Hujan turun membasahi bumi, namun tidak begitu deras, namun akan membuat orang-orang basah jika berlama-lama di luar tanpa payung. Konser musik dari Tulus sudah di mulai beberapa menit yang lalu, lagu-lagu yang sukses membuat malam yang dingin menjadi lebih romantis. Sienna dan Chatura berada di bawah payung yang sama, menikmati alunan lagu yang semakin malam semakin romantis. Lagu-lagu silih berganti, membuat suasana malam semakin lama semakin romantis, Sienna dan Chatura sejak tadi tidak berhenti bernyanyi, tenggelam ke dalam alunan musik yang menghipnotis semua orang di sana. Besok senin, namun siapa yang peduli? Malam nya begitu hangat, sayang untuk di lewatkan.
Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersama ku, jadi teman hidup ku
Berdua kita hadapi dunia…
Kau milikku , ku milik mu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu.
Bersamaan dengan lirik lagu itu, Sienna dan Chatura saling menatap satu sama lain. Tatapan yang cukup dalam mereka lemparkan ke satu sama lain, hingga lagu selesai dan mereka pun tersadar.
Jam menunjukan pukul setengah tiga dini hari, konser telah selesai, mereka seharusnya sudah pulang, namun mereka berdua memilih untuk makan dulu di sebuah warung sate yang terkenal di dekat apartement mereka, jarak nya tidak terlalu jauh, jika berjalan kaki hanya menempuh waktu sepuluh menit. Di sanalah Sienna dan Chatura berada, duduk saling berhadapan menyantap sate kambing kesukaan mereka. Warung Sate itu tidaklah terlalu luas, mungkin hanya cukup untuk sepuluh hingga lima belas orang, namun warung nya selalu ramai di datangi muda mudi Jakarta dari sore hingga subuh, bahkan tak jarang membuat orang-orang mengantri karena sate itu.
“Aku gak pernah lihat kamu loh, makan di sini” Ucap Chatura
“Sama, aku juga gak pernah lihat mas makan disini” Balas Sienna
“Sienna” Panggil Chatura.
“Hmm?”
“Can I call you… Ci? I think that’s a good simple name for calling you, but Ci just for me, jangan biarin orang lain manggil kamu dengan sebutan itu.” Ucap Chatura yang sukses membuat pipi Sienna memerah, perasaan apa yang Sienna rasakan saat ini?, hati nya berdebar, bahkan ia tidak mampu menahan senyum di wajah nya.
“Bilang enggak, bilang enggak, Sienna lo belum boleh jatuh cinta” Ucap Sienna dalam hati nya sendiri.
“Boleh” Jawab Sienna. Emang gak sinkorn, hati sama otak nya sendiri.
Chatura tersenyum menatap Sienna, hati nya tenang ketika menatap gadis itu sejak pertama kali. Chatura tau kalau apa yang ia lakukan itu belum pantas dan juga salah, namun entah kenapa Sienna selalu membuatnya merasa penasaran.
*****
Pagi-pagi sekitar jam delapan, Sienna baru saja selesai bersiap-siap, tidur yang tidak cukup tidak membuat mood Sienna berantakan, selepas konser semalam, ia makan lalu pulang di antar oleh Chatura, mood nya sedang baik, padahal biasanya, tidur kurang satu jam pun akan membuat Sienna marah-marah. Hari itu berbeda, mood nya sedang bagus sekali, bahkan ia dengan ramah nya menyapa hampir semua orang yang ia temui di kantor.
“Kenapasih?” Renata mulai berkomentar ketika melihat tingkah aneh sahabat nya itu.
“Apanya yang kenapa?” Tanya Sienna.
“Aneh ih, sakit ya?”
“Idih enggak”
BRAKKK!!!
Pintu ruang kerja Sienna terbuka, seorang pria dengan kemeja abu-abu muncul di balik pintu sembari menatap Sienna dengan tatapan yang beringas. Angelo, pria yang bisa di bilang setengah pria setengah wanita, or half to half, julukan orang-orang kantor, si pengedar gosip se-Sudirman. Perasaan Sienna mulai tidak enak ketika melihat Angelo datang dengan sebuah ponsel di tangannya pada saat jam kerja seperti ini.
“Aaaaaaa! Sienna! Chevanna Sienna Larissa! Ini… ini serius gak siih woyyy!!! Enggak nih yaaa bukannya gue mau nuduh elooo yaaaa, tapiii , I think is dattt yuu rightt?!! Di i********: Mr Chatura?! Ini gue gak salah sih, fix banget ini mah! Re lo liat dehh” Angelo dengan santai nya memperlihatkan ponselnya kepada Renata dan juga Sienna secara bergantian, membuat Sienna sendiri merasa kaget. Kapan Chatura fotoin gue diem-diem kayak gitu?
“Ini lo fix! Lo jalan sama mas-mas yang kemaren! Ngaku gak lo?!” Renata mulai menghakimi, di tambah Angelo yang sudah berdecak pinggang sejak tadi.
“Eh?! Ini gue ya?” Sienna pura-pura bego di depan kedua temannya yang layak menjadi intel. Mungkin Renata bisa saja ia bodohi, namun tidak dengan Angelo.
“Enggak, gak usah pura-pura bego. Gue tau! Kalau Ipk lo itu 4.00, gak mungkin dalam semalam lo tiba-tiba bego. Lo abis jalan sama Chatura kan??? Anak kantor sebelah, yang ganteng itu? selera lo cakepp juga yaa wakk” Angelo mulai heboh. Sementara Sienna hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Your smile like an a sun, never dark like a moon , Captionnya Chatura huum bikin keliyengan nih gue, jadian lo sama dia?” Tanya Angelo. Dengan cepat Sienna menggelengkan kepalanya, ia baru kenal dengan Chatura, maka adalah hal yang mustahil bagi mereka untuk Jadian dalam jangka waktu se cepat ini.
“Masa iya? Kok udah nonton? Kok sampai makan sate subuh-subuh bareng? HTS ta!?” Angelo semakin menambahi, sementara Renata hanya menyimak, berusaha mengumpulkan fakta dari mulut lemes milik Angelo.
“Tanya aja sama Chatura” Jawab Sienna sembari berjalan menjauhi Angelo yang pasti akan mengulik hubungannya bersama Chatura lebih dalam lagi, sementara Renata mengikutinya dari belakang sembari tersenyum-senyum jahil. Angelo? Angelo sudah kembali ke ruangannya sendiri, tanpa di suruh pun, ia sudah pasti akan mencari tahu tentang hubungan Chatura dan juga Sienna.
“Tega ya nyet, kagak cerita-cerita, jangan mentang-mentang gue bentar lagi nikah, lo udah gak mauu nih cerita-cerita sama gua” Mendengar ucapan Renata barusan Sienna hanya bisa tersenyum.
“Itsn’t too far like you think kok, biasa aja” Jawab Sienna, gadis itu jujur, karena memang ia dan juga Chatura belum se jauh apa yang orang lain pikirkan.
“Masa? Gapapa kali, he looks so good, kayaknya dia juga baik, tipikal b***k koorporat banget gak sih? Dia juga ganteng, cocoklah sama lu, I think it’s your time to moving on from your ex, lu justru perlu buka hati lu buat orang baru, dan… I think Chatura is the right person” Ucap Renata, Sienna hanya bisa tersenyum, menanggapi ucapan sahabatnya itu.