja lalu dia segera memeriksa hasilnya. "Hai Bunga." "Oh hai Nick," balas Bunga kepada teman barunya yang bernama Nick itu. "Sepertinya pekerjaan mu banyak." "Kau juga." Bunga tersenyum lalu berpamitan dengan Nick. Tepat saat dia krluar dari pintu ruangan dia menabrak tubuh Afrain membuatnya terhuyung kebelakang dan kertas-kertas itu berterbangan dengan indah menutup wajahnya. "s**t," maki nya pelan lalu mengambil kertas yang berada di wajahnya. Bunga terkejut saat melihat sosok tampan dengan mata tajam melihatnya bagaikan daging segar yang siap disantap. "Bunga," ucapnya sehingga Bunga tersenyum sopan. Walau dalam hati Bunga enggan melakukan hal itu untuk si i***t Afrain. Tanpa Bunga duga Afrain berjongkoo dihadapannya mengamati wajah Bunga sehingga para staff direksi lain melihat mereka dengan bingung. Bisik-bisik pun mulai terdengar. Afrain mengulurkan tangannya ingin membantu Bunga berdiri. Bunga tidak menanggapi uluran tangan itu, dia malah sibuk memunguti kertas fotocopy nya. Afrain tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Sir Antoni jadikan dia sekertarisku menggantikan Jane." Jane bersorak riang dalam hatinya karena terlepas dari Afrain si perfecsionist. Beda dengan Jane, Bunga melebarkan matanya tidak menyangka akan seperti ini nasib nya. T B C ? Sampai ketemu di Part selanjutnya ya ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD