BAB 10 : Rakyat sang Kaisar

1682 Words
Rullin mendecih. “Siapa pun yang menciptakan metode laporan seperti itu, pasti adalah orang yang menyebalkan.” Menyebalkan sekaligus jenius. Karena, informasi tersebut tidak akan mampu tersebar dengan begitu mudah. Rhaella tertawa selama beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, “Aku yang membuatnya.” Rullin tercengang, beruntung dia tidak memuji tadi. “Kamu memang menyebalkan.” “Nah, sekarang kamu tahu aku tidak berbohong. Jadi, bisakah kamu beritahu aku alasanmu kalah? Karena tidak ada orang lain yang bisa kutanyakan selain Kaisar Alcander sendiri.” Rullin Vedenin tentu saja tidak akan langsung menjawab. Dia perlu mempertimbangkan untung dan rugi jika dia membagi informasi kepada Rhaella. “Sebelum aku menjawab, aku juga ingin mengajukan pertanyaan.” Rhaella, “Tanyakanlah.” “Apa alasamu membantuku?” Rullin menambahkan, “Sebaiknya kamu berbicara jujur.” Setelah Rullin dipasangkan kalung b***k, Rhaella belum pernah melakukan tindakan tercela dengan tujuan mempermalukan atau menyiksa Rullin. Padahal, wanita itu memiliki kuasa penuh atas dirinya, tapi Rhaella malah memberikannya tempat tinggal yang cukup nyaman, makanan layak, dan juga membiarkan Rullin berbicara tanpa sopan santun. Sebab itu, Rullin yakin Rhaella memiliki rencana tersembunyi. Karena tidak ada hal gratis di dunia ini, semua membutuhkan imbalan atas tindakan baik mereka. “Aku membutuhkanmu, Yang Mulia Kaisar.” Intonasi Rhaella kini tak terdengar main-main, begitu serius, dan dipenuhi kesungguhan mutlak. Pupil mata Rullin sempat mengecil saat mendengar panggilan kehormatan itu. Selama satu bulan terakhir, orang-orang selalu menyebutnya sebagai b******n, b***k, atau sampah. Sehingga Rullin sempat lupa bahwa dulu dia pernah dipanggil dengan penuh kehormatan seperti ini. “Apa yang kau inginkan?” tanya Rullin. Rhaella menundukkan kepalanya untuk memberikan hormat. “Pinjamkan aku kekuatanmu untuk menjatuhkan kekuasaan Yeva Rhoxolany. Dengan begitu, rakyatmu bisa lepas dari penjajahan, sedangkan aku bisa mati dalam damai.” Kejatuhan Yeva Rhoxolany jelas akan membawa keuntungan bagi Rhaella dan Rullin. Tidak akan ada yang dirugikan apabila mereka bekerja sama. Namun, Rullin masih belum percaya dengan Rhaella seutuhnya. Tidak ada yang mampu mengukur seberapa dalam hati seseorang. Walau Rhaella tampak baik dipermukaan, bisa saja dia menyimpan rencana lain di dasar hatinya. “Inti spiritualku sudah hancur, tidak lagi bisa membantu kamu,” kata Rullin. Rhaella mengangkat kepalanya. “Aku akan mencari tabib yang hebat untuk menyembuhkanmu. Asal kamu menyetujui permintaanku, aku juga bisa mencarikan tabib hingga ke luar benua.” “Kenapa harus aku? Tidakkah kamu memiliki orang lain untuk membantu?” Rhaella, “Aku sudah kehilangan segalanya. Prajuritku telah terpangkas hampir seluruhnya dan kini mereka menjadi buronan, sehingga mereka sulit untuk menyusup ke Milana. Koneksiku dengan kaisar di negara lain juga sudah terputus, mereka sepertinya takut akan digerus oleh Yeva setelah menyaksikan kekalahanmu.” Di antara lima negara lain yang berdiri di Benua Etheria. Negara Alcander merupakan sebuah negara yang paling kuat dalam segi militer. Alcander selalu dikenal sebagai negara yang berada di pihak netral dan fokus dalam pertahanan militer mereka. Oleh sebab itu, semua negara dilanda ketakutan saat Alcander yang netral dan kuat saja mampu dihancurkan menjadi debu. Apalagi jika negara mereka berada di kubu yang berlainan warna dengan Milana. “Yeva telah menjadikan Negara Alcander sebagai contoh, dan kekalahanmu membawa pengaruh yang sangat besar untuk politik di benua ini,” Rhaella menambahkan, “Yeva sepertinya ingin menguasai seluruh Benua Etheria. Menurutmu, apakah Yeva mampu mengambil alih seluruh negara tanpa ada pertumpahan darah?” Rullin menggeram, “Itu tak mungkin. Jika dia ingin menjadi kaisar mutlak, maka satu-satunya cara untuk mendapatkan kekuasaan itu adalah dengan membunuh seluruh kaisar yang berkuasa di Benua Etheria.” Rhaella menutup matanya sebentar. “Kamu benar, dia akan mengambil alih kekuasaan dengan melibatkan darah dan kehancuran. Karena itu, beritahu aku metode apa yang digunakan oleh Yeva sampai bisa meruntuhkan seorang kaisar hebat seperti kamu.” Rullin tak lekas menjawab, jadi Rhaella menambahkan. “Waktuku tidak banyak, Rullin. Aku mungkin hanya bisa bertahan sampai dua tahun, dan aku tidak akan bisa mati dengan tenang apabila Yeva masih hidup.” Jika Rhaella tidak beruntung, mungkin dia juga bisa mati dalam waktu beberapa bulan lagi. “Dia menebarkan asap pengendali pikiran ke seluruh penjuru Negara Alcander.” Rullin menghela napasnya saat mengingat memori lama. “Orang-orang yang memiliki inti spiritual yang kuat tidak akan terpengaruh oleh asap semacam itu, tetapi rakyatku yang tak memiliki sihir dapat terpengaruh dengan mudah.” “Jutaan rakyatku kemudian dikendalikan oleh Panglima Perang dari negaramu, pikiran mereka menjadi hancur dan rusak, bahkan sampai bertingkah seperti binatang buas yang kelaparan.” Negara Alcander saat itu dilanda kekacauan, jutaan penduduk Alcander menggila, mereka mencakar dan menggigit satu sama lain, sehingga menciptakan lautan darah dan mayat dalam waktu hitungan menit. Dan untuk pertama kalinya, Rullin Vedenin merasa tak mampu melakukan apa-apa. Jika prajurit menjajah negaranya dengan senjata, maka Rullin mampu melumpuhkan mereka dengan mudah. Akan tetapi, bila rakyat Alcander yang diserang seperti itu, maka Rullin tidak bisa melakukan apa-apa. Panglima Perang Erik Rhoxolany lantas memerintahkan Rullin untuk bersujud di bawah kakinya dengan imbalan memberikan obat penawar. Awalnya, Rullin bersikeras untuk melawan, tapi teriakan rakyatnya begitu memekakkan telinga, terlalu menyakitkan untuk ia dengar. Pada akhirnya, Rullin merendahkan harga dirinya. Dia berlutut di hadapan Erik Rhoxolany dan tak memberontak saat Erik merusak inti spiritualnya dan menyeret Rullin seperti karung sampah. Demi menyelamatkan rakyatnya, sang kaisar yang angkuh rela menghancurkan harga dirinya. “Meski aku sudah mengorbankan kekuasaanku, Kaisar Milana masih saja membuat rakyatku menderita,” kata Rullin. Sisa-sisa rakyatnya yang berhasil selamat, diusir dari rumah mereka sendiri dan diminta untuk tinggal di bangunan-bangunan kecil yang kumuh. Baik bangsawan atau pun rakyat jelata, selama mereka memiliki darah Alcander, maka mereka semua tidak diperbolehkan Keluar dari wilayah Alcander. Mereka bahkan tidak boleh mencari nafkah, sehingga hanya bisa mengandalkan pasokan makanan dari Milana. Rullin menggeram, kemudian menatap Rhaella dengan tajam. “Persediaan makanan yang diberikan oleh Milana bahkan sangat terbatas, sehingga rakyatku yang masih hidup harus menderita kelaparan dan terkena penyakit. Jika aku tahu akhirnya akan begini, maka lebih baik aku tidak menundukan kepala di hadapan Milana.” Rhaella membalas, “Seandainya aku mampu, mungkin aku bisa—” Rullin memotong ucapan Rhaella. “Tidak, jangan berandai-andai atau berharap. Aku tidak menyukai hal yang tak pasti.” Lagi pula, bila seandainya Rhaella masih menjadi Panglima Perang di Milana, dia tidak akan menyerang rakyat hingga membabi buta, karena Rhaella selalu menyerang militer dan mengabaikan rakyat biasa, sehingga kejadian yang kini menimpa Alcander tidak akan terjadi. “Kamu sudah mengetahui alasan aku bisa tunduk di bawah negaramu, lalu apa yang ingin kamu lakukan?” Rhaella mengetukkan kipasnya ke tangan, terlihat sedang berpikir sejenak. “Menurutku, Yeva mungkin akan menggunakan metode yang sama untuk meruntuhkan kerajaan lain. Oleh karena itu, aku akan mencari cara untuk membuat penawar dari asap pengendali pikiran sebanyak-banyaknya.” “Sebanyak-banyaknya? Kau tahu cara membuat penawar asap itu?” Pandangan Rhaella turun, senyuman sendu tercetak di wajahnya. “Hanya kebetulan tahu.” Setelah itu, Rhaella tidak mengucapkan omong kosong lagi, dia segera berdiri dari kursinya dan berjalan ke pintu keluar. “Aku tidak akan mengganggu kamu malam ini, selamat malam, Rullin.” Rullin tidak membalas, hanya menatap kepergian Rhaella dalam diam. Pria itu tahu bahwa Rhaella pasti sedang menyembunyikan sesuatu yang tidak mampu wanita itu ungkapkan. • • • Kereta kuda bergerak secara konstan, melintasi jalanan kota, kemudian masuk ke dalam Hutan Leuco untuk pergi ke Kota Araya. Jalanan yang ada di dalam Hutan Leuco tidak begitu mulus, terdapat banyak batu serta tebing yang seringkali menghambat jalannya kereta kuda. Oleh karena itu, waktu perjalanan dari Ibu Kota Milana ke Kota Araya bisa memakan waktu hingga dua hari dua malam. Rhaella menyandarkan kepalanya pada dinding kereta, lalu memperhatikan Rullin yang duduk di seberangnya. “Katakan sesuatu, Rullin. Aku bisa mati bosan kalau kau hanya diam.” Sejak awal mereka masuk ke dalam kereta, Rullin selalu memandang ke luar jendela dan mengabaikan Rhaella. Sebagai makhluk sosial yang senang berbicara omong kosong, jelas Rhaella merasa frustasi saat lawan bicaranya tidak merespon. Rhaella menghela napas. “Aku meminta kamu duduk di dalam sini untuk menemaniku. Tapi, kenapa hanya diam! Rullin Vedenin, aku ingin bicara!” “Bukankah sejak tadi kau bicara?” “Maksudku … aku ingin pembicaraan dua arah! Kalau hanya aku yang berbicara, sama saja seperti mengutarakan omong kosong.” Rullin, “Memang.” Rhaella berdecak, akhirnya ikut memandang jalanan hutan di luar jendela. Tangannya bersidekap di depan d**a, sementara alisnya mengkerut. Jika hanya diam, Rhaella selalu tampak seperti wanita yang angkuh dan dingin. Persis seperti Rhaella Rhoxolany yang ada di dalam ingatan Rullin. Seorang Yang Mulia Putri Mahkota yang angkuh sampai-sampai tidak sudi menerima pinangan pria mana pun. “Yang Mulia,” kata Rullin. Wajah angkuh itu perlahan mengembangkan senyuman. “Ada apa? Apa sekarang kamu ingin berbicara?” Walau Rullin tidak tahu apakah senyuman itu palsu atau nyata, setidaknya itu lebih baik daripada memandang wajah angkuh Rhaella. “Dulu aku sering mendengar rumor kalau Hutan Leuco memiliki banyak binatang iblis. Tapi, kenapa aku tidak melihat satu pun sejak kita memasukinya?” Rhaella, “Jalur yang sekarang kita lewati adalah jalur bersih. Kalau kamu melihat lebih jelas, maka terdapat sihir penghalang di tepi jalan untuk mencegah binatang iblis melewati jalur ini.” Rullin menyipitkan matanya dan menyadari terdapat dinding sihir tak kasat mata di tepi jalan. Selain itu, jalan yang sekarang mereka lewati cenderung lebih terang daripada bagian hutan yang ada di balik penghalang. “Bukankah merepotkan untuk memasang penghalang seperti ini di sepanjang jalan?” “Ya, setiap dua minggu sekali, prajurit sihir harus memperkuat sihir penghalang untuk memastikan tidak ada bagian yang retak. Karena seperti yang kau tahu, binatang iblis selalu menggila setiap kali melihat manusia, jadi mereka akan berusaha merobek penghalang untuk mengambil manusia yang sedang melintas.” Rhaella menambahkan, “Tapi, karena di balik Hutan Leuco hanya ada sebuah kota kecil dan perbatasan Negara, maka jarang ada penduduk biasa yang melintasi hutan, sehingga jarang sekali ada korban.” Dahulu, Rhaella yang selalu memeriksa kondisi penghalang sihir setiap bulannya. Tapi, kini ia sudah berbulan-bulan tidak pergi ke Hutan Leuco, sehingga dia juga tidak yakin apakah penghalangnya masih berfungsi dengan baik atau tidak. Karena Rhaella tidak percaya Erik akan memikirkan hal detail seperti itu. Tapi, selama tidak ada binatang iblis tingkat atas yang menerobos keluar, maka mereka akan baik-baik saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD