Bagian 10 - Jarak

1165 Words
Arvyn yang baru saja merebahkan dirinya di ranjang, tersentak hebat kala mendengar suara nyaring yang berasal dari kamar Airyn. Dia lekas bangkit, kemudian dengan tergesa keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan cepat. Jika sampai terjadi sesuatu pada Airyn, maka dia akan semakin merasa bersalah pada wanita yang baru dia nikahi itu. Arvyn membuka pintu kamar Airyn dengan kuat. Matanya menatap nyalang, begitu melihat Airyn yang meringkuk di lantai sambil memeluki tubuh rapuhnya. Makanan yang dia bawa tadi, juga berserakan di lantai. Sepertinya, perkataan Della benar. Airyn sedang mengalami gangguan kejiwaan. Lantas apa yang harus dia lakukan sekarang? Arvyn melangkah mendekat. Dia bimbang sendiri harus mengambil sikap yang bagaimana. Ingin sekali dia membawa tubuh rapuh yang sedang meringkuk itu ke dalam pelukan besarnya. Tapi, Bagaimana jika Airyn kembali ketakutan saat melihatnya nanti, kemudian kembali menyakiti dirinya sendiri? Tidak. Sungguh, dia tidak mau kejadian itu terulang lagi. Airyn menggigit bibir dalamnya dengan kuat. Dia bisa merasakan kehadiran Arvyn yang berada di belakangnya. Arvyn yang hanya berdiri sambil menatapi punggungnya tanpa mau menyentuh atau pun sekedar memanggilnya. Tiba-tiba, dia bisa mendengar pijakan kaki Arvyn yang mendekat. Entahlah. Dia juga tidak tau Arvyn akan melakukan apa. Tapi, begitu tubuhnya melayang di udara dengan degupan jantung seseorang yang menjadi alasan jantungnya berdetak dengan cepat, Airyn menyadari. Jika dirinya tak sepenuhnya menjijikkan di mata Arvyn. Buktinya, Arvyn masih mau bersentuhan dengannya. Dengan tubuhnya yang kotor dan hina. Maafkan aku, Airyn. Aku bingung dengan semua ini. Batin Arvyn tanpa bisa dia katakan. Menyesal karena dirinya sebagai pria hanya bisa diam tanpa bisa melakukan apa-apa. Arvyn menatap sejenak wajah sembab penuh derita itu, hingga rasa tak teganya membuat dia memilih keluar dari kamar itu dengan segera. Penderitaan Airyn, adalah kebodohan terbesar yang sudah dia lakukan. Airyn mengusap air matanya yang kembali berderai. Dia tidak bisa terus menerus seperti ini. Dia harus bisa melepaskan diri dari Arvyn. Arvyn pantas bahagia, dan mencari pendamping lain. Seorang istri yang bisa membuat Arvyn merasa lengkap menjadi seorang pria yang menyandang status sebagai suami. Dan dia sudah tau cara apa yang akan dia lakukan untuk niatnya itu. Membuat dirinya tersingkir mungkin cara terbaik. *** Airyn mengusap wajahnya yang sembab oleh air mata. Semalaman penuh, dia tidak bisa terlelap walau hanya sekejap. Bayangan kelam yang menimpanya malam itu, selalu menghantuinya dan membuatnya merasa jika dirinya adalah perempuan paling tak berguna yang pernah ada. Ingin dia meng akhiri hidupnya sampai di sini saja. Tapi, bagaimana dengan duka Arvyn dan ke dua orang tuanya jika dia meninggal? Ceklek! Pintu kamarnya kembali dibuka. Siapa lagi pelakunya jika bukan Arvyn yang sedang meletakkan sarapan untuknya di atas meja. Setelahnya, suaminya itu akan pergi tanpa sepatah kata. Tak menemuinya selama seharian, kemudian kembali memasuki kamarnya saat malam untuk memberikannya makanan baru dan mengambil perabotan yang dia gunakan saat sarapan paginya. Beginilah Airyn menjalani hari-harinya. Entah sudah berapa hari, dia terpuruk dalam kegelapan yang selalu membuatnya takut untuk bangkit. Detik demi detik berganti. Tapi dukanya tidak sedikit pun pernah pergi. Justru rasa sakit itu semakin membuat goresan yang membuat hatinya semakin perih dan teriris, dan membuat pertahanannya selalu goyah kala dia mencoba untuk bangkit. Tapi, ada yang aneh hari ini. Di dalam kegelapan kamarnya, dia bisa merasakan jika seseorang yang baru memasuki kamarnya masih tetap berada di sana. Orang itu belum pergi dan sepertinya dia bukan Arvyn. “Kenapa Nona sangat senang berada di dalam kegelapan? Cahaya itu indah. Tuhan menciptakannya untuk membuat manusia bahagia. Tapi, Nona? Nona malah menolaknya dan memilih gelap.” Airyn terenyak. Tubuhnya yang biasa membelakangi pintu, berani berbalik arah demi melihat siapakah gerangan wanita yang sedang berbicara dengannya. Beberapa hari lamanya, dia bahkan merasa mati karena tidak ada yang mau menemaninya selain kegelapan ini. Gorden kamarnya yang biasa tertutup rapat, wanita itu buka dengan lebar sehingga sinar matahari yang biasa terhalangi sampai batas jendela yang tertutup, kini bisa masuk dan membuat kamar yang dari dulu di kuasai oleh gelap itu, kini menampakkan kehidupan di dalamnya lewat terang yang menyinari. Airyn beringsut dan bersandar di kepala ranjang sambil menelungkupkan kepalanya di antara lekukan lutut dan lengannya. Wanita itu, pasti Arvyn tugaskan untuk memeriksa kejiwaannya seperti sebelum-sebelumnya, karena teman Arvyn yang bernama Della sedang keluar kota. Dan seperti biasa, dia akan berpura-pura gila demi meyakinkan Arvyn untuk memasukkannya ke rumah sakit jiwa lewat beberapa orang yang memang ditugaskan untuk memeriksanya. “Periksa kondisinya, sekarang.” Suara Arvyn yang dingin, membuat Airyn memasang sikap waspada. Ini adalah hari ke tujuh, dan wajah dokter itu adalah wajah ke tujuh selain Della yang Arvyn bayar untuk memeriksa kondisi mentalnya. Arvyn tiada bosan dan tak juga menyerah untuk memeriksa kondisi mentalnya yang Della katakan gila. Dia sampai lelah untuk berpura-pura, tapi Arvyn tak juga mau percaya jika dirinya gila. Dokter wanita itu mendekat. Wajahnya yang terlihat tak bersahabat, membuat Airyn nekat melemparkan vas bunga di dekatnya hingga mengenai tangan wanita itu. “Tuan tidak perlu membayar dokter lagi untuk memeriksa kondisi mentalnya. Tuan harus menerima, jika wanita itu benar-benar sudah gila!” Dokter itu berteriak marah, dan Airyn puas serta berterima kasih untuk kata-kata jahat yang akan membuat Arvyn menyerah. Ya, Airyn harus melakukan semua ini agar Arvyn mau melepaskannya. Arvyn berhak bahagia, dan kesialan seperti dirinya, tak seharusnya menjadi penghalang. Airyn menelungkupkan wajahnya ke atas lengannya yang bertumpu di atas lututnya. Dia akan menangis dengan kuat dengan kepala tertunduk dalam agar tak bisa melihat wajah Arvyn yang membuatnya lemah. Arvyn melangkah mendekat. Tubuhnya akhirnya terjatuh di dekat Airyn walaupun tertumpu oleh lututnya yang harus bertubrukan sedikit kuat dengan lantai. Entah cara apa lagi yang harus dia lakukan untuk membuat Airyn bangkit dari rasa traumanya. Sungguh, dia tidak mau melihat Airyn tersiksa seperti ini. Demi apa pun, dia sangat mencintai istrinya itu. “Airyn, tolong jangan seperti ini. Jangan membuatku memilih jalan lain.” Suara Arvyn yang lemah, membuat Airyn semakin mengeraskan tangisannya. Bukan sebuah kepura-puraan atau sandiwara. Airyn sedih. Dia sakit melihat Arvyn seperti ini. “Aku mencintaimu. Aku tidak mau kehilanganmu. Tolong, beri aku kesempatan untuk melihatmu sembuh.” Perkataan Arvyn selanjutnya, membuat Airyn pun berkata, “Ceraikan aku. Tinggalkan aku sendiri. Aku tidak mau menjadi istrimu lagi.” Bugh! Airyn memejamkan matanya yang penuh oleh air mata. Dia mendengar suara itu lagi. Suara saat Arvyn harus melampiaskan kemarahannya pada benda mati yang akan membuat tangan Arvyn berdarah lagi. “Semakin hari, kamu semakin membuatku muak, Airyn!” Arvyn bangkit dengan kemarahan memuncak. Dan sebelum itu, pintu kamar Airyn harus menjadi sasaran kemarahannya lagi. Sejak saat itu. Tak ada lagi dokter atau siapa pun yang Arvyn bawa untuk memeriksa kondisi mentalnya. Airyn pun sadar diri. Jika perilakunya selama ini, sudah membuat Arvyn muak, dan sebentar lagi keinginannya pasti akan terpenuhi. Arvyn akan menceraikannya, dan seperti kata Della, dia akan bebas dari rasa tak tahu dirinya. “Hiks!” Airyn memulai sandiwaranya lagi. Dia akan membuat wanita itu pergi. Jika perlu, dia akan membuat Arvyn benar-benar percaya jika dirinya gila dengan membuat wanita itu terluka—walaupun hanya sedikit. Tapi, perkataan perempuan itu selanjutnya sukses membuat tangis Airyn diam seketika. “Jangan membohongiku, Nona. Aku tau, Anda tidak gila. Karena apa? Karena orang gila tidak mungkin peduli pada sekitarnya.” **** To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD