Kilas Kuantum 19 : Adam Kadmon

2744 Words
Di suatu ruangan, Kapten Irdan berdiri tegang, jari jemari kedua tangan ia rentangkan pada sebuah meja yang panjang seraya menatap serius pada jajaran layar virtual yang menampilkan citra video dari berbagai tempat. Stasiun, terminal, mall, taman kota, gang-gang sempit, namun tidak ada satu pun yang menampilkan tanda-tanda keberadaan Nurin dan Aya. Walaupun sudah terhubung dengan akses segalanya yang disebut teknologi Celestial Eye, Kapten Irdan dan timnya masih kesulitan melacak keberadaan Nurin dan Aya. Hal ini membuat Kapten Irdan nampak begitu kesal. "Kenapa kita masih belum menemukan apapun? Kita telah terhubung dan terintegrasi penuh dengan Celestial Eye. Biasanya hanya memerlukan waktu 2 menit untuk melacak teroris level nasional dan 5 menit untuk level internasional. Teknologi itu telah memberangus persembunyian banyak komplotan terorisme skala dunia, tetapi kenapa tidak bisa menemukan dua orang yang bahkan masih berada di dalam kawasan pulau New Malaka!" "Ada dua faktor Kapten. Pertama, Celestial Eye seperti semua teknologi lainnya, juga terintegrasi dengan JST. Kedua, bahwa Sersan Aya telah melakukan berbagai usaha preventif untuk mengcover aksinya." Sahut salah seorang programmer A.B.B.Y.S. "Kami ingin memberitahukan bahwa dikarenakan peretasan Omega ini, juga berdampak pada teknologi lain salah satunya teknologi Celestial Eye yang ikut terganggu sejak satu jam yang lalu. Kinerjanya tidak lagi maksimal, saat ini kita hanya memanfaatkan 13% saja dari kemampuannya Kapten, itu pun sudah dilumpuhkan oleh Sersan Aya dengan menghapus jejak digital kemana pun dia pergi. Kita berhadapan dengan peretas nomor wahid di negeri ini Kapten, jangan lupakan itu. Sersan Aya tidak mungkin begitu ceroboh dengan meninggalkan remah-remah roti di setiap tiap jalan yang ia dan Profesor itu lalui. Hanya tinggal menunggu waktu sampai semua teknologi di dunia ini akan lumpuh total termasuk Celestial Eye!" Seorang petugas tiba-tiba memasuki ruangan dengan tergesa-gesa. Seraya tersengal-sengal petugas itu memberitahukan kepada Kapten Irdan bahwa lokasi Nurin dan Aya telah mereka temukan. "Tadi kami menerima laporan dari seorang pustakawan di perpustakaan negara Kapten, dia mengetahui dari informasi terbaru yang kita sebar dan mengenali mereka berdua sebagai buronan lalu menghubungi kita dan melaporkan bahwa Nurin dan Aya sedang berada di perpustakaan negara." "Perpustakaan negara? Itu tidak jauh dari sini." Ucap Kapten Irdan. "Baiklah siagakan beberapa personil untuk ikut denganku kesana, segera...!" perintah Kapten Irdan langsung bergegas setelah mendapat kabar terkait lokasi dimana Nurin dan Aya saat ini berada. Kapten Irdan menatap ke luar dari jendela kaca. Diantara gedung-gedung tinggi pencakar langit New Malaka, agak samar dari kejauhan terpampang kubah putih kebiru-biruan yang merupakan kubah dari perpustakaan negara. Tidak jauh dari tempat dia saat ini berdiri. "Perpustakaan negara ... kenapa mereka berada disana...? Sebenarnya apa yang sedang mereka cari dan rencanakan disana?" gumam Kapten Irdan. "Apa mereka sedang merencanakan sesuatu," *** Di perpustakaan negara Nurin dan Aya telah menemukan petunjuk lain. Sebuah kunci yang jatuh dari buku Mukawwanat karangan Syeikh Muammar Alisyah. Kunci yang diselipkan Syeikh Ali disalah satu lembaran bukunya terjatuh. Nurin menunduk dan berjongkok seraya mengambil dengan perlahan kunci berwarna putih perak yang terjatuh di lantai tersebut. "Sebuah kunci?" ucap Aya. "Ya, sebuah kunci klasik yang sering dipakai puluhan tahun lalu," "Tapi kunci untuk apa itu Nurin? Ayahmu menyelipkannya di buku itu. Itu pasti berhubungan dengan petunjuk kita berikutnya!" "Aku juga tidak tahu Aya, kunci untuk apa ini sebenarnya," Nurin melihat-lihat bentuk dari kunci perak tersebut. "Adam Kadmon," gumamnya. Nurin menemukan sebuah tulisan atau sebuah nama lebih tepatnya, terukir di salah satu sisi dari kunci tersebut. "Adam Kadmon? Nama seseorang yang ayahmu kenal?" "Bukan Aya," jawab Nurin. "Ini bukan sebuah nama. Tapi merupakan satu istilah dalam suatu khazanah." "Khazanah, khazanah apa?" "Kabbalah." Jawab Nurin berbalik menatap Aya dengan posisi masih berjongkok seraya memegang kunci di tangannya. Nurin lalu berdiri sambil menatap kunci yang ia pegang. "Seperti yang kau tahu Aya, bahwa ayahku mendalami Tasawuf, beliau menulis banyak buku tentang itu salah satunya Mukawwanat ini. Tapi ayahku juga merambah banyak disiplin ilmu dan studi perbandingan agama salah satu yang beliau kaji adalah kabbalistik yahudi. Adam Kadmon merupakan terma yang dikenal dalam kajian kabbalah, ajaran kebatinan orang yahudi sebagaimana tasawuf atau sufisme dalam Islam." "Baiklah ... lantas apa artinya Adam Kadmon yang terukir di kunci itu?" "Aku juga belum tahu," Nurin tidak memiliki clue atau petunjuk apapun tentang ukiran di kunci tersebut. "Pastinya ini adalah petunjuk kita berikutnya," "Buka halaman berikutnya!" pinta Aya. "Halaman di buku digital ayahku? Kau benar! Petunjuk yang terkait dengan kunci ini pasti ada disana." Nurin kembali menyalakan buku digital tersebut dan membaca halaman berikutnya. "Apa yang tertulis disana...?" tanya Aya. KEPALA MERUPAKAN JENDELA JIWA. SINGGASANA PENYIMPAN NYAWA DAN RASA. TEMPAT KEHIDUPAN DAN PENGETAHUAN. MAHKOTA MANUSIA YANG UTAMA. DI SANALAH AKAN KAU TEMUKAN KEBIJAKSANAAN AKAN SEGALA RAHASIA. "Apa artinya?" gumam Aya. "Kau memahaminya...?" Nurin menggeleng. "Kepala merupakan jendela jiwa ... astaga, aku benar-benar tidak memahami apa yang ayah tulis ini." "Tunggu dulu," celetuk Aya menyentuh pundak Nurin. "Lihat! Coba lihat itu," "Apa...?" "Lihat disisi lain kuncinya, ada tulisan lain lagi yang terukir disana." Nurin kemudian melihat sisi lain dari kuncinya dan menemukan disana terukir lagi sepatah kata. Lihatlah ke bawah, di lantainya. "Lihat ke bawah?" Seketika Nurin menunduk ke bawah menatap lantai dari ruangan tersebut. Alangkah terkejutnya ia melihat ukiran halus berbentuk anatomi utuh dari tubuh manusia terukir di atas lantai yang sedari tadi mereka pijak. "Astaga kenapa sedari tadi aku tidak menyadari ada ukiran gambar sebesar ini disini," Sersan Aya juga melihat ke arah lantai dan menemukan gambar berbentuk tubuh manusia itu terukir di lantainya. "Bukan hanya kau, aku pun tidak menyadari ada ukiran gambar ini di lantainya. Sejak tadi kita berdiri di ruangan ini namun tidak memperhatikannya." "Kita terlalu asyik dan fokus pada buku-buku diatasnya," sahut Nurin. "Apa gambar di lantai ini petunjuk kita?" tanya Aya. "Apa ini manusia vitruvian karya Leonardo Davinci...?" "Bukan, ini bukan Vitruvian Man atau L'Uomo Vitruviano karya Davinci. Ini adalah lukisan akan manusia tertinggi dalam peta metaforis terkait sephiroth dalam ajaran kabbalah. Biasa disebut Adam Elyon, Adam Ila'ah atau Adam Kadmon." "Adam Kadmon...?" gumam Aya. "Itu bukannya kata yang tertulis di sisi kunci tadi kan? Apa artinya Adam Kadmon...? Aku belum pernah mendengarnya." "Adam Kadmon merupakan sebutan bagi dunia spiritual pertama yang terbentuk atau tercipta setelah adanya kontraksi dari cahaya Allah yang tak terbatas. Ini masih terkait dengan riwayat atau mitologi penciptaan Aya. Jika tadi kita membahas Nur Muhammad dan riwayat penciptaan dari perspektif Tasawuf, yang satu ini datang dari perspektif Kabbalah. Adam Kadmon adalah cahaya ilahi tanpa wadah, diluar media, yaitu potensi murni. Dalam jiwa manusia, Adam Kadmon termasuk ke dalam unsur tak terpisahkan dari penciptaannya. Hakikat dari kolektif jiwa manusia menurut Kabbalah. Adam Kadmon sering disebut Adam hakiki, Adam purba atau Adam surgawi. Berbeda dengan Adam Ha-Rishon yakni Adam si manusia pertama atau Adam duniawi—yang diciptakan dari tanah liat sebagaimana dikisahkan dalam kitab kejadian pasal 2 ayat 7 atau pada Qur'an surah Al Hijr ayat 26. Tapi pada hakikatnya Adam Kadmon adalah pengisi esensi dari Adam Ha-Rishon. Keduanya disebut sama tapi tidak serupa. Adam Kadmon atau Adam surgawi seringnya dianggap bukanlah sebuah pribadi melainkan kecerdasan inkorporeal yang murni sebagai gagasan sementara Adam duniawi—yang kemudian diciptakan oleh Tuhan, dapat dilihat oleh indera dan mengambil bagian dari kualitas duniawi yang serba materi. Tetapi keduanya satu sama lain dianggap padu. Jika dalam kejadian pasal 1 ayat 27 manusia atau Adam dikatakan dicipta menurut gambar dan rupa-Nya, maka dalam surah Shad ayat 72 penjelasanya lebih esensial, yakni dikatakan Adam telah ditiupkan langsung dengan Ruh milik-Nya. Miruuhi ... Ruh-Ku! Seperti juga tertulis dalam Yesaya pasal 11 ayat 2, 'Dan Roh Tuhan akan bertumpu padanya." "Jadi ini masih berkaitan erat dengan Nur, Cahaya atau ciptaan pertama yang tadi kita bahas ya," "Ya, Kabbalah juga menuturkan bahwa sebelum segala sesuatu diciptakan, yang ada hanyalah Cahaya Tuhan Yang Terbatas—atau Ein Sof. Tahap pertama dimulai ketika Tuhan mengontrak Cahaya Tak Terbatas-Nya demi memprakarsai dan menciptakan sebuah ruang hampa. Berkesinambungan dengan riwayat Nur Muhammad sebagai sumber terawal penciptaan termasuk pada kehadiran ruang hampa yang mengisi relung-relung semesta. Kemudian seberkas cahaya ilahi menembus ruang kosmis dan persona Adam Kadmon—atau cahaya purba itu diproyeksikan ke dalam pendaran ruang hampa yang ada. Tahap pertama Adam Kadmon berupa sepuluh lingkaran konsentris—yang dikenal sebagai igulim—yang terpancar dari ekstraksi cahaya tanpa batas tersebut. Pancaran cahaya itu kemudian diselimuti oleh wujud antropomorfik Adam Kadmon—atau yosher, yaitu alam cahaya ilahi yang tak terbatas tanpa wadah, terkekang oleh potensinya untuk menciptakan eksistensi masa depan. Konsep ini dikenal dalam khazanah Kabbalah sebagai 'Tsimtsum' yang menjadi gagasan utama aliran Kabbalah Lurianic—yang mengikuti tafsir Rav Isaac Luria." Papar Nurin. Nurin melihat ke arah sekitar, matanya mengarah untuk mencari seksi buku-buku khusus bertemakan Kabbalah milik sang ayah, dan Nurin menemukannya. Dia menemukan satu buku yang disimpan oleh ayahnya pada rak seksi Kabbalah dan kemudian ia mengambilnya. "Buku ini ditulis oleh Rabbi Raphael, ini adalah salah satu buku yang secara khusus membicarakan konsep Tsimtsum dan Adam Kadmon," Nurin membuka dengan antusias lembaran demi lembaran buku di tangannya, coba menemukan referensi yang tepat untuk dijelaskan kembali kepada Sersan Aya. "Aku akan baca narasi pembukanya." Ucap Nurin. "Pada mulanya tidak ada keberadaan kecuali kehadiran-Nya. Cahaya atau energinya bagaikan intensitas, tidak ada keberadaan di dekat-Nya sama sekali. Tindakan pertamanya dalam ciptaan ini adalah membuat kontrak Cahaya-Nya dari ruang tertentu, untuk mengurangi atau menurunkan intensitas diri-Nya, dan memungkinkan makhluk ciptaan untuk ada. Setelah kontraksi ini, seberkas cahaya-Nya memasuki ruang kosong itu dan membentuk Sephirot—yakni atribut pertama. Dunia atau alam yang pertama atau Adam Kadmon diciptakan, dari situ tercipta pancaran lain sephirot. Sephirot ini—yang tidak memiliki wadah individu, kembali ke sumbernya, dan keluar secara berbeda. Ini disebut 'Olam Ha'Akudim ... yaitu dunia yang melekat." "Sekilas sangat mirip dengan riwayat penciptaan yang melibatkan Nur Muhammad dalam khazanah Sufisme Islam tadi ya. Ada beberapa unsur yang bisa dirujuk dari kedua versi." Sela Aya. "Di paragraf berikutnya disini malah terlihat sekali ada benang merah dan suatu relasi dari keduanya itu Aya, walau tidak ada bukti konkrit sama sekali akan tuduhan bahwa Sufisme telah terpengaruh oleh Kabbalah. Ini malahan akan menguatkan klaim sufi sebagai ajaran tertua, sebagai filsafat esoteris yang sejak dahulu sudah ada, hanya berbeda nama." Sahut Nurin kembali hendak membacakan beberapa kutipan lagi tentang konsep Tsimtsum. "Pada awalnya, Sang Pencipta sendirian, menempati semua ruang dengan cahaya-Nya. Cahaya-Nya tanpa akhir, batas atau membatasi, mengisi semuanya. Dia tidak memberikan pengaruhnya, karena tidak ada yang menerima ketika Dia berkehendak untuk menciptakan. Dia mulai mempengaruhi. Cahaya-Nya dengan kesucian dan intensitas seperti itu tidak mungkin ada makhluk apa pun yang mampu berada di dekat-Nya. Tindakan pertamanya dalam ciptaan ini, kemudian ditetapkan membatasi cahaya-Nya sehingga tidak akan memancar dengan kekuatan penuhnya. Dari Ein Sof yaitu pencabutan cahaya-Nya dari ruang tertentu yang eksklusif kemudian mengelilinginya. Ruang bundar ini disebut 'Hallal' dan berisi semua kemungkinan keberadaan untuk entitas yang terpisah, mengingat bahwa mereka jauh dari intensitas cahaya-Nya yang murni dan kuat. Dengan batasan ini, Dia mengungkapkan konsep ketelitian dan batasan yang dibutuhkan oleh makhluk ciptaan serta memberi ruang bagi semua yang diciptakan untuk hadir dan berada. Inilah yang disebut sebagai Tsimtsum!" "Ruang dimensi spiritual tingkat pertama—Adam Kadmon, dalam wujud Antropomorfis tubuh manusia. Seperti yang tergambar di lantai ini...?" gumam Aya. "Oke, sekarang apa yang harus kita lakukan dengan kuncinya...? Di sisi lain kunci itu bertuliskan Adam Kadmon dan di sisi satunya tertulis instruksi untuk melihat lukisan anatomi tubuh manusia yang terukir di lantai ruangan ini." Nurin kembali menatap dengan seksama lukisan berbentuk manusia di lantai tersebut. Dia menemukan sesuatu! "Aku sudah tahu kunci ini untuk apa," gumamnya telah menyadarinya. "Kunci untuk apa?" tanya Aya. "Apa kau bisa lihat? Di semua bagian tubuh dari lukisan di lantai ini memiliki sembilan slot kunci di beberapa bagiannya. Kita hanya harus menemukan slot yang tepat untuk kunci ini." "Kau benar Nurin, jika diperhatikan ada sembilan slot kunci disini. Di bawah kaki, di kedua lututnya, di kedua sikunya, di d**a dan bahu serta di kepala. Di bawah lukisan ini dan di lantai ini ternyata terdapat sebuah ruangan mekanis dengan sistem kinetik gear. Ayahmu pasti menyimpan sesuatu di dalam sini. Tapi ... apa kau tahu mana slot yang benar untuk kunci tersebut? Karena ini sistem penguncian kinetik gear yang memiliki pengamanan khusus. Memasukan kunci di slot yang salah akan mengakibatkan slot yang lain akan tertutup selamanya dan tidak bisa lagi dibuka. Kau hanya punya satu kali kesempatan untuk memasukan kunci tersebut di slot yang benar." "Tenang saja, aku sudah tahu mana slot benar." Ucap Nurin begitu yakin. "Benarkah? Dimana?" "Di bagian kepalanya, Aya!" "Kenapa kau begitu yakin itu berada di kepala?" tanya Aya. "Kau harus hati-hati dalam memilih Nurin, tidak ada lagi kesempatan berikutnya. Ini jalan satu-satunya kita menemukan rahasia yang disimpan oleh Ayahmu. Sesuatu yang mungkin akan menjadi solusi bagi semua masalah yang terjadi saat ini. Menghentikan Busur Tiga dan Omega!" Tanpa pikir panjang, Nurin berjongkok dan memasukan kunci tersebut pada slot kecil yang berada di bagian kepala dari lukisan tubuh Adam Kadmon. Terdengar bunyi gesekan rantai gear kinetik yang saling memutar di bawah lantai dimana mereka berdua sedang berdiri. "Apakah berhasil? Atau semuanya malah jadi terkunci? Kau memasukan slot yang salah?" tanya Aya tampak resah. Nurin menggeleng agak samar. Tanpa diduga, tiba-tiba dari bagian kepala lukisan itu terbuka sebuah ruangan kecil. Nurin ternyata memasukan kuncinya pada slot yang benar, menyebabkan suatu ruang penyimpanan disana akhirnya terbuka. Nurin seketika memasukan tangannya untuk memastikan penyimpanan itu tidak kosong, bahwa yang terbuka itu adalah penyimpanan yang benar. "Aku sesuatu yang disimpan disini," ucap Nurin seraya tangan kanannya merogoh ruangan kecil yang terbuka di lantai tersebut. "Ini benar adalah tempat penyimpanannya." Tandas Nurin, menoleh kepada Aya dengan senyum manisnya. "Cepat ambil, apa yang ayahmu simpan di dalam sana." Nurin lalu mengambil sesuatu yang tersimpan disana. Itu adalah sebuah buku warna coklat muda pudar berukuran sedang dan agak tebal dengan ketebalan 2 cm. "Buku lagi...?" gumam Nurin. "Lebih mirip sebuah dokumen kecil bagiku daripada buku," sahut Aya. "Ya, ini lebih mirip kumpulan dokumentasi, arsip dan catatan daripada sebuah buku." "Bagaimana kau tahu bahwa slot yang benar adalah di bagian kepalanya?" tanya Aya. Mempertanyakan keyakinan kuat Nurin yang seketika langsung tahu dimana letak slot yang benar. "Tentu saja tahu Aya, apa kau lupa petunjuk dari kata-kata ayahku yang tertulis di halaman kedua dari buku digitalnya? Kepala merupakan jendela jiwa. Tempat dari kehidupan dan pengetahuan. Mahkota manusia yang utama. Di sanalah kau dapat temukan kebijaksanaan akan segala rahasia." "Begitu rupanya ... jadi maksudnya adalah bahwa kunci tersebut untuk slot di bagian kepalanya." "Benar. Maksud dari kata-kata tersebut adalah bahwa kepala, merupakan wadah dari otak, sumber akal manusia. Bagian paling vital dan terpenting kita adalah kepala. Tempat dari kehidupan karena di sanalah identitas jiwa manusia berada, juga asal dari penyimpanan pengetahuan yang diperoleh dan dimiliki oleh setipa manusia. Tempat pengolahan informasi dan akal budi. Itu kenapa ayah menulis di dalamnya akan dapat ditemukan kebijaksanaan dari segala rahasia. Jadi mudah saja, kupikir itu ada di bagian kepalanya." "Sekarang kita telah mendapatkan apa yang ayahmu ingin kau temukan disini, tapi buku apa itu Nurin? Bukalah, dan kita akan segera mengetahui apa isinya dan apa yang tertulis disana." Nurin kemudian membuka buku kecil tersebut. Aya benar, itu lebih mirip kumpulan dokumen daripada sebuah buku. Di dalamnya banyak terdapat berkas catatan dan arsip-arsip dokumentasi. "Aya, ini memang sebuah dokumen. Buku ini menyimpan banyak sekali arsip." "Kau benar, semua arsip disini adalah kumpulan rahasia penting milik negara. Lihat saja stempel pada kertasnya, distempel dengan stempel top secret negara berwarna hijau. Kau tahu apa artinya? Ini merupakan arsip milik negara yang teramat sangat rahasia Nurin. Berbeda dengan stempel top secret berwarna merah yang biasanya masih boleh diakses oleh petugas yang berwenang, pejabat negara, jaksa atau investigator. Jika stempelnya berwarna hijau ... konon arsip tersebut tidak boleh diakses oleh siapapun kecuali pejabat tertingginya—dalam hal ini adalah presiden negara." "Jadi, maksudmu ini merupakan arsip yang begitu rahasia?" "Ya, mungkin milik Presiden Nurun Maulidan dan entah kenapa ayahmu bisa mengakses dan memilikinya. Presiden Nurun pasti meminta ayahmu untuk menyimpan semua arsip ini. Kemudian ayahmu memintamu untuk menemukan buku arsip ini. Kertasnya juga menggunakan kertas Kalkir aflon yang sering dipakai untuk dokumentasi rahasia. Itu kertas khusus yang tidak tahan dengan air. Sedikit saja kertas itu basah, maka semua isi di dalamnya akan ikut terhapus, jadi berhati-hatilah." Nurin menatap serius buku arsip tersebut seraya melihat-lihat beberapa lembar isinya. "Apa ini...?" gumam Nurin memperhatikan. "Project 70 ... Eksperimen BRAINIACS...? Sang Alpha dan kemudian ... pembentukan Omega?" Nurin bergumam menyerap berbagai informasi yang sekarang sedang ia baca dalam dokumen tersebut. Tak ada satupun yang Nurin pahami dari isinya atau pernah mendengarnya. Tentang apa semua arsip ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD