Kilas Kuantum 18 : Brit Aish

2767 Words
Ketika Nurin sedang asyik berdiskusi dan bermudzakarrah ilmu-ilmu esoterisme agama, tanpa sepengetahuan mereka berdua Nyonya tua pustakawan di bawah sana ternyata sedang menghubungi seseorang. Dia nampak menelpon seseorang seraya menjelaskan situasi. Wanita itu menatap ke lantas atas dimana Nurin dan Aya berada. Sepertinya dia melakukan sambungan telepon terkait kedatangan Nurin dan Sersan Aya. Sementara diatas sana Aya masih begitu dahaga akan penjelasan terkait esoterisme agama dari Nurin. Kuliah singkat Nurin akan ilmu yang dikuasainya begitu lugas hingga justru membuat Aya ketagihan dan ingin terus bertanya. Mereka seakan lupa pada tujuan awal mereka datang kesana. "Apakah ada dalil dalam Al-Qur'an yang mendukung Nur Muhammad yang dipercaya oleh kaum sufi tersebut?" tanya Aya kembali. "Aku sangat penasaran dengan hal itu. Aku memang tidak begitu mendalami agama apalagi ranah mistisisme atau aspek kebatinannya. Aku hanya biasa menjalankan rukun dan ibadah yang wajib saja, tapi sebenarnya Nurin, aku sangat tertarik dengan apapun yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama. Bagiku keislamanku masih begitu kurang. Aku senang bisa mendapat kisi-kisi ilmu semacam ini, sungguh!" Nurin merasa antusias dan tertantang untuk menjawab ghirah keingintahuan Aya pada cabang-cabang ilmu dan bidang kajian yang dimiliki oleh agama. Gejolak akademiknya bergetar, tak sabar untuk kembali memaparkan sebuah kuliah singkat pada Sersan cantik itu. Inilah alasan dibalik kecenderungan Nurin untuk menjadi pengajar dan menyukai aktivitas mengajar. "Tentu saja ada Aya."Jawab Nurin. "Kau bacalah surah Ali Imran ayat 81," pintanya. "Disana kau akan menemukan jawaban dari pertanyaanmu itu. Bukalah!" Sersan Aya langsung mengambil Plasma-FLED miliknya dan membuka aplikasi kitab suci Al-Qur'an digital yang ada di dalamnya. "Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu." Baca Aya. "Jadi ayat ini tentang apa...?" "Persaksian ruh para nabi kepada Tuhan semesta alam akan kerasulan dari Nabi Muhammad sebelum beliau terlahir ke dunia. Di alam para ruh—alam kemalaikatan. Dalam Ali Imran ayat 81 disitu jelas tergambar sebuah komitmen agung dari ruh para nabi secara kolektif kepada Allah akan satu sosok pre-existence. Bukti bahwa Nabi kita telah ada jauh sebelum dunia dan Adam tercipta sebagaimana beliau pernah bersabda; 'Aku telah menjadi nabi ketika Adam masih diantara ruh dan jasad'. Komitmen kolektif para nabi akan sosok pra-kelahiran Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam inilah yang nampaknya diingat baik oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam sehingga dalam Al Baqarah ayat 129 beliau berdoa dan memohon agar sosok pre-existence person tersebut nuzul dan lahir dari benihnya, Ismail Alaihissalam. Begitu juga diingat baik oleh Nabi Isa Alaihissalam—Yesus Kristus—dalam surah As-Shaaf ayat 6 seperti yang tadi kujelaskan, bahkan beliau menyebut nama dari pre-existence person tersebut, yaitu adalah Ahmad! Itulah ciptaan pertama dan mula-mula serta sebab dari segala kejadian yang mana para nabi ketika masih menjadi ruh pun mengenali betul sosoknya." "Ya, aku mulai paham sekarang dengan penjelasan ini." Kata Aya. "Sudah jelas sekarang? Bahwa dalam Al-Qur'an pun telah dengan jelas menyatakan adanya pribadi pra-kelahiran Nabi sebelum dzahirnya hadir ke dunia, sebelum eksistensi fisik kemanusiaannya yang menyejarah dan historis itu dilahirkan, pra-eksistensinya telah terlebih dahulu ada dan dikenal. Dan Ahmad atau pra-kelahiran inilah yang oleh kalangan tasawuf sering dikenal atau disebut sebagai Nur Muhammad atau hakikat Muhammadiyah, bahkan pembahasan Nur Muhammad sebagai ciptaan paling pertama erat kaitannya dengan 'Terciptanya Tuhan'" "Apa!? Tu–tunggu dulu, aku tidak salah dengar, kan? Terciptanya Tuhan katamu? Bukannya Tuhan itu tidak berawal dan tidak berakhir alias kekal, artinya tidak diciptakan kan, kenapa kau menyebutnya Nur Muhammad terkait erat dengan terciptanya Tuhan?" tegas Aya menjadi bingung oleh karena penjelasan Nurin barusan. Kali ini Nurin menjabarkan sesuatu yang aneh dan sulit bagi orang awam seperti Aya untuk memahaminya. "Aku tidak salah, yang kukatakan itu benar Aya. Awal mula terciptanya Tuhan." Balas Nurin seraya tersenyum lebar menggoda keingintahuan Aya. "Tapi Tuhan merupakan entitas yang tidak pernah diciptakan, ada dengan sendirinya sejak semula. Tanpa awal dan tanpa akhir, semua agama pun meyakini model Tuhan yang seperti ini bukan? Tuhan itu kekal, Allah itu kekal!" "Siapa bilang Aya?" Sersan Aya mengernyitkan dahinya. "Kau benar dengan menyebut bahwa dzat Azali yang Maha Agung itu bersifat kekal, tak berkeawalan dan tak berkesudahan. Ada sejak ada dan akan selalu ada tanpa pernah tiada. Ada sejak sebelum segala masa ada, kau benar. Tapi ada masa dimana Dia yang Agung itu belum menjadi Tuhan, belum mendapatkan predikat Tuhan dan bahkan belum dikenal sebagai Tuhan." Ucap Nurin. "Harus ada Makhluk atau ciptaan terlebih dahulu, baru bisa ada Khalik atau sang Pencipta. Benar begitu bukan?" "Jelaskan ...." Pinta Aya. "Logikanya sederhana Aya. Ambil contoh ... misalkan saja kau adalah seorang yang pintar di suatu daerah, namun nyatanya di daerah tersebut tidak ada siapapun selain dirimu, lantas masih bisakah kamu menyebut dirimu sendiri sebagai orang yang terpintar di daerah itu? Jawabannya tidak, karena untuk bisa disebut sebagai yang paling pintar atau terpintar di daerah itu, haruslah ada orang lain yang dalam tanda kutip tidak pintar. Harus ada wahana komparasi dan tabel pembanding untuk membuktikan sekaligus mengukuhkan bahwa kau memang benar yang terpintar di daerah itu. Contoh lainnya adalah si kaya dan si miskin. Tidak akan disebut kaya jika tidak ada yang miskin dan tidak ada yang disebut miskin tanpa adanya si kaya." Aya mengangguk. "Paham paham, aku sudah paham dengan analogi itu." "Nah, begitu juga dengan predikat Tuhan. Dia belum akan berstatus Tuhan tanpa adanya pengukuhan walau pada hakikatnya dia memang Tuhan—dalam ukuran bagaimana Tuhan itu. Kesejatian-Nya sebagai Tuhan adalah hak yang melekat dan tidak bisa dilepas atau diambil dari-Nya. Kau pasti pernah mendengar ada sebuah Hadist Qudsi yang bunyinya : Aku adalah perbendaharaan tersembunyi, aku belumlah dikenal, aku ingin dikenali maka aku ciptakan makhluk. Kau pasti tahu atau pernah mendengar hadist ini kan?" "Tentu aku pernah mendengar hadist itu. Dalil itu cukup terkenal," "Nah, siapakah yang mengenal Tuhan lebih dulu...?" Aya hening sejenak lalu mengangguk, "Ahmad...? Nur Muhammad?" "Benar! Makhluk atau ciptaan paling pertama yang pertama kali bersyahadah dan bersaksi, itulah Nur Muhammad. Dalam keazalian-Nya Allah menurunkan kualitas Dzat-Nya secara partikular menjadi sesuatu yang nampak di luar daripada diri-Nya untuk pertama kalinya. Setelah adanya Nur Muhammad yang bersaksi dan bereksistensi inilah baru muncul yang namanya Tuhan–yang sebelumnya masih dalam keadaan tanpa nama–karena sekarang telah ada hamba yang mengukuhkan status ketuhanan-Nya. Inilah yang kumaksudkan dengan awal mula Tuhan mendapat status Tuhannya sementara keagungan dan kemuliaan-Nya sendiri sifatnya kekal dan memang telah ada sejak semula." "Apakah dalil tentang kesaksian Nur dihadapan Tuhan itu ada Nurin?" "Secara oral iya, ada." Jawab Nurin. "Dituturkan dan diajarkan di tarekat-tarekat yang mendalami khazanah tasawuf lewat tradisi transmisi—sanad mereka. Riwayat ini menjadi fondasi akan kehadiran ciptaan terawal sebagai yang pertama bersaksi. Aku masih ingat gambaran besar riwayatnya, akan kubacakan untukmu. Kebetulan aku juga seorang salik yang mendalami suluk dan pernah mengkaji riwayat ini dari salah satu tarekat lalu mendapat ijazah darinya." "Baiklah, bagaimana riwayat kesaksian akan status Tuhan tersebut? Aku ingin mendengarnya." "Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karamallah wajhah pernah bertanya kepada Baginda Nabi ; 'Ya Rasulullah, kedua orangtuaku menjadi jaminanku. Tolong katakanlah, apa yang pertama kali diciptakan sebelum Allah menciptakan segala sesuatunya? Beliau lalu menjawab : 'Sesungguhnya, sebelum Rabbmu menciptakan hal lainnya, Dia menciptakan dari Nur-Nya Nur Nabimu'. Konon Nur Nabi telah berdzikir dihadapan Allah Ta'ala selama 70.000 tahun. Riwayat dari kesaksian Nur Muhammad dihadapan Rabbnya yang Agung itu seperti ini. Waktu itu ... ketika tidak ada yang namanya ruang dan waktu, masa dan segala benda materi maupun imateri. Tidak ada yang ada selain keadaan-Nya. Maka rindulah sang ada itu untuk dikenali, maka Dia yang kekal itu menciptakan Nur Muhammad dari Nur-Nya sendiri. Setelah itu Nur ini mempertanyakan statusnya, identitasnya, arti keberadaannya. Siapakah dia? Lalu ia bertanya kepada Tuhan yang saat itu belumlah bernama. Siapa engkau? Tuhan menjawab bahwa dialah sang pencipta yang menciptakannya. Nur ingin melihat hakikat dari Dia yang telah mencipta, maka selanjutnya diperlihatkanlah kepada Nur. Dan sejak itu Nur pun bersaksi, bersyahadat akan identitas tunggal. Setelah ada hamba, maka barulah ada Tuhan. Dia pun telah dikenali sepenuhnya. Muhammad adalah sifat dari setengah dzat atau cahaya dzat, keduanya serupa dalam artian indah namun tak sama. Tak sama namun serupa. Ketika Nur Muhammad baru saja tercipta maka Nur Muhammad terpesona, menaruh kagum dengan Nur dzat yang ada dihadapannya itu yaitu Nur dzat-Nya Allah. Saking terpesonanya maka Nur Muhammad berkata 'Allahuma', itulah kata kata pertama Nur Muhammad sekaligus kata yang pertama sekali terucap oleh makhluk yang paling pertama ada sebelum alam raya ini ada. Nur Muhammad berkata: Allahuma karena terpesonanya ia dengan keindahan Nur dzat-Nya Allah. Karena Nur Muhammad merasa teramat sama nur-Nya dengan Nur Allah yang ada didepannya itu, maka Nur Muhammad berkata 'Siapa tuhan dan siapa hamba...?' Maka Allah menjawab kata-kata Nur muhammad tadi. 'Dimanapun Aku sembunyi maka kau tak akan dapat menemukan Aku tanpa petunjuk-Ku dan dimanapun kau sembunyi Aku akan tetap menemukanmu karena kau daripada Aku.' Lalu Nur Muhammad menjawab 'Kau Tuhan dan aku hamba' Lalu Allah berkata "Aku ada karena kau ada dan kau ada karena Aku ada". Kemudian Allah berkata: 'Zhohiru Robbi Wal Bathinu Abdi' yang telah dzahir adalah Tuhan dan yang masih bathin adalah hamba.' Dan Nur Muhammad menjawab: Illalah, Hu Allah, Huwa Ruhum' Hanya Allah, dialah Allah yang penyayang. Itulah kalimat bathin Nur Muhammad. Lalu Allah berkata "Alastu Birobbikum...?' yang artinya bukankah Aku ini Tuhan engkau...?Lalu Nur Muhammad menjawab 'Bala Syahidna Warobbuna lailaha Illallah'. Iya benar, kami berdua bahwa kau Tuhanku. Tiada Tuhan selain-Mu." Nurin kemudian menggeser sedikit tangga gesernya agak ke kiri dan naik kembali, kali ini ia mengambil sebuah buku berinisial huruf "H" yakni sebuah buku bertuliskan Haturim Midrash di sampul depannya. Sebuah kitab tafsir Taurat dari kabbalist terkenal Baal Haturim atau yang lebih dikenal dan memiliki nama asli Jacob Ben Asher. "Apa kau tahu? Bahkan Taurat pun menyiratkan eksistensi dan kebenaran Nur Muhammad? Kitab terdahulu menyimpan kearifan purba ini, kesaksian purba ini dijelaskan secara tersirat disana." "Masa? Tidak, aku tidak tahu. Ini juga sesuatu yang baru bagiku." "Dalam pembukaan paling pertama di Alkitab, yakni ayat paling awal dalam kitab kejadian, kitabnya orang Yahudi, tertulis 'pada mulanya', atau In The Beginning ... yang dalam bahasa Ibraninya disebut sebagai Bereshit—yang diambil menjadi nama kitab pertama Taurat dari kelima bagiannya tersebut yakni kitab kejadian atau Genesis. Menurut Baal Haturim disini, kata 'Bereshit' itu mengandung suatu anagram tersembunyi dan sangat esoteris yakni mengandung istilah pusaka 'Brit Aish' di dalamnya. Brit dalam bahasa Ibrani bermakna perjanjian, oleh karenanya perjanjian baru disebutnya Brit Qadashah dalam Hebrew. Tau apa artinya Brit Aish dalam bahasa Ibrani Aya...?" tanya Nurin, Aya kembali menggeleng. "Perjanjian Api ... The Covenant of Fire!" tegas Nurin. "Kata Api disini, jelas merujuk pada Nur Muhammad yang tadi kita bahas, walau aku tidak pernah menemukan ada satu pun Rabbi atau penggiat kabbalist yang mengetahui hal ini. Tapi mudah bagi orang sufi untuk menarik benang merah dan menemukan keterkaitan antar keduanya andai mau mengkaji lebih dalam struktur studi ini. Dalam bahasa Arab, kata Nur dan Naar atau api itu seakar. Perjanjian Api itu merujuk pada syahadah atau perjanjian sang ciptaan pertama yakni Nur Muhammad kepada Dzat yang Azali yaitu Tuhan yang tadi kukisahkan. Perjanjian yang mengesahkan status Tuhan bagi Allah yang mulanya tersembunyi dan tidak berpredikat. Maka dari itu oleh para kabbalist dan secara khusus oleh Baal Haturim sendiri di dalam buku ini, menyebut kata 'Bereshit' yang secara tersembunyi memuat terma 'Brit Aish' tersebut juga dikenal mengandung rahasia ekseges atau tafsir akan terciptanya Tuhan." "Aku mulai mengerti." Sahut Aya. "Lalu ... juga pernah kudengar klaim para sufi bahwa Nur Muhammad inilah sebab awal segala penciptaan, atau dengan kata lain, seluruh alam semesta ini diciptakan dari Nur Muhammad sebagai bahannya?" "Ya, Nur Muhammad ini bermanifestasi dan menjadi entitas yang satu dengan alam fisik atau seluruh ciptaan karena dia yang pertama dari segalanya. Semesta dan isinya disokong oleh keberadaannya. Kata Prof. Dr. Nassarudin Umar, determinasi, manifestasi, dan spesifikasi, muncul berbarengan dengan lahirnya subjek dan objek saat kemutlakan-Nya nuzul menjadi partikularisasi kelas ciptaan. Ibnu Arabi menyebut ketunggalan yang relatif atau Ahadiyyah ini Al-wahid. Ahadiyyah adalah absolute sementara wahidiyyah adalah citra-Nya yang merupakan bagian saling tak terpisahkan. Hal ini juga didukung oleh pandangan seorang ahli fisika peraih Nobel bidang fisika—Erwin Schrodinger yang menyebut bahwa sifat alam semesta dari perspektif fisika kuantum adalah satu kesatuan." "Sekarang aku menjadi lebih jelas akan hujjah-hujjah terkait Nur Muhammad ini." Kata Aya. "Apakah ada dalil lain dari kitab terdahulu selain frasa Brit Aish dalam ranah Kabbalah yang menguatkan argumen tentang Nur Muhammad sebagai yang terawal diciptakan?" "Ada, di dalam kitab Amsal." "Kitab Amsal?" "Ya, kitab itu disebut Misyle dalam bahasa Ibrani yang bermakna misal atau perumpamaan. Kitab tersebut dinisbatkan kepada Nabi Sulaiman Alaihissalam sebagai penulisnya bersama kitab lain seperti Kidung Agung. Bukalah Amsal pasal 8 ayat 22 dari Plasma-FLEDmu," "Sebentar," Aya kembali mencari ayat yang dimaksud di Plasma-FLED. "Oke, sudah ketemu." "Buka dan bacalah!" "Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala," baca Aya dengan perlahan. "Eh, kau benar." Aya semakin kagum dengan ayat rujukan Nurin dalam memperkuat argumennya terkait bahasan yang sedang mereka bahas yaitu dalil tentang Nur Muhammad. "Bacalah sampai ayat 31 nya Aya." "Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, aku ada beserta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku." "Lihat bukan? Dalam bimbingan wahyu, betapa indah misal atau perumpamaan yang ditulis dan disenandungkan oleh Nabi Sulaiman terhadap sang ciptaan pertama. Prosa metaforis yang beliau gambarkan sebagai seorang 'anak kesayangan' yang ikut terlibat dalam aktivitas penciptaan. Oleh karenanya ayahku dalam bukunya Mukawwanat ini menulis, dikutipan yang tadi kubacakan, 'Sebagaimana yang tertulis dalam lembaran-lembaran permisalan Sulaiman, senandung yang dilantunkannya'." "Argumen para sufi terkait Nur Muhammad ternyata benar-benar memiliki dasar hujjah yang kuat. Aku jadi mengubah paradigmaku dalam memandang ajaran sufi." "Para sufi tidaklah berlebihan jika mengatakan bahwa Nur Muhammad adalah entitas utama pembentuk keseluruhan yang tercipta atau asal kejadian, termasuk kita. Kita memiliki saham yang sama sebagaimana dalam Al-Hujurat ayat 7 tertulis 'Fiikum' yang jika mau diartikan secara sangat harafiah adalah 'di dalam kamu', Fiikum Rasulullah, artinya di dalam kamu juga memuat saham yang sama dengan Rasulullah, hanya saja saham dari Muhammad bin Abdullah, Nabi kita, jauh lebih besar, karena disanalah tajjalinya Nur ini ke dalam form dzahir yang mendaging dari sang ciptaan pertama. Maka dari itu tidak heran jika Isa Alaihissalam pun pernah mengatakan 'Sebelum Abraham lahir, aku telah ada' karena beliau pun memiliki sahamnya dan punya privilege yang sama, karena dalam beberapa riwayat juga dikatakan bahwa Nur Nabi atau pra-eksistensinya senantiasa dipindahkan dari sulbi-sulbi lelaki yang suci ke rahim-rahim yang suci sampai akhirnya terlahir dari kedua orangtuanya—Abdullah dan Aminah, dan keduanya bukanlah orang yang tercela. Riwayat ini juga termaktub dalam kitab Dzakhair Muhammadiyahnya Asy Sayyid Muhammad Bin Alwy dan dimuat pula dalam syarah Ruh Al-Ma'ani Fi Tafsiri Al-Qur'an dari Sayyid Mahmud. Bahwa terdapat riwayat Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam yang mengatakan: Allah menurunkan Nur Nabi lewat punggung Adam. Allah membawanya dalam bahtera pada tulang sulbi—yang menurutku adalah stem Cell—dari Nuh dan bersama tulang sulbi Al-Khalil Ibrahim ketika ia dibakar dalam api." Papar Nurin kembali. "Wow, ini benar-benar ilmu baru bagiku. Aku semakin paham sekarang tentang hujjah itu." Kata Aya nampak senang. "Tanpa terasa sudah 15 menit kita habiskan hanya untuk diskusi. Baiklah, sekarang saatnya kita lihat apa yang terdapat dalam buku Mukawwanat dari ayahmu itu. Kita harus cepat menemukan apa yang mungkin tersimpan disitu." "Oh, kau benar. Maaf aku ngelantur, berasa sedang di kelas memberikan kuliah." Nurin mulai fokus mencari apa yang ditinggalkan oleh ayahnya. Buku Mukawwanat karangan Syeikh Muammar Alisyah yang dipegang Nurin adalah petunjuknya tapi Nurin dan Aya tidak menemukan apapun didalam bukunya. Nurin terus membuka dengan cepat dan hati-hati lembaran demi lembaran buku tersebut. Mencari sesuatu barang yang mungkin diselipkan atau ditaruh Syeikh Ali di dalam bukunya. Nurin lalu mengoncang-goncangkan buku tersebut lalu terjatuhlah sebuah kunci kecil. Sepertinya kunci sebuah loker tempat penyimpanan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD