bc

Terjebak Hasrat Pacar Kakakku

book_age18+
34
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
one-night stand
HE
opposites attract
boss
drama
bxg
city
office/work place
disappearance
polygamy
selfish
like
intro-logo
Blurb

Kehidupan Melodi begitu keras setiap hari. Ayahnya diceraikan Ibunya yang lebih memilih pria kaya lain karena bangkrut. Tidak seperti Kakaknya, Melodi tak sempat merasakan hidup enak sebagai anak seorang pengusaha. Karena harus bertahan hidup demi Ayahnya dan sekolah, Melodi rela dimanfaatkan oleh kekasih kakak tirinya, Rexy Basupati, menjadi simpanannya. Melodi melakukannya untuk membalas ibu dan kakak tirinya yang selalu ingin membunuhnya. Di tengah kemelut, pria lain yaitu Pangeran ikut datang memanfaatkan situasi memanfaatkan kepolosan Melodi untuk membalas Rexy, musuhnya. Rexy yang awalnya hanya ingin bersenang-senang mulai jatuh cinta pada Melodi begitu pula dengan Pengeran yang awalnya benci setengah mati pada Melodi yang ia anggap kampungan.

Melodi pun terpaksa berubah menjadi Krystal dan menyadari ia hanya dimanfaatkan oleh semua orang. Namun ada seseorang yang ternyata selalu diam-diam melindunginya.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Pahitnya Hidup
Melodi berlari hanya memakai sendal jepit dengan terburu-buru. Wajahnya pucat, nafasnya tersengal dan ia mulai menangis. Seorang tetangga memberitahu jika Ayahnya dipukuli oleh beberapa preman karena tidak mau memberi uang. Sebelumnya, Melodi bekerja di pabrik tempe yang merupakan tempat mencari nafkah hampir semua orang di desanya. Sama seperti kebanyakan warga desa, ia bekerja sebagai buruh membuat tempe dan tahu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sejak orang tuanya bercerai, ia ditinggal sendiri bersama Ayahnya di sebuah rumah petak sederhana. Siapa yang menyangka jika pengusaha kaya raya, Feri Halim akhirnya bangkrut dan memilih menepi dengan tinggal di sebuah desa kecil di Bogor. Kehidupan mewahnya berakhir tragis saat ia jatuh bangkrut dan kemudian malah ditinggal oleh Istrinya, Erni Haidar. Erni lebih memilih pria yang lebih kaya, seorang pengusaha otomotif terkenal, Alexander Jodie. Kini setelah menikah dengan Alex, Erni langsung mengganti namanya menjadi Erni Jodie. Melodi mempercepat berlari dan langsung masuk ke rumahnya tanpa mengetuk pintu. Sambil terengah ia mencari Ayahnya yang ia temukan di ruang tengah dalam keadaan sedang memegang kepalanya yang berdarah. “Papa kenapa? Papa gak apa?” tanya Melodi pada Ayahnya. Seorang tetangga yang selalu menolong mereka bernama Aldi juga ikut duduk di bangku panjang sederhana di rumah Feri Halim. Dengan wajah cemas, Melodi mencoba memeriksa kepala Ayahnya dan darah itu tak berhenti mengalir. Feri mulai pusing karena darah yang cukup banyak keluar. “Mel, kita harus bawa Ayah kamu ke puskesmas. Darahnya terlalu banyak keluar,” ujar Aldi dengan wajah cemas yang sama. Melodi mengangguk dengan raut wajah polosnya pada Aldi yang sudah ia anggap seperti Pamannya sendiri. Sambil merangkul sebelah lengan Feri, Melodi memapah Ayahnya bersama Aldi keluar rumah. “Kita pergi pakai apa, Kang Aldi?” Aldi tampak berpikir sejenak sebelum kemudian menyetop seorang warga kampung yang menjadi tukang ojek sedang lewat di depan rumah. “Biar Kang Aldi sama Papa kamu naik ini, kamu naik ojek lain ya,” ujar Aldi dan diberi anggukan oleh Melodi dengan cepat. Setelah memastikan Ayahnya dibawa menggunakan ojek motor, Melodi segera mencari pengemudi ojek lainnya untuk mengikuti mereka. Dua motor itu tiba di Puskesmas yang jaraknya sekitar 3 km dari tempat tinggal Melodi. Setiba disana, Puskesmas itu ternyata tidak memiliki alat yang cukup memadai untuk menangani luka sedalam itu. Perawat yang bertugas merujuk Feri untuk dibawa ke rumah sakit agar bisa diberi tranfusi darah karena ia sudah kehilangan banyak darah. Dengan wajah kebingungan tanpa uang dan pakaian sedikit lusuh, Melodi akhirnya membawa Ayahnya ke rumah sakit menggunakan ambulance dari Puskesmas. Sesampainya di rumah sakit, kebingungan makin melanda gadis itu. Tak ada asuransi apapun atau uang yang bisa digunakan Melodi untuk menebus biaya rumah sakit. Kantong darah itu harus dibayar dengan uang tunai jika ingin Ayahnya pulang. “Kang Aldi belum punya uang, Mel. Kalo gak ....” “Gak apa, Kang. Kang Aldi udah terlalu banyak bantu Melodi dan Papa. Melodi akan cari pinjaman aja,” ujar Melodi memotong kalimat Aldi. Aldi sedikit menundukkan kepalanya sebelum melihat wajah cantik Melodi lagi dengan pandangan sedih. “Apa yang bisa aku lakukan untuk membantunya? Ah, andai aku orang kaya!” ujar benak Aldi yang tak bisa berbuat apapun lagi. Setelah melihat tagihan rumah sakit sebanyak lima juta rupiah, Melodi berpikir di mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Lima juta mungkin tidak banyak bagi orang kaya, tapi bagi Melodi itu adalah gajinya selama beberapa bulan bekerja. Ingatan membawanya pada Ibunya, Erni. Ia tau Ibunya tengah berada di vila suami barunya sekarang. Vila itu terletak tak jauh dari rumah sakit tempat Feri sedang dirawat. “Kang Aldi, Melodi pergi sebentar ya.” Aldi bangun dari tempat duduknya dan menoleh ke arah samping. Hari mulai gelap dan langit sudah sangat mendung dari tadi. Angin dingin pertanda hujan akan datang mulai berhembus dingin menusuk tulang. Ditambah udara lembab di kawasan Bogor yang memang terkenal semakin dingin jika malam, membuat Aldi jadi khawatir pada Melodi. “Kamu mau kemana?” tanya Aldo dengan wajah cemas. “Melodi mau cari pinjaman dulu buat nebus Papa,” jawab Melodi sudah bersiap pergi. “Ke mana?” Melodi terdiam sejenak sebelum tersenyum dan bicara kemudian. “Melodi mau cari Mama ke vilanya. Kang Aldi tolong jagain Papa sebentar ya, Melodi akan kembali,” balas Melodi langsung berbalik dan berlari keluar dari lorong rumah sakit tempat mereka menunggu sebelumnya. Aldi masih sesekali memandang langit yang mulai bergemuruh pertanda hujan akan segera turun. Hujan benar-benar turun sewaktu Melodi mencoba menyeberangi jalan raya yang memisahkannya dengan vila mewah milik Alexander Jodie. Sesampainya di gerbang vila mewah itu, pintu vila ditutup dan dijaga oleh seorang satpam yang berada di dalam posnya. Dari pintu gerbang, Melodi bisa melihat sedang ada pesta di dalam vila tersebut. Tubuh dan baju Melodi sudah sangat basah kuyup dan ia mulai kedinginan. Melodi berusaha memanggil Satpam yang menjaga agar dibukakan pintu namun suaranya kalah oleh derasnya hujan. Setelah hampir 10 menit terus memanggil, satpam itu akhirnya mendengar. Ia melongok keluar melihat ternyata ada seorang gadis berdiri di tengah hujan sambil memegang besi pintu gerbang. Satpam itu keluar dengan sebuah payung dan menghampiri Melodi. “Cari siapa?” teriak satpam itu bertanya. Suaranya harus bersaing dengan derasnya suara hujan. “Ibu Erni Haidar, aku cari Ibu Erni,” balas Melodi juga ikut berteriak. Satpam itu mengernyitkan keningnya. Siapa Erni Haidar? “Tidak ada yang namanya Erni Haidar disini!” “Dia istri pemilik vila ini!” teriak Melodi lagi masih belum menyerah. Satpam itu makin ragu. “Tapi tidak ada yang namanya Erni Haidar disini, kamu salah alamat. Ini Vila milik keluarga Jodie.” Saat itulah Melodi teringat jika ibunya tidak lagi memakai nama belakang keluarganya lagi, ia sudah mengganti dengan nama belakang suaminya. “Maksudku Erni Jodie, istri Alex Jodie!” Sofia benar-benar tidak mau menyerah. Ia masih memaksa masuk dan satpam itu makin tidak mengizinkan Melodi sama sekali. Dengan putus asa, Melodi terus merayu agar ia bisa diijinkan masuk. Cuaca dingin dan hujan membuat Melodi mulai tidak kuat berdiri. Ia sudah mengigil dari tadi namun satpam itu belum mengijinkannya masuk sama sekali. “Tolong, Pak. Dia Mamaku, aku harus ketemu. Ini penting!” teriak Melodi lagi. “Jangan bercanda kamu! Mana ada Ny. Erni punya anak seperti kamu. Anaknya ada di dalam!” balas satpam itu. “Dia Kakakku, Fernita. Tolong buka pintunya!” Melodi terus memohon. Tiba-tiba, terdengar bunyi klakson dari sebuah mobil yang ingin masuk ke pekarangan Vila tersebut. Mobil mewah itu membunyikan klaksonnya berkali-kali sehingga membuat satpam itu terpaksa membuka gerbangnya. Ia mengusir Melodi agar minggir dan memberikan jalan agar mobil sedan sport itu bisa masuk. Setelah gerbang dibuka, mobil pun masuk ke dalam dan langsung ke lobi parkir depan. Sementara Melodi masih terlihat berdebat dengan satpam itu agar diijinkan masuk. Seorang pria terlihat keluar dari mobil itu. Pandangannya langsung menuju ke arah gerbang. Ia mengernyitkan keningnya dan berjalan sedikit mendekat mencari tau ada apa. Setelah meminjam payung dari salah satu pelayan yang membuka pintu, pria itu menghampiri gerbang depan sambil berjalan kaki. “Ada apa ini!” tanya pria itu pada satpam Vila. “Ah, Tuan Rexy, ini ada perempuan cari Ny. Erni. Dia ngaku kalo dia adalah anaknya,” jawab satpam itu mulai kebasahan. Rexy itu lalu memandang pada seorang gadis di depannya yang telah basah kuyup. Ia tidak bisa melihat jelas wajah gadis itu. “Kenapa kamu biarin dia kehujanan?” tegur Rexy lagi. “Tapi Tuan, pesan Nyonya gak ada yang boleh masuk selain tamu Non Nita.” Rexy kemudian mengangguk. “Biar aku yang tanggung jawab. Kasih dia masuk,” ujar Rexy pada satpam itu. Satpam itu pun mengangguk dan membiarkan Melodi akhirnya masuk melewati gerbang. Rexy kemudian berjalan kembali ke lobi dan Melodi mengikutinya dalam hujan. Setelah tiba di gerbang barulah, Melodi bisa melihat wajah tampan Rexy Early Basupati. Rexy sempat terpaku sejenak kala bertatap muka dengan Melodi. Lampu yang terang di lobi parkir membuat Rexy dapat melihat wajah cantik Melodi Halim dengan rambut basah dan tubuh yang kedinginan. “Kamu cari siapa?” tanya Rexy setelah mendehem sekali. “Ibu Erni Haidar maksudku Erni Jodie,” jawab Melodi dan diberi anggukan oleh Rexy. “Di dalam sedang ada pesta kelulusan Nita. Aku rasa kamu gak akan bisa masuk.” Melodi mulai mendekat dan mencoba memohon bantuan pria yang belum ia kenal namanya itu. “Tolong saya, Mas, ini benar-benar penting. Aku gak tau harus minta tolong sama siapa.” “Memangnya kamu siapa?” Melodi menarik nafas sejenak sebelum bicara lagi. “Aku adiknya Fernita, anak Ibu Erni. Namaku Melodi Halim.” Rexy sempat kaget lalu menaikkan kedua alisnya bersamaan. Ia baru tahu jika kekasihnya Nita memiliki seorang adik yang cantik. Ujung bibir Rexy sedikit terangkat lalu ia mengangguk. Rexy kemudian membuka jas dan memasangkannya pada Melodi. Melodi pun langsung menolak. “Jangan, baju saya basah, Mas!” “Justru kamu gak bisa masuk kalau basah kuyup begini. Kalau pakai ini setidaknya kamu gak terlalu basah,” ujar Rexy meyakinkan. Melodi tidak punya pilihan selain mengangguk dan membiarkan Rexy menyeringai tipis melingkarkan jasnya. “Sekarang kita masuk ke dalam,” ajak Rexy pada Melodi yang tersenyum mengangguk karena mengira ia mendapatkan bantuan dari pria yang baik hati.

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook