Bagian 11 - Peringatan

1481 Words
Ketukan sepatu yang menggema di kamar Airyn, membuat Airyn semakin meringkukkan tubuhnya yang rapuh. Beberapa inci kulitnya terasa perih dan nyeri. Akibat dari cakaran kuku tajamnya di saat dia mandi. Berharap, bekas sentuhan pria itu menghilang seiring derasnya air yang mengalir membasahi tubuhnya yang hina. Tapi, apa? Semuanya sia-sia. Sedikit pun dia tak merasa rasa kotornya berkurang walau sedikit saja. Karena bayangan itu, selalu menghantuinya setiap saat. Setiap waktu kala dia membuka mata. “Airyn?” Della? Dia tau suara itu adalah suara milik Della. Sahabat Arvyn yang cantik dan berprofesi sebagai seorang dokter. Dia pun ingat, berkat suntikan yang Della berikan kemarin, dia bisa tidur dengan nyenyak walaupun mendapat banyak mimpi buruk di dalamnya seperti berhalusinasi. Della mendekat. Dia duduk di samping ranjang Airyn yang tersisa. Menatap tubuh Airyn yang meringkuk lemah sambil menutupi wajahnya dengan rambut yang kusut tak terurus. Kulit lengan Airyn yang banyak terdapat luka-luka, membuat Della menatapnya miris. Airyn pasti sangat membenci dirinya sendiri sehingga menyakiti tubuhnya yang dia benci. “Airyn, ini aku Della. Bagaimana kondisimu sekarang? Apa kamu merasa nyaman?” Della membuka suara. Menyapa Airyn yang sudah pasti masih waras dan mendengarnya. Dia tau, Airyn tidak selemah itu sehingga akan menjadi wanita gila dalam sehari saja. Airyn tak menjawab. Della datang ke sana, pasti atas dasar perintah Arvyn untuk memeriksa kondisinya. Arvyn tak akan percaya dengan mudah jika dirinya gila. “Mau dengar sebuah cerita? Kebetulan, dari pasienku yang memiliki kisah kelam sepertimu,” ucap Della walaupun Airyn tak akan meresponsnya. Della tau, Ada sesuatu yang sangat ingin Airyn buktikan agar bisa melepaskan diri dari Arvyn nya. Arvyn nya? Kesayangannya? Apa aku masih bisa? Della sepertinya kau yang gila. Batin Della dengan senyuman tipisnya. “Namanya Putri. Umurnya baru menginjak 23 tahun. Dia menikah dengan seorang dokter, dan kebetulan dokter itu adalah teman lamaku di universitas. Di malam pernikahan mereka, Edy mendapat panggilan dari rumah sakit. Tentu kau tau, seorang dokter akan meninggalkan apa pun jika tugas kemanusiaan sudah menanti.” Della menjeda ucapannya. Melihat Airyn yang tak berniat pergi dari tempatnya membuatnya tau, jika Airyn tertarik untuk mendengar kelanjutan kisah yang dia buat. “Edy pergi ke rumah sakit dan meninggalkan istrinya sendirian di rumah. Menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter dan meninggalkan kewajibannya sebagai seorang suami untuk sesaat. Keesokan harinya, Edy tak pernah menyangka. Jika kepulangannya ke rumah Putri sambut dengan nyawa Putri yang sudah tiada. “Putri bunuh diri. Dia menyayat pergelangan tangannya persis seperti yang kamu lakukan. Kematian Putri yang tak wajar, membuat Edy melakukan autopsi. Dan dari hasil pemeriksaan, rupanya Putri mengalami malam kelam, dengan diperkosa oleh orang yang sama sekali tak dikenal.” Airyn ketakutan. Jadi, apa yang menimpanya, tak hanya dirinya yang menjadi wanita satu-satunya yang mengalaminya di dunia. Rupanya, ada beberapa wanita di luaran sana yang memiliki masa lalu kelam, dan berakhir menghabisi nyawanya sendiri karena merasa putus asa. “Aku mengerti perasaanmu dan Putri. Kalian merasa kotor dan hina. Kalian putus asa, dan merasa tak pantas lagi untuk hidup. Jangankan kalian, aku pun jika berada di posisi mu saat ini, akan merasa tak pantas untuk terus berada di samping Arvyn. Arvyn pria yang sukses dan mapan. Arvyn berhak bahagia. Siapa pun dengan senang hati akan menerima status Arvyn yang sama sekali tak masalah. Membebani Arvyn dengan status pernikahannya yang tak bahagia adalah perbuatan jahat.” Arvyn terisak. Perkataan Della benar. Dirinya sangat jahat, jika terus menerus membebani Arvyn dengan status resmi suami istri mereka. Seharusnya, Arvyn bahagia. Arvyn pria yang sempurna. Untuk mendapatkan wanita baru yang menggantikan posisinya, pastilah sangat mudah Arvyn dapat. “Aku dan Arvyn adalah sahabat sejak kami kecil. Tapi, kami terpisah karena keluargaku harus pindah ke luar negeri. Beberapa tahun kemudian, aku bertemu dengan Arvyn lagi. Arvyn kesayanganku, berubah menjadi pria paling sempurna yang pernah aku lihat. Aku kira, dia masih Arvyn ku yang dulu. Tapi, belasan tahun perpisahan kami membuatku tau. Jika Arvyn bukan milikku lagi. Tapi, milikmu. Kamu berhasil merebutnya dariku.” Airyn terenyak. Tubuhnya menegang. Mungkinkah, Della mencintai suaminya? “Hahaha ...” Della tertawa pelan. Entah apa maksudnya, Airyn juga tidak tau. “Kamu tidak gila, Airyn. Respon tubuhmu tidak akan menegang seperti ini, jika kamu sudah meninggalkan kewarasanmu.” Airyn bangkit dari tidurnya. Dia mengusap wajahnya dengan kasar dan memandangi Della dengan mata berlinang air mata. “Kamu hanya mengujiku, Della?” lirih Airyn dengan pandangan yang menyorot penuh pada manik mata hitam milik Della. Della tertawa tipis. Wajah cantiknya menjadi semakin cantik. “Apa yang sebenarnya kamu mau?” tanya Della. Sebagai seorang dokter, dia akan mendengarkan semua keluhan Airyn sebagai pasiennya. “Aku ingin pergi dari sini.” “Apa Arvyn akan mengizinkanmu?” Airyn terdiam. Sepertinya, sekeras apa pun dia berusaha, Arvyn akan tetap mempertahankannya di rumah ini. “Aku tau bagaimana sifat Arvyn, Airyn. Arvyn itu keras kepala. Dia akan mempertahankan apa pun dan siapa pun yang berharga untuknya untuk tetap di sisinya apa pun yang terjadi.” Della bersuara lagi. Benar. Dia tau semuanya tentang Arvyn. Arvyn sangat mudah untuk dia tebak dan dia kenali. Airyn meremas tangannya dengan kuat. Della jauh lebih tau tentang Arvyn dari pada dirinya sendiri. Memang Arvyn adalah masa lalu yang sangat dekat dengannya tetapi, di masa ini, Arvyn tetaplah orang baru yang datang begitu saja dan menjadikannya sebagai seorang istri sah. “Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk bisa lepas?” tanyanya dengan yakin. Della memegang tangan Airyn. “Apa kamu yakin ingin melepaskan Arvyn?” Airyn mengangguk. Melepaskan Arvyn lebih baik dari pada menyiksa Arvyn dengan menampung sampah sepertinya. Dari cerita Della tadi. Dia menyadari batasan tak tau diri yang sekarang dia jalani. “Aku tidak tau caranya, Airyn. Tapi lelahnya seseorang untuk berjuang, pasti akan membuat pertahanannya melemah dan akhirnya menyerah kalah.” Tok! Tok! Della melihat ke asal suara ketukan pintu, sedangkan Airyn memilih menunduk sambil menyembunyikan tangannya yang bertautan di dalam rambutnya yang terurai dan menjuntai. “Pesawatmu sudah menunggu, Della.” Perkataan Arvyn membuat Airyn menelan salivanya dengan kuat. Kelembutan Arvyn tak hanya menjadi miliknya. Tapi, menjadi milik Della juga. Rupanya, kekosongan yang Arvyn dapatkan dalam 2 hari tanpa dirinya, sudah berhasil Della tempati dengan mudah. “Airyn, aku akan keluar kota selama beberapa hari dan entah kapan aku akan kembali. Dengarkan kata-kataku tadi. Kau harus melawan ketakutanmu sendiri. Setelah aku kembali nanti, aku ingin melihat Airyn yang lebih baik dari Airyn yang aku lihat saat ini.” Setelah mengatakan hal yang sama sekali bukan percakapan mereka sejak tadi, Della beranjak dan pergi dari kamar Airyn. Meninggalkan Arvyn yang sekilas melihat Airyn, kemudian pergi tanpa berkata-kata lagi. Dan Airyn menyadari sesuatu atas perkataan terakhir Della dan sikap lembut Arvyn terhadap wanita itu. “Mereka saling mencintai, dan aku menjadi perusak hubungan mereka. Della wanita yang baik. Dia sangat pantas untuk menjadi pendamping Arvyn. Terima kasih, Della. Kau membuatku menyadari, jika aku sedang menempati posisi sebagai seorang istri yang harusnya tau diri.” *** Airyn mengusap wajahnya di bawah derasnya air yang membasahi tubuhnya. Perkataan Della beberapa hari yang lalu, berhasil membuatnya memperlakukan Arvyn dengan jahat. Dia berpura-pura gila demi membuat Arvyn membencinya dan berakhir melepaskan dirinya dari rumah ini juga hidup pria itu. Namun, apa yang dia dapat? Tidak ada. Arvyn tetap bersikap seperti biasa. Bertanggung jawab sebagai seorang suami yang memberinya makan siang dan malam. Melihatnya sebelum pergi dan melihatnya lagi setelah melakukan aktivitas seharian di kala malam hari. Hanya saja, jarak yang dia buat, berhasil membuat hubungannya dan Arvyn tak ubahnya seperti tuan dan binatang peliharaannya. Karena sekalipun, dirinya dan Arvyn tak pernah berhadapan atau pun berbicara satu sama lain. Tapi, kehadiran seorang wanita tua dengan kata-kata bijaknya, membuatnya sadar diri jika apa yang dilakukannya selama beberapa hari ini, sangat tidak adil untuk Arvyn. Seharusnya, dia tidak merepotkan Arvyn hanya demi membuat rencananya untuk Arvyn benci berhasil. Ada jalan lain yang mungkin bisa mereka sepakati dengan terbuka dan kepala dingin. Airyn menatapi wajahnya yang pucat lewat kaca besar yang berada di depannya. Baru kali ini, dia berani menatap wajahnya lagi setelah sekian lama. Wajah yang selama beberapa hari ini dia benci dan tak ingin dia lihat lagi. Airyn meraba wajahnya yang jauh lebih tirus dari sebelum dia datang ke rumah ini. Tekanan batin rupanya berhasil menggerogoti tubuhnya dari dalam. Bahkan kulitnya yang putih, terdapat beberapa bekas luka cakaran yang sudah mengering. Tak ada lagi, rintihan sakit dan kebencian kala dia melukai tubuhnya saat mandi. Wanita tua itu membuatnya menyadari, jika berperilaku bak orang gila, bukan malah membuat Arvyn akan melepaskannya, justru akan membuat Arvyn merasa terhina dan berakhir membuat dirinya akan selamanya Arvyn tahan karena merasa bersalah. Airyn mengambil gunting yang dia bawa tadi. Tidak. Dia tidak berniat untuk melukai atau melenyapkan dirinya dari dunia ini. Setidaknya, dengan melenyapkan sedikit kenangan yang ada pada dirinya, akan membuatnya merasa lebih baik. Sreett! Beberapa helai rambutnya berjatuhan di lantai. Mulai saat ini, dirinya akan berusaha bangkit dan menjadi wanita yang kuat. Menjadi Airyn baru yang mencoba melepaskan masa lalu dan menerima hidupnya yang baru. Tak ada lagi rasa sakit, rasa tak tau diri atau merasa bersalah pada Arvyn. Menjadi orang baru, mungkin akan membuat hubungannya dan Arvyn membaik. Arvyn, maukah kau memulai hubungan ini dari awal? *** To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD