Chatura masih berdiri di ambang pintu rumah nya ketika para sanak saudara dan keluarga nya yang lain sudah mulai berdatangan satu per satu, tidak, Chatura bukan menyambut tamu, melainkan ia menunggu Sienna di sana. Tadinya Chatura mau jemput saja, tetapi gadis itu bersikeras menolak karena tidak ingin merepotkan Chatura. Dari jauh, terlihat sebuah mobil berhenti tepat beberapa meter sebelum rumah nya, Chatura tahu kalau mobil itu adalah mobil yang di tumpangi oleh Sienna, karena di saat Sienna berangkat tadi, Chatura sudah menanyakan nomor plat mobil yang di tumpangi Sienna agar bisa di izinkan masuk ke dalam kompleks. Buru-buru, Chatura menghampiri gadis itu, Sienna terlihat begitu cantik dengan rambut nya yang ia tata sedemikian rupa hingga memperlihatkan leher jenjang nya, tidak lupa juga dress berwarna pink-nude yang seakan menyatu dengan kulitnya, membuat Sienna tampak sangat mengesankan hari ini.
“Kamu cantik banget.” Ucap Chatura tanpa sadar ketika ia sudah berdiri tepat di hadapan Sienna.
“Apaan sih ih, baru ketemu malah langsung muji-muji.” Jawab Sienna yang membuat Chatura tertawa. Tidak, Chatura tidak bohong, Sienna memang tampak sangat cantik hari ini. Kalau saja Chatura boleh jujur, Sienna bahkan lebih cantik daripada gadis yang akan lamaran hari ini.
“Eh, masuk dulu yuk, aku kenalin sama keluarga.” Ucap Chatura, tanpa sadar ia menggandeng tangan Sienna masuk ke dalam rumah nya, melewati kerumunan orang yang nampak memandangi mereka dengan seksama. Sienna kaget sekaligus malu, kaget karena Chatura dengan berani menggenggam tangannya di saat ada banyak keluarganya yang hadir, juga ia malu, malu karena , ini adalah kali pertamanya di kenalkan kepada keluarga laki-laki, karena sebelum-sebelum nya ia tidak pernah di perlakukan seperti ini.
“Ma, kenalin, ini Sienna.” Ucap Chatura ketika mereka berdua berdiri di hadapan seorang wanita dengan gaya nya yang sangat glamour, Sienna kaget sendiri, tidak menyangka bahwa wanita yang paling mencolok yang sejak tadi ia perhatikan adalah ternyata ibu Chatura.
“Assalamualaikum, tante.” Ucap Sienna, ia melepas genggaman tangan Chatura, kemudian beralih mencium tangan wanita itu. Melisa dengan sigap mengangkat bahu Sienna, beralih dari salim menjadi cipika cipiki, Sienna kaget sendiri di buatnya.
“Eeh, waalaikumsalam… ini toh yang di sebut-sebut mulu sama Chatura? Ya Allah sayang, kamu cantik banget, tante gak nyangka kamu secantik ini, Abang tuh, gak pernah bawa cewek kesini, sekalinya bawa malah kayak bawa bidadari.” Ucap Melisa, hati Sienna menghangat ketika mendengar ucapan tersebut, kemudian mereka beralih, lalu duduk di sebuah kursi yang juga ada Ema dan sang calon pengantin di sana.
“Cantik banget, kenapa gak sama mama kesininya biar sekalian kenalan? Abang nih, suka tanggung orang nya. Nanti kita makan keluarga bareng ya, eh ini Mbak Ema, kakak pertamanya abang, itu Mas Enggar, suaminya Mbak Ema. Terus ininih yang di depan cermin, Mbak Ambar, yang mau lamaran, kenalan gih sayang. Duhh, om di mana lagi? Nanti kenalan sama om juga ya.” Ucap Melisa yang sejak tadi sudah heboh sendiri karena anak bujang nya tiba-tiba membawa perempuan untuk di kenalkan kepada keluarga mereka.
“Ya mama gak bilang.” Balas Chatura.
“Sienna mbak, mas…” Ucap Sienna sembari cipika cipiki dengan saudara-saudara Chatura.
“Eh, kamu toh yang di ceritain sama Ambar kemarin, baru aja aku denger tentang kamu, sekarang udah muncul aja. Kamu kan cantik, kenapa mau sama dia?” Tanya Ema dengan ceplas-ceplos nya, Ambar yang sedang berias diri menahan tawa nya, takut bedak di wajah nya jadi retak karena ucapan Ema.
“Ehehe, Gapapa Mbak.” Jawab Sienna canggung, sebenarnya ia tidak tahu jawaban apa yang akan ia berikan kepada Ema, sebab ia dan Chatura baru saja berkenalan beberapa minggu yang lalu, status mereka pun belum jelas, karena Chatura juga belum menunjukan tanda-tanda bahwa ia akan menyatakan perasaan kepada Sienna.
“Habis Ambar nikah, kalian nikah juga ya. Cepetan, aku mau habisin jatah cuti sebelum tahun depan soalnya.” Ucap Ema, lagi. Semua orang di ruangan itu tertawa mendengar ucapan Ema barusan. Sementara Sienna sendiri, sibuk menenangkan jantung nya yang sejak tadi berdetak tidak karuan.
Mereka semua berbincang sebentar, sebelum papa Chatura datang. Keluarga mereka begitu terbuka dengan Sienna, hingga Sienna dapat menghilangkan kecanggungannya dengan cepat. Dari cerita-cerita singkat mereka, Sienna dapat menarik kesimpulan bahwa pria yang baru saja dekat dengannya itu merupakan pria yang berasal dari keluarga ekonomi kelas atas, tamu undangan keluarganya tidak main-main, dari pejabat hingga artis, Sienna jadi sedikit sungkan apalagi jika di kenalkan kepada keluarga Chatura yang lain.
“Dek, lo mau duduk di sana juga? Gak usah ya?” Ucap Ema yang dengan heboh nya menyeret gaun yang ia kenakan agar bisa berjalan dengan leluasa.
“Ya iya, kan emang Cuma papa, mama sama lo dan Mas Enggar doang jatah kursi nya. Yang belom nikah mah belom dapat jatah kursi.” Jawab Chatura. Ema tersenyum kemudian menyerahkan Yuri yang sejak tadi ia gendong kepada Sienna.
“Dek, tolong ya. Takut nangis, kalau bisa di bikin bobo aja di atas.” Ucap Ema yang kemudian berlalu ketika Yuri sudah beralih di dalam dekapan Sienna, gadis kecil itu nampak tenang, mata nya sudah terlihat sayu, pertanda mengantuk. Beberapa detik setelahnya, terdengar rengekan kecil dari Yuri di tengah kehikmatan prosesi lamaran Ambar, dengan cepat Chatura menggiring Sienna dan Yuri untuk naik ke lantai atas, membawa mereka berdua menuju kamar nya.
“Boboin di sini aja cii, astaga Ema bener-bener. maaf ya? Kamu kesini malah jagain bayi.” Ucap Chatura sembari merapihkan kasurnya sedikit membentuk tempat tidur untuk Yuri. Hati Sienna menghangat ketika melihat Chatura dengan cekatan melakukan semua itu, kemudian setelah siap, Sienna mulai menaruh Yuri di atas kasur milik Chatura.
“Eh, anteng banget.” Ucap Sienna reflek, ketika Yuri memejamkan mata nya. Chatura tertawa kemudian ia juga menjatuhkan b****g nya di samping Sienna. Rasanya sangat lelah karena begadang semalaman, memantau dekor di lantai bawah yang harus serba sempurna.
“Kamu udah cocok jadi ibu.” Ucap Chatura ketika melihat Sienna mengelus pelan pipi Yuri, rasanya Sienna begitu gemas melihat pipi bulat gadis kecil itu yang nampak sangat menggemaskan ketika di sentuh.
“Iya, tapi gak bisa kayak amuba, membelah diri, langsung tuinggg jadi!” Balas Sienna, lagi-lagi Chatura tertawa mendengar ucapan Sienna.
“Ya nggak sendiri dong, sama aku.” Jawab Chatura, pipi Sienna memerah di buat nya. Rasanya ia ingin menghilang saja dari hadapan Chatura saat itu. Chatura tertawa dan mengacak pelan rambut Sienna.