Bab 25. LaranganYang Diabaikan

1040 Words
Bunyi bel terakhir tanda bahwa ujian kelulusan telah selesai untuk hari ini. Melodi sama seperti teman-temannya yang lainnya bersiap menyerahkan hasil lembar jawabannya pada pengawas. Dengan senyuman dan rasa percaya diri yang tinggi, Melodi menyerahkan seluruh naskah ujian miliknya sebelum akhirnya ia mengambil tasnya dan pulang. Ia sudah menyelesaikan seluruh ujian untuk memperoleh kelulusannya. Sekarang tinggal menunggu hasil. Dengan wajah lebih ceria dari biasanya, ia berjalan riang keluar dari ruang ujian seraya bersenangdung kecil. Tak hanya karena sudah menyelesaikan seluruh kewajibannya tapi juga karena Rexy akan menjemput pulang hari ini. Terlebih kini Melodi bukan lagi Sugarbaby alias kekasih simpanan. Ia adalah calon istri resmi Rexy Basupati, sang pemilik hotel terkenal. Ponsel Melodi kemudian berdering sebelum ia melangkahkan kakinya keluar gerbang sekolah. Awalnya ia berfikir jika itu adalah Rexy namun ternyata Ariel-lah yang menelepon. “Halo, Mas Ariel!” sapa Melodi dengan nada riang. “Hi, Mel. Apa kabar kamu? Uda lama kita gak ngobrol,” tanya Ariel dengan santai. “Baik, Mas. Mas Ariel lagi apa?” “Lagi di kantor. Aku denger kamu bakalan selesai ujian hari ini?” “Iya, Mas. Hari ini hari terakhir.” “Hhhmm, berarti setelah ini kamu akan lulus kan. Berarti bisa dong kamu mulai magang di Hotel Mercure Star.” Melodi pun tersenyum mendengar tawaran itu lagi. “Tapi kan, Mel kan bukan lulusan kuliah Mas. Belum punya pengalaman apa pun.” “Ya gimana kamu bisa dapat pengalaman kalo gak magang dulu, iya kan?” Melodi masih tersenyum. ia teringat pada jasa Melodi yang menebus Ayahnya saat dipenjara beberapa saat lalu. Rasanya ia belum pernah membalas budi baik Ariel yang sudah menolong ayahnya. “Kalo gitu, Melodi terima tawaran Mas Ariel,” jawab Melodi sambil tersenyum. “Nah, gitu dong. Mas Ariel gak perlu nunggu ijazah kamu keluar. Kamu bisa langsung kerja besok,” sahut Ariel tanpa ragu. “Lho, Mas. Apa gak kecepetan?” “Ya gaklah. Yang jelas kamu adalah salah satu staf potensialf yang aku butuhkan untuk bekerja di hotelku. Aku sangat berharap kamu bisa bekerja untuk Mercure Star secepatnya,” ujar Ariel makin membangkitkan minat Melodi. “Tapi, Mas. kalau seandainya Mas Rexy melarang ....” “Kok kamu malah takut sama dia sih? Memangnya dia sudah jadi suami kamu ya terus dia ngatur-ngatur?” Melodi diam seraya mengatupkan bibirnya. Ia menarik napas panjang dan menyimak perkataan Ariel dengan baik. “Mel, Mas bukan mau menjatuhkan mental kamu. Tapi kamu gak lupa kan yang terjadi di malam pertunangan kamu? Keluarga Basupati sudah menghina kamu.” Melodi masih diam seraya menarik napasnya lebih berat. Ariel benar. seharusnya ia membuktikan diri bukan malah mundur. “Aku gak menawarkan ini untuk sembarangan orang. Kamu punya potensi dan aku bisa melihat itu. Rexy itu pengusaha dan punya banyak pilihan, Mel. Menurut kamu apa yang harus kamu lalukan agar setara dengannya?” “Iya, Mas. Mel tahu. Mel mengerti.” Melodi dengan cepat menyahut. “Bagus.” Melodi tersenyum mendengar pujian Ariel untuk dirinya. Menurut Melodi, ia telah bertemu orang yang benar-benar baik hati seperti Ariel Danish. Ariel akan membantunya menjadi seseorang yang pantas bersanding dengan Rexy Basupati. “Baik, Mas. Besok Mel ke sana.” “Aku akan tunggu kamu besok di Mercure Star Hotel ya. Sampai jumpa besok, Melodi,” ujar Ariel ramah. “Sampai jumpa, Mas Ariel.” Melodi menutup panggilan dan tersenyum senang. Sepertinya hidupnya akan berbeda mulai saat ini. keberuntungan tengah berada pada kehidupannya yang selalu diselimuti dengan penderitaan. “Aku akan kasih tau Mas Rexy dulu soal tawaran kerja ini. Dia pasti senang aku bisa dapat pekerjaan sebelum tamat sekolah, hehehe,” gumam Melodi pada dirinya sendiri. Melodi pun berjalan kembali ke gerbang sekolah dan menemukan mobil Rexy baru saja tiba menjemputnya. Dengan langkah riang, Melodi langsung masuk ke mobil itu dan pergi makan bersama ke sebuah cafe. “Apa yang kamu mau lakukan sehabis lulus sekolah nanti?” tanya Rexy sambil menghabiskan minumannya. “Mel mau kerja, Mas. Menurut Mas Rexy, kalo Melodi kerja di hotel gimana?” tanya Melodi dengan senyuman lebar. Rexy langsung memberikan respons mengernyitkan keningnya pada Melodi. “Kamu mau kerja jadi apa?” Rexy terdengar seperti menghakimi tapi Melodi mencoba menepis perasaan itu. Senyumannya sedikit berubah datar. “Sesuai dengan bidang kejuruan Mel, administrasi.” Jawaban Melodi membuat Rexy sedikit menyeringai sinis. “Kita kan akan menikah nanti. Dari pada kamu kerja lebih baik kamu jadi ibu rumah tangga aja. Toh, kamu gak punya pengalaman banyak kan soal administrasi hotel. Bekerja di hotel itu gak semudah yang kamu pikirkan,” ujar Rexy santai sambil memotong makanannya merendahkan keinginan Melodi. Ia tidak merasa bersalah karena sudah merendahkan Melodi meski melakukannya dengan santai. Senyuman Melodi seketika memudar, ia jadi mengurungkan niat memberi tahukan Rexy tentang tawaran Ariel bekerja pada perusahaannya. “Memangnya Mel gak boleh kerja di luar ya?” tanya Melodi lagi dengan nada sedikit murung. “Bukannya gak boleh. Tapi aku lebih suka kalo cewek itu gak keluyuran kesana kemari. Gak baik. Kalo kamu kerja di hotel kamu bakalan pulang malam bahkan tengah malam. Kalau terjadi sesuatu gimana? Jalanan sekarang kan gak aman,” jawab Rexy memberi alasan. Melodi hanya diam saja mengatupkan kedua bibirnya. Ia hanya tersenyum tipis saja pada Rexy akhirnya. Seketika entah mengapa, hati Melodi sedikit cemas. ia tahu jika Rexy adalah pengusaha kaya yang memiliki pergaulan luas. Bukan berarti jika ia hanya berakhir menjadi ibu rumah tangga, maka Rexy akan setia sebagai suami. Perkataan Ariel kini terngiang lagi di benak Melodi. Ia hanya diam saja membuat tekad sendiri dalam hatinya. Keesokan harinya, Melodi berangkat ke hotel Mercure Star sesuai janjinya tanpa memberitahukannya pada Rexy. Melodi tidak mau mengungkapkan semua hal. Ia hanya perlu membuktikan pada Rexy jika dirinya mampu setara dengan pria itu. Sesampainya di sana, Melodi langsung diarahkan ke ruangan CEO, Ariel Danish. Ariel begitu senang dan bahagia melihat Melodi mau menurut padanya. Ia tidak segan menempatkan Melodi pada bagian marketing. Dalam timnya, Melodi yang paling junior jadi ia akan dibimbing oleh manager marketing. Melodi langsung diminta bekerja hari itu juga. Ia diminta untuk menemui seorang calon klien bersama seorang staf senior wanita di sebuah restoran salah satu hotel. Dengan semangat, Melodi melaksanakan tugas pertamanya. Sesampainya di lobi hotel itu, staf marketing itu meminta Melodi menunggu sebentar karena ia ingin mengecek keberadaan calon klien tersebut.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD