Bagian 5 - Tolong Aku

1044 Words
Dengan matanya yang tajam bak seekor elang, pria itu mulai mendekati Airyn yang tetap waspada dengan melangkah menjauh, menghindarinya. “Arvyn! Tolong aku!” teriak Airyn. Berharap sebuah keajaiban terjadi dan Arvyn datang menyelamatkannya. “Arvyn ...!” “Jangan buang-buang tenaga. Suami brengsekmu itu, tidak akan pernah datang. Sebaiknya, kau menyerah dan biarkan aku yang akan menggantikan tugas nya sebagai suamimu, bagaimana?” ucap pria itu sambil tertawa jahat. Tawa yang ingin membuat Airyn membunuh dan membakar mayat pria b******n itu sampai menjadi abu. Airyn berlari menghampiri pintu. Tapi, pria itu sudah lebih dulu menangkapnya dan dengan kejam menghempaskan tubuh Airyn sampai kepala Airyn terantuk sudut meja dan berdarah. "Aww!" Airyn memekik sambil memegang kepalanya yang terantuk sudut meja. Darah mulai membasahi wajahnya. Luka yang dia dapatkan, pasti mengiris dalam. Kepalanya mulai terasa berputar, bahkan pandangannya sesekali mengabur. Sepertinya, kesadarannya akan segera terenggut. Tapi, ini bukanlah waktu yang tepat untuknya menyerah. Tidak. Aku tidak boleh lemah. Aku harus tetap bertahan dan melawan. Tidak akan aku biarkan pria jahat itu menang dengan mudah. Batin Airyn. Pria itu kembali mendekat, tapi sekuat tenaga Airyn bangkit kemudian mengambil barang-barang yang berada di dekatnya dan melemparkannya ke arah pria itu. Sebuah bentuk perlawanan wanita lemah yang bisa dia lakukan untuk mengalahkan pria yang menjahatinya. Semua barang-barang di sana, Airyn lemparkan ke arah penjahat itu. Tapi, tak satu pun lemparannya berhasil mengenai dan membuat pria itu mundur. Airyn nyaris menyerah, tapi sampai pada sebuah vas bunga mawar yang Airyn lemparkan dengan kuat, Dug! Prangggg! Vas bunga itu tepat sasaran. Lemparan Airyn berhasil mengenai pelipis pria itu hingga mengeluarkan darah, kemudian jatuh dan pecah berserakan di lantai. Menerima perlawanan sedemikian rupa, kilatan amarah semakin membara di mata penjahat itu. "Dasar jalang!” pria itu mengusap darah yang mengali di pelipisnya. Kemudian tanpa peduli, pria itu melangkah cepat mendekati Airyn walaupun Airyn masih melemparinya dengan barang-barang lainnya. Setelah berhasil, pria itu menarik rambut Airyn dengan kuat membuat Airyn mendongak dengan air mata yang mengalir dengan derasnya. “Kau ingin mati seperti suamimu hah?! Kurang ajar!” Plak! Pria itu menampar Airyn dengan kuat membuat sudut bibir Airyn berdarah. “Ini yang akan kamu dapatkan saat melawanku!” Plak, plak, plak! Tak hanya satu, pria itu berulang kali menampar wajah Airyn hingga lebam membiru. Airyn pasrah. Tidak ada lagi kekuatan yang dia miliki untuk melawan lagi. Dia merasa lemah. Tenaga pria itu bukan tandingannya. Pria itu menyeret Airyn dengan menjambak rambut panjang Airyn. "Argh ... sakit. Hiks, hiks. Arvyn, tolong aku!” rintih Airyn. “Menjeritlah sepuasmu, manis. Sampai suaramu itu habis. Tapi sayang sekali, tidak akan ada yang bisa menolongmu dariku. Hahaha ....” Pria itu menarik Airyn dan melemparkannya ke atas ranjang. Kemudian dengan gerakan cepat, pria itu menindih Airyn dengan kungkungan tubuhnya yang kekar. “Lepaskan aku! Menjauhlah dariku pria b******n!” Airyn memberontak sekuat tenaga. Tangannya yang di cekal oleh pria itu, berusaha dia lepaskan dengan menarik paksa tangannya. Kakinya bergerak menendang-nendang tak beraturan. Dia harus bisa lepas. Harus. “Apa yang kau dapat dari pria itu huh?!” suara berat pria itu, membuat Airyn menyipitkan matanya—kesal. Sebenarnya, apa yang pria itu mau? “Apa yang kau inginkan?” “Menghancurkan Arvyn. Dan hanya lewat dirimu, aku bisa membalaskan dendamku!” Airyn menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Setelah mengatakan sesuatu yang terdengar menakutkan, pria itu mengambil sebuah tali dan mengikat ke dua tangannya. Setelahnya, sisa ikatan tadi, pria itu lilitkan ke kepala ranjang. Sehingga perlawanan Airyn kali ini, akan sia-sia belaka. Tubuh Airyn mulai gemetaran. Ketegasannya tadi kini berubah ketakutan saat melihat pria itu mulai melepaskan pakaiannya. Sebagai wanita dewasa dia tau, rencana jahat dan kotor macam apa yang bersarang di otak pria itu. “Kasihani aku. Aku mohon ... Hiks ... hiks. Biarkan aku bahagia. Aku mohon,” pinta Airyn dengan memelas. Sungguh, saat ini. Airyn lebih baik menjatuhkan harga dirinya dari pada harga dirinya di hancurkan. Pria itu tersenyum simpul. Otot perut dan dadanya yang menonjol tanpa tertutupi oleh baju, membuat Airyn mual. Sraakkkk! Mata Airyn membulat. Pria b******n itu, dengan sengaja merobek gaun tidurnya hingga terbelah menjadi dua dan nampak lah bagian tubuhnya yang hanya tertutupi oleh kain-kain itu saja. “Jangan... Hiks, hiks. Ku mohon, jangan lakukan ini ...” rintih Airyn saat pria itu berjongkok dan menatapi tubuhnya dengan pandangan lapar. “Kau sangat cantik dan menggoda. Aku akan puas menikmati tubuh ini. Apalagi kau masih perawan,” ucap pria itu sambil menyentuh leher Airyn. Airyn memalingkan wajahnya sambil berkata ketus, “Tidak! Aku sudah tidak perawan!” sengitnya dan pria itu malah tertawa lebar. “Kau tidak bisa membohongiku. Aku tau, kau belum melakukan ritual malam pertamamu,” kata pria itu dan tangan pria itu pun bergerak turun dengan lancangnya . Menyentuh apa pun yang Airyn miliki. “b******n!” Bug! Pria itu terpental jatuh, karena terkena tendangan Airyn yang kuat. “Berhenti menyentuhku, berengsek!” teriak Airyn dengan berurai air mata. Sampai mati pun, dia tidak akan pernah rela jika sampai ada seseorang yang menyentuhnya selain Arvyn, suaminya. Pria itu bangkit dengan mata berkilat marah. Dia merasa kesal karena wanita lemah sepeti Airyn berani melawannya dan lebih mempertahankan harga dirinya demi pria berengsek seperti Arvyn. “Dasar jalang!” plak! Pipi Airyn kembali memanas, setelah satu tamparan dari tangan keras pria itu kembali mendarat di pipinya. “aku tidak akan memberimu keringanan lagi. Sekarang, terima kekejamanku!” Pria itu menarik gaun tidur robek Airyn tadi, lalu mengikatkannya ke mulut Airyn, “sekarang berteriaklah. Tidak akan ada yang mendengarmu!” lanjut pria itu penuh kemenangan. Airyn menangis dalam diam. Dia tidak berdaya lagi untuk melawan. Sebentar lagi, semuanya akan benar-benar berakhir. Pria itu menaiki tubuhnya. Mengungkungnya dengan kekuatan lengannya yang kekar sampai Airyn merasa sesak. Tanpa tau malu, pria itu mulai mengendus dan menciumi leher dan d**a Airyn dengan rakusnya. Airyn memejamkan mata sambil memalingkan muka. Dia tidak mau melihat, saat tubuhnya harus di nodai oleh pria b******n itu. “Emmmm ...!” teriakan Airyn hanya berupa gumaman saja. Hilang sudah kesadarannya. Airyn pingsan setelah rentetan penyiksaan yang di terimanya. Sementara pria itu tertawa keras penuh kepuasan. Tuhan, dosa apa yang sudah aku lakukan, sehingga aku harus menerima semua ini. Tidak pantaskah aku bahagia? Aku hanya mencintai dan ingin bahagia dalam rumah tanggaku. Tapi semuanya sudah hancur. Tidak ada lagi alasan bagiku untuk tetap hidup. Hiks, hiks. Aku kotor! Menjijikkan! Bunuh aku saja. Lebih baik aku mati dari pada harus menghadapi Arvyn dalam kondisi menjijikkan seperti ini. Arvyn, maafkan aku. Semuanya sudah berakhir. Hidupnya sudah hancur. Setelah ini, tidak ada alasan lagi untuknya bertahan hidup.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD