Martabak manis dan martabak telur!

1135 Words
                “Saya Chatura om, tante. Temannya Sienna.” Ucap Chatura sembari berdiri, dan sedikit membungkuk untuk mencium tangan kedua orang tua Sienna.                 “Teman apa nya? Satu kantor? Satu sekolah? Apa satu kampus?” Tanya ayah Sienna. Sienna langsung menatap ayah nya dengan tatapan tajam dengan maksud agar ayah nya bisa berhenti mengintrogasi Chatura.                 “Bukan om, kebetulan ketemu terus kenalan sama Sienna di kereta pas mau berangkat kerja.” Jawab Chatura yang kelewat polos sampai membuat Sienna mengalihkan pandangannya. Sienna sudah tidak tahu dengan apa yang di pikirkan oleh ayah nya saat ini ketika mendengar jawaban dari Chatura, ya mana mungkin ayah nya percaya dengan jawaban pria itu.                 “Masa? Teman apa teman? Soalnya temannya Sienna kalau ada yang sampai datang buat jenguk Sienna kalau lagi sakit, gak ada yang bawa bingkisan.” Ucap Hendra, mendengar hal itu Chatura tiba-tiba jadi salah tingkah sendiri, lidah nya tiba-tiba kelu hanya untuk menjawab pertanyaan sederhana yang di lontarkan oleh ayah Sienna.                 “Ayah, ih, orang mah kalau ada tamu, di ajak ngobrol, bukan di introgasi.” Tegur Sienna.                 “Iya ini juga ayah lagi ajak ngobrol kak, yaudah kalau gitu. Chatura, ayo bantu om masang lampu baru di ruang tengah, gak pakai tangga yang biasa ya, kamu manjat aja di kursi, kamu kan tinggi. Bisa ya?” Ucap Hendra yang kemudian berdiri lalu di susul oleh Chatura. Bukan hal yang sulit bagi Chatura kalau hanya soal pasang memasang lampu, di rumah nya, ia lah ahli dalam hal itu, sebab mang dadang, orang yang sering di suruh oleh mama nya dulu kini sudah semakin renta, sudah mustahil untuknya jika di suruh mengganti balon lampu jika ada yang rusak.                 Sienna menatap ayah nya dengan tatapan tidak percaya, kedua pria itu meninggalkan ruang tamu. Sienna kemudian menatap mama nya dengan tatapan bingung, sementara sang mama hanya mengangkat bahu, tidak tahu menahu.                 Sienna berjalan ke belakang, lalu mendapati ayah nya dan juga Chatura sedang bekerja sama memasang lampu di ruang tengah yang sejak semalam sudah mati. Dengan sigap Chatura naik ke atas meja yang baru saja ia pindahkan sendiri, lalu naik lagi ke sebuah kursi yang tinggi hingga kepalanya hampir menyentuh atap rumah. Chatura benar-benar tinggi, ayah nya saja yang juga tinggi biasanya harus memakai alat pemasang lampu walau sudah manjat, namun Chatura, ia bahkan tidak membutuhkan alat bantu untuk mengganti balon lampu itu.                 “Eh hati-hati.” Desis Sienna ketika kaki Chatura sudah memijaki lantai rumah, keringatnya membasahi baju, tidak terlihat menjijikan sama sekali, malah terlihat menarik di mata Sienna.                 “Kak ambilin minum.” Ucap Hendra kepada putri nya. Sienna sedikit kaget mendengar ucapan ayah nya barusan, ini adalah kali pertamanya sang ayah sedikit terbuka kepada laki-laki yang datang ke rumah mereka, biasanya ayah Sienna akan bersikap acuh, kasar, bahkan sedikit galak ketika Sienna membawa teman laki-laki nya ke rumah. Namun kali ini berbeda, Hendra seakan sangat terbuka kepada Chatura, padahal ini adalah kali pertama mereka berdua bertemu. Mendengar ucapan ayah nya Sienna langsung bergegeas menuju dapur, membuatkan minuman dingin untuk Chatura, tidak lupa pula ia menyajikan Cookies yang sama dengan yang Chatura bawakan untuk nya, karena toko Cookies itu memang langganan keluarganya.                 “Minum mas.” Ucap Hendra kepada Chatura, sementara pria itu mengangguk sopan sembari meminum, minuman dingin yang di buatkan Sienna.                 “Thanks ya, maaf banget ngerepotin.” Bisik Sienna kepada Chatura saat pria itu baru saja meletakan gelas nya yang berisi minuman dingin yang kini hanya tinggal setengah lagi. Chatura mengangguk, lalu tersenyum menatap Sienna. “Iya gapapa, seneng kok.” Jawab pria itu.                 Sienna jadi salah tingkah sendiri ketika mendengar ucapan Chatura barusan, ia hampir saja lupa bahwa di depan mereka masih ada orang tua nya yang bisa mengomel kalau ia dan Chatura terlalu dekat.                 “Eh, kita sekalian makan malam aja yuk, makan malam nya udah siap. Yuk mas, makan dulu nak.” Ucap Rita kepada Chatura, lagi-lagi Sienna terkejut melihat sikap orang tua nya yang sangat terbuka kepada Chatura, sementara itu Chatura tersenyum kemudian mengangguk. Ia berjalan tepat di sebelah ayah Sienna, mereka sedikit mengobrol hingga makan malam mereka selesai.                 Sienna tidak tahu, apa yang menyebabkan orang tua Sienna begitu santai dan senang ketika berhadapan dengan Chatura, tapi Sienna senang dengan hal itu, tetapi sedikit takut juga. Jangan sampai Chatura telah menjadi kesukaan orang tua nya, lantas setelah itu Chatura menghilang, entah kemana.                 “Saya balik dulu, om, tante.” Ucap Chatura, yang kini sudah berdiri di ambang pintu. Orang Sienna  bahkan mengantar Chatura hingga ke depan pintu rumah, sementara Sienna hanya terenyum dan berdiri di samping pria itu,canggung.                 “Makasih ya, udah repot-repot datang, udah repot-repot juga mau bantuin ayah. Terimakasih banyak ya.” Ucap Sienna, Chatura mengangguk lalu tersenyum.                 “Kalau udah siap ngantor, bilang aja ya, nanti aku jemput.” Balas Chatura, yang lagi-lagi membuat hati Sienna menghangat.                 “Hati-hati ya nak, maaf tadi om ngerepotin.” Ucap Rita.                 “Iya tante gak apa-apa, saya senang kok.” Balas Chatura tak lupa beserta senyum yang tak pernah lepas dari wajah nya                 “Mas, lain kali kalau mau kesini, bawa nya jangan cookies ya, lain kali bawa martabak aja.” Ucap Hendra yang membuat Sienna dan Chatura kebingungan dan saling bertatapan satu sama lain. Walau tidak tahu apa maksud dari pria itu, Chatura tetap tersenyum lalu secara reflek hormat dan berkata “Siap om, martabak telur dan martabak manis nya menyusul!” *****                 Sesampainya di rumah, Chatura pikir orang-orang sudah tidur, tetapi ternyata Ambar, kakak kedua nya masih menonton televisi di ruang keluarga, tidak biasanya, padahal Ambar juga memiliki televisi di kamar nya.                 “Assalamualaikum.” Ucap Chatura sembari berjalan masuk ke dalam rumah, Ambar menjawab salam nya, namun tatapannya masih tetap fokus pada televisi.                 “Waalaikumsalam.” Jawab Ambar, Chatura melepas sepatu nya lalu kemudian duduk di sebelah Ambar.                 “Lo kok belum tidur kak?” Tanya Chatura, Ambar melirik jam yang tepat berada beberapa meter di belakang Chatura kemudian menghela napas.                 “Nunggu Ema datang.” Jawab Ambar, Ema, atau Emerald, kakak pertama Chatura yang bekerja di Bandung, ikut dengan suami nya sejak dua tahun yang lalu. Chatura mengangguk kemudian tanpa pamit ia berjalan memasuki kamar nya yang terletak di lantai dua, ia mandi sebentar lalu mengganti baju, kemudian kembali ke bawah untuk menemani Ambar menunggu Ema datang.                 “Lo dari mana aja, kok tumben, balik kesini?” Tanya Ambar, Chatura juga tidak sadar kenapa ia malah kembali ke rumah nya, bukan ke apartement.                 “Habis ngapel. Gak ngapel sih belom jadian juga, tapi habis jengukin cewe, gak tau dah padahal tadi niat nya balik ke apart, eh malah belok kesini.” Jawab Chatura. Ambar mengangguk kemudian kembali bertanya. “Dimana emang rumah nya?”                 “Deket dari sini, lima belas menit doang. Kayak nya gua bakal di sini aja deh for a while.”                 “Yaudah, kenalin lah.”                 “Ya nanti, kalau udah jadi.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD