Sakit

1138 Words
                Senin pagi, Sienna yang seharusnya sudah berangkat bekerja, malah tiba-tiba terbaring sakit di kasurnya. Kepalanya begitu pusig hingga ketika ia berdiri, ia bahkan tidak mampu berlama-lama, penglihatannya seakan berputar, perutnya sakit, bahkan ia juga merasa mual. Salah Sienna sendiri, semalam ia tidak makan sama sekali hingga ketiduran. Pagi-pagi nya, Sienna malah bangun dengan perasaan mual, hingga harus bolak-balik ke kamar mandi. “Ya, Fell. Gua gak bisa masuk hari ini. Asam lambung gua kumat, siang nanti nyusul ya suket nya.”  Ucap Sienna kepada Feli, temannya yang bekerja di bagian kepegawaian. Setelah itu, Sienna menutup teleponnya lalu meletakan benda mungil itu tepat di samping kepalanya. Sienna tidak akan ke dokter sebab, dokternya yang akan datang ke rumah nya sendiri. Beberapa menit yang lalu Ayah nya sudah menelepon dokter langganan keluarga mereka agar Sienna tidak usah repot-repot ke rumah sakit.                 “Makanya mama bilang tuh, kamu di sini aja. Segala di apartement, kamu tuh mau bikin mama jantungan ya? Mama gak suka kalau kamu sakit.” Ucap Rita, yang mengomeli anak sulung nya.                 “Ya mama aja gak suka, apalagi aku.” Jawab Sienna dengan suara yang parau, tubuh nya lemas sekali, bahkan hampir kehilangan seluruh tenaga nya hanya untuk berbicara. Sienna buru-buru menarik selimut hingga menutupi seluruh badannya lalu berbalik, membelakangi mama nya yang baru saja membuka tirai kamar Sienna.                 Lalu di lain sisi, Chatura sedang berjalan memasuki gedung kantornya sembari menggerutu kesal, sebab hujan yang tidak berhenti sejak semalam membuat ibu kota kembali banjir di mana-mana sehingga Chatura harus memutar jauh untuk sampai ke kantor. Chatura menyimpan tas nya ketika sampai di ruangan, di sana masih terbilang kosong, rekan-rekan kerjanya yang lain masih belum sampai, jadi Chatura memutuskan untuk ke kafetaria dulu, membeli segelas kopi hangat untuk menghangatkan pagi nya yang dingin.                 Sembari menunggu kopi nya selesai di buatkan oleh barista di sana, Chatura merogoh ponsel di saku celana kiri nya, dengan cepat ia mencari nama Sienna di sana. Gadis yang terakhir kali ia hubungi semalam. Last seen w******p nya menunjukan pukul 00:34, Chatura jadi curiga, apakah gadis itu belum bangun? Padahal jam sudah menunjukan pukul delapan. Chatura menimang-nimang ponsel nya sebentar, ia ingin memulai percakapan dengan gadis itu namun ia tidak tahu bagaimana caranya untuk memulai. Hei. Wake up, udah jam 8 nih. Satu menit kemudian, nama Sienna tertera di pop up notifikasi ponsel Chatura Gak ngantor boss, lagi sakit. Balas gadis itu, Chatura yang tadi nya sudah memegang kopi yang baru saja ia beli, langsung meletakannya kembali. Ia fokus pada ponselnya, tanpa basa-basi ia langsung menelepon Sienna, tidak peduli dengan Barista yang menatap nya dengan tatapan aneh di belakang.                 “Halo, ci. Kamu kenapa? Sakit apa? kenapa baru bilang? Sekarang lagi di apart? Aku kesana ya sekarang.” Chatura terdengar panik dari nada bicaranya, yang di telepon justru sedang mengulum senyum di tengah kesakitan yang ia rasakan.                 “Iya, halo. Gak apa-apa, lagi sakit biasa nih. sekarang aku juga lagi di rumah mama. santai, besok juga udah sembuh.” Jawab Sienna, suaranya saja bahkan terdengar begitu parau, hingga membuat Chatura semakin khawatir.                 “Kok bisa?” Tanya Chatura, lagi.                 “Ya bisa Chatura…” Balas Sienna gemas. Chatura yang sejak tadi sudah panik kini semakin panik dengan jawaban Sienna.                 “kamu, kamu sakit apa? dari tadi santai banget jawab nya. Aku kesana deh, shareloc sekarang.”                 “Gak, apa-apa dasar lebay.” Ledek Sienna, rasa sakit dan mual yang ia rasakan tiba-tiba terasa berkurang di gantikan dengan dbar jantung yang semakin menjadi-jadi setiap kali mendengar suara Chatura.                 “Kamu sakit apa Sienna?” Tanya Chatura sekali lagi, suaranya terdengar berubah kali ini bercampur dengan nada panik sekaligus khawatir.                 “Iya, semalem aku balik ke rumah mama papa, terus kecapean gara-gara lama kena macet di jalan terus yaudah, pas sampai di rumah mama, capek banget, bablas ketiduran. Lupa makan, bangun-bangun langsung mual campur pusing, terus muntah. Udah deh.” Jawab Sienna.                 “Astaga kenapa gak ngabarin sih cii, shareloc ya, nanti sore aku kesana.” Ucap Chatura, sebelum telepon mereka terputus.                 Setelah mendengar kabar bahwa Sienna sedang sakit, entah kenapa suasana hati dan pikiran pria itu tiba-tiba menjadi kacau balau, ia sama sekalitidak fokus dengan pekerjaan yang ada di hadapannya, entah sudah kali keberapa ia melirik jam di pergelangan tangan kiri nya hanya untuk memastikan seberapa lama lagi hingga ia bisa bertemu dengan Sienna.                 “Lo kenapa? Lo ada urusan di luar? Lo udah delapan belas kali ngelirik jam dalam waktu satu jam soalnya.” Tanya Reno, si anak orang kaya yang kerja cuma buat mengisi waktu luang. Chatura kemudian  mengangguk “Yoi, temen gua sakit.” Jawab Chatura, seketika ekspresi Reno seketika langsung berubah.                 “Serius temen.” Jawab Chatura yang menyadari perubahan ekspresi di wajah rekan kerja nya itu.                 “Hidup. HAHAHA.” Sambung Chatura dengan gelak tawa di penghujung kalimat nya, yang sukses membuat orang-orang di ruangan itu menengok kepada nya.                 Satu setengah jam berlalu, akhirnya tiba waktunya Chatura bisa menjenguk Sienna. Dengan langkah cepat ia meninggalkan gedung kantor nya, masuk ke dalam mobil, lalu tancap gas. Tidak lupa pula sebelumnya ia mampir ke sebuah toko kue, membeli beberapa cookies yang sempat di ceritakan oleh Sienna kemarin, cookies kesukaan keluarga nya.                 Sore itu keadaan rumah Sienna terbilang cukup sepi, tidak ada orang yang berlalu lalang di hadapannya, keadannya hening hingga Chatura menekan tombol bell di samping pintu, lalu tak lama setelahnya seorang pria dengan tubuh sedang namun dengan badan yang tegap berdiri di depan pintu, menatap Chatura dengan heran.                 “Assalamualaikum om.” Ucap Chatura, ia menunduk dan meraih tangan pria itu. Anjir kok gua cium tangan? . Batin Chatura.                 “Ya, waalaikumsalam. Cari siapa?” Tanya Hendra.                 “Saya Chatura, temannya Sienna om.” Jawab Chatura yang berusaha sesopan mungkin. Seperti bapak-bapak pada umum nya, Hendra akan mempersilahkan tamu anak gadis nya untuk masuk ke dalam rumah, namun tetap dengan ekspresi yang tidak bersahabat. Chatura mengekor di belakang nya, melihat-lihat sekeliling rumah mencari keberadaan Sienna.                 “Duduk dulu, saya panggil Sienna sebentar.” Ucap pria itu kemudian berjalan meninggalkan Chatura, tidak lama kemudian suara Ayah Sienna mulai terdengar memanggil anak nya. Chatura yang sejak tadi sudah degdegan kini semakin degdegan ketika mendengar nama Sienna di panggil, tidak lama kemudian gadis itu muncul dengan wajah yang sedikit pucat.                 “Eiyy, repot-repot banget, kamu sampai jengukin aku.” Ucap Sienna, ia duduk di sebelah Chatura, Sienna tidak menyangka bahwa pria itu akan datang hari ini juga, untung saja siang tadi ia sudah sempat mandi sejak dokternya pulang.                 “Gak apa-apa cii.” Jawab Chatura, perhatiannya teralihkan dengan adanya kedua orang tua Sienna yang tiba-tiba berjalan ke arah mereka berdua.                 “Ada siapa kak?” Tanya Rita, Sienna berbalik mendapati kedua orang tua nya sudah duduk di hadapan mereka berdua. Ehh anjir udah kayak sidang izin nikah. Ucap Sienna dalam hati ketika melihat ayah dan juga mama nya sudah duduk di hadapannya dengan Chatura.                 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD