Dinar merasakan sesak di dadanya. “Kenapa, Mas? Mas Keenan butuh Dinar, ‘kan? Selama ini Mas manjain Dinar, kasih Dinar banyak hadiah, Mas Keenan sayang Dinar, ‘kan?” “Iya, Mas sayang Dinar. Tapi bukan sayang yang itu.” “Lalu sayang yang bagaimana? Apa yang sudah kita berdua lewati bersama sudah menunjukkan kasih sayang. Dinar sudah lama berkorban, bahkan membiarkan Mas Keenan menikah dengan perempuan lain. Sakit hati Dinar, Mas.” Keenan memandang wajah Dinar dengan seksama, ada sedih yang dia rasakan saat melihat Dinar menyatakan perasaannya dan wajah sedih yang ditunjukkan gadis itu kepadanya. Keenan tidak ingin menyakiti Dinar, cintakah dia? Keenan cepat-cepat mengalihkan pikirannya. Keenan menggeleng, “Tolong kamu ke luar dari kamar Mas.” Dinar menggeleng dan masih memendam peras