Bagian 2 - Datang Kembali

1768 Words
Aku berjalan mendekati Arvyn yang baru saja melangkah masuk ke dalam kamar dan menatapnya lama. Aku sama sekali tak menyangka. Pria yang sedang berdiri di depanku, sungguh sangat berbeda setelah 7 tahun lamanya. Arvyn malah tersenyum simpul di wajah datarnya, sedangkan aku, aku nyaris saja jantungan. "Es batu? Kau es batu itu?” lirihku dengan nada tak percaya. Arvyn mendekat dan membawaku dalam pelukannya, ”Ya. Kelinci kecilku.” Jawaban Arvyn yang berupa bisikan, membuatku sontak memukuli d**a Arvyn dengan tenaga Singa. “Jahat! Keterlaluan! Aku tidak akan memaafkanmu untuk ini! Aku benci padamu! Hiks ... hiks ...” Aku menangis terisak. Selama ini, aku sudah dibohongi, dan sialnya aku tidak menyadarinya. Kenyataannya jika pria yang kini menjadi suamiku, adalah pria yang sama dengan pria yang aku rindukan sejak 7 tahun silam membuat perasaanku bercampur aduk. ”Kenapa menyembunyikan semua ini dariku?” sungutku. *** Author POV Hari ini, adalah hari pertama Airyn mengikuti kegiatan MOS di sekolah barunya. Airyn mendaftar di salah satu sekolah menengah atas yang menjadi sekolah favorit di Surabaya. Entah imajinasi siapa ini? Bayangkan saja, jika untuk perlengkapan MOS yang harus dia pakai hari ini adalah seragam putih yang harus dipasang sangsi, kaos kaki berwarna putih dan hitam, sandal jepit yang harus di tukar sebelah dengan teman sebangkunya, rambut yang dikepang 2 dan di ikat dengan tali rafia berwarna kuning dan merah. Menyebalkan! Ini bukan seperti anak sekolah tapi orang gila di pasar mingguan. Tet .... Bel berbunyi, pertanda semua siswa harus masuk ke kelas masing-masing. Dan saat itu kebetulan Airyn masih berada di toilet karna harus membersihkan tangannya yang kotor sehingga dia baru masuk ke kelas setelah semua anggota OSIS sudah di dalam kelas. "Maaf kak, saya terlambat," ucap Airin. Seorang wanita dengan jaket ke anggotaan OSIS melangkah mendekatinya. "Wah ... hebat kamu. Baru hari pertama masuk, udah telat. Kamu akan di hukum atas ke tidak disiplinnya ini. Sekarang berdiri di depan kelas dengan 1 kaki di angkat dan pegang kedua telingamu!” tegasnya. Airyn melangkah ke depan. Dia melaksanakan hukumannya. Satu persatu anggota OSIS memperkenalkan dirinya dan Airyn pun tau, kalau wanita yang menghukumnya tadi bernama Lita dan statusnya sebagai wakil ketua. Tak lama, datanglah seorang laki-laki dengan postur tubuh tinggi dan tegap. Kulit putih, rambut hitam yang agak acak-acakan, serta mata se biru samudera yang tajam dan menawan. "Saya Arvyno, selaku ketua OSIS di sekolah ini. Saya tidak menerima pelanggar peraturan!” katanya singkat, padat, jelas, dan ... menakutkan, “peraturan ada untuk di langgar. Tidak! Itu bukan visi misi sekolah. Siapa pun yang berniat melanggar aturan, silakan tinggalkan sekolah ini sekarang, sebelum menjadi siswa yang akan mencoreng nama baik sekolah kita!” Airyn menahan napas. Kata-kata Arvyno si ketua osis itu sangat tegas dan ... dingin tak terbantahkan. "Ishh, dasar es batu ... " lirih Airyn, dan ternyata masih bisa di dengar oleh Arvyn. Buktinya, Arvyn menoleh padanya. Arvyn menoleh ke arah samping. Jelas dia mendengar, seseorang mengatainya es batu. Rupanya, suara lirih itu berasal dari gadis yang sedang berdiri di pojokkan sana. Arvyn tertegun. Gadis itu menarik perhatian nya. Pipinya yang bulat, bibir yang mungil, hidung yang mancung serta bulu mata yang lentik. Mata bulat dengan iris mata hitam itu terlihat lucu di matanya. Siapa pun yang memandangnya, pasti akan mengatakan ... menggemaskan. Ya, Gadis itu terlihat sangat imut dan menggemaskan. Arvyn melangkah mendekat. Sedangkan Airyn tetap menjalani hukumannya tanpa rasa gentar sedikit pun. ”Heh, Kelinci!” tak tau kenapa, kata itu terucap begitu saja olehnya. "Maaf Kak, Anda salah!” tegas Airyn sambil mendongak menatap Arvyn yang berdiri tegak di depannya, “saya bukan kelinci! Tapi Airyna.” Ketegasannya membuat Arvyn tersenyum samar. Oke. Kali ini, ada yang berani menentangku. Batin Arvyn. Sontak seisi kelas menjadi terbengong mendengar ucapan Airyn yang menyanggah Arvyno si ketua OSIS yang tenar dengan ke misteriusannya di SMA BAKTI. Mereka saling menatap 1 sama lain membayangkan nasib yang akan diterima Airyn sebentar lagi. "Kau dalam masalah besar, Airyn,” ujar Lita yang berdiri tak jauh dari Airyn, "Emm, Arvyn. Bolehkah jika aku yang memberikan hukuman untuknya?” lanjutnya sambil memegang lengan Arvyn. "Kenapa harus di hukum? Aku kan tidak salah. Aku hanya membenarkan namaku saja!” Mata Arvyn menggelap. Gadis benar-benar mengibarkan bendera perang untuknya. “Kamu di hukum. Kelinci!" tegasnya lalu menyeret tangan Airyn keluar dari kelas tersebut. Airyn mencoba berontak. Meskipun dia murid baru, tidak seharusnya dia diperlakukan semena-mena begini oleh kakak jelasnya. “Lepas! Aku tidak melakukan kesalahan, atau pun melanggar peraturan!” teriak Airyn di tengah seretan Arvyn yang membawanya di koridor sekolah yang kebetulan sepi. Arvyn terus menyeret Airyn, sampai di pinggir kolam renang sekolah, dan begitu sampai, Arvyn memenjarakan tubuh mungil Airyn di tembok dengan ke dua tangannya. Mereka saling menatap tajam. Tak mau kalah oleh tatapan satu sama lain. "Kamu tau apa kesalahanmu?” ucapnya dengan aura dingin. Airyn mendongak angkuh. Keangkuhan harus di balas keangkuhan. "Tidak! Aku tidak salah. Bagaimana bisa kamu menganggapku bersalah? Aku hanya membenarkan namaku saja," jawabnya tak gentar "Diam! Aku tidak suka di bantah! Kelinci!” "Dan aku tidak suka di salahkan!” sergah Airyn cepat, “Aku Airyn. Sekali lagi ku tegaskan padamu, aku Airyn!” "Sekali ku bilang kelinci, ya kelinci!” Keras kepala pria di depannya, membuat Airyn menghela nafasnya kasar. Perdebatan ini tidak akan ada akhirnya, jika dirinya terus melawan. “Baik, aku terima kau memanggilku kelinci. Asalkan jika kau ku panggil ES BATU kau juga harus terima!” Arvyn menggeram tertahan. Gadis di depannya itu benar-benar ... “Jika saja kau laki-laki, mungkin sudah aku hancurkan wajahku itu, detik ini juga!” geramnya, “tapi, mari kita lihat hukuman yang pantas untuk pembangkang sepertimu!” Arvyn menarik dirinya, melemparkan pandangannya ke arah kolam dan mendapati sebuah ide untuk memberi gadis itu pelajaran. “Bersihkan dedaunan yang mengotori kolam itu, tanpa menggunakan apa pun, hanya menggunakan tangan saja.” "Tidak, aku tidak mau!” tukas Airyn menolak. "Baiklah. Jika kau tidak mau, jangan harap kamu diterima di sekolah ini.” Jderrrr! Airyn membatu. Bagaimana mungkin dia melepaskan sekolah ini? Sedangkan dia sudah berjuang keras untuk bisa mendapatkan beasiswa dan masuk ke sana? "Baiklah, lihat dan perhatikan. Aku akan menyelesaikan hukumanku!” kesal Airyn, walaupun sejujurnya dia takut. Dia tidak bisa berenang, dan tampaknya kolam itu dalam. Ohhh Tuhan bantu aku. Airyn pun mulai turun ke dalam kolam lalu memungut daun itu satu persatu dan menumpuknya ke pinggir kolam. Begitu pun seterusnya sampai di kolam yang sangat dalam, Airyn berhenti. Dia takut. Bagaimana jika dia tenggelam? Tentu akan sangat memalukan. Pasti si es batu menyebalkan itu, akan mengejek dan tertawa di atas penderitaannya. Tidak, tidak. Kau akan baik-baik saja. Kau harus bisa. Buktikan pada pria itu, kau gadis yang tak takut apa pun. Oke, tinggal tahan nafas dan berjalan. Santai lah Airyn ... yakinnya dalam hati. "Heh! Kenapa melamun? Lanjutkan, atau aku tambah hukumanmu!” bentak Arvyn. Airyn pun kembali berjalan dan tubuhnya sudah tenggelam di dalam kolam. Tapi nahas, ketakutannya membuatnya mulai kehabisan nafas. Tapi ego nya melarangnya untuk ke permukaan dan minta tolong. Airyn pun pasrah saat pandangannya mulai mengabur dan dadanya sakit, sampai kesadarannya hilang sepenuhnya. Arvyn langsung melompat ke dalam kolam, begitu melihat Airyn sudah mengambang. Arvyn membawa tubuh lemah Airyn ke pinggir kolam. Kondisi Airyn terlihat buruk, membuat Arvin di landa kepanikan. "Dasar gadis bodoh! Kenapa kamu tidak bilang jika kamu tidak bisa berenang?” sungut Arvyn sambil menepuk pelan pipi Airyn yang merah, “Airyn, bangun. Bangun Airyn.” Arvyn semakin panik. Bibir Airyn yang memucat, membuatnya berani melakukan lebih. Arvyn segera menempelkan bibirnya ke bibir Airyn dan meniupkan nafas hangatnya di sana. Dia melakukan hal itu beberapa kali sambil menekan-nekan d**a Airyn. Dan ... berhasil. Airyn terbatuk dan mengeluarkan banyak air yang telannya. Airyn bangun dan sontak memeluk Arvyn dengan tangis tergugunya. "Aku takut. Aku tidak bisa berenang. Hiks ... " lirihnya dan Airyn kembali pingsan. Seisi sekolah shock dan terbengong. Bagaimana tidak? si ROMEO sekolah yang terlihat sadis dan dingin itu, sedang berlari sambil menggendong seorang gadis dalam pelukannya. Tak ambil pusing, Arvyn tetap berlari menuju ruang UKS dan meletakkan Airyn yang pingsan di sana. Lalu, tiba-tiba seorang gadis masuk. "Ya ampun Airyn. Ada apa denganmu?” ucap Shella cemas. "Kau siapa? Dia tenggelam,” jawab Arvyn dingin. "Aku Sella, sahabatnya. Boleh Kakak keluar?” kata Sella dengan lembut. "Hey, mana mungkin aku keluar? Kau tidak lihat dia sedang pingsan?” tegasnya, “aku yang bertanggung jawab atasnya!” lanjut Arvyn dengan kekacauannya. Sella tersentak. Baru kali ini, dia melihat bagaimana menakutkannya sang idola hatinya itu. "Eh, aku hanya ingin mengganti bajunya agar tidak masuk angin ..., " lirihnya. Tanpa sepatah kata pun Arvyn keluar dari sana, membuat Sella menunduk kecewa. Arvyn sama sekali tak melihat ke arahnya atau pun menghargai keberadaannya. Apa kurangnya dirinya, sampai-sampai untuk sekedar menjawab perkataannya pun, Arvyn se akan tak sudi? Keterlaluan. Beberapa menit kemudian, Sella keluar dari ruang UKS dan menghampiri Arvyn yang terduduk di depan pintu. "Kak, kalau boleh, biar aku saja yang menemani Airyn dan kakak bisa kembali,” kata Sella mencoba mengambil hati. "Tidak perlu!” jawaban ketus Arvyn kembali membuat Sella merutuk kesal. Laki-laki itu benar-benar tak tersentuh oleh siapa pun, dan akhirnya dia harus rela untuk meninggalkan tempat itu. Arvyn duduk di sebuah kursi yang letaknya berada di samping brankar Airyn terbaring. Rasa bersalah membuatnya tak bisa berkata-kata. Dia hampir saja membuat celaka anak gadis orang. Sedangkan, selama ini dia tidak pernah berurusan dengan kaum perempuan. "Kenapa kamu belum sadar juga? Tolong, sadarlah ... “ lirihnya. Airyn mengerjap. Merasakan perih yang membakar di dadanya, mungkin karna dirinya kebanyakan menelan air sewaktu tenggelam tadi. “Haus,” lirih Airyn membuat Arvyn refleks mendongak kemudian mengambil air di atas meja. “Minumlah,” ucap Arvyn sambil membantu Airyn untuk duduk. “Maafkan aku ... “ lirih Arvyn penuh penyesalan. Airyn mengangguk. Menyeka sudut bibirnya yang terdapat bekas-bekas air yang di minumnya tadi. Dia pun berkata, “Tidak apa-apa. Aku juga bersalah atas insiden ini. Seharusnya aku menyerah dan kembali ke tepi. Bukan malah membahayakan keselamatan ku dengan egois diri ... “ Sejak kejadian saat itu, mereka semakin dekat. Beberapa anak perempuan di sekolah bahkan menaruh rasa iri dan benci pada Airyn yang dengan mudahnya bisa berdekatan dengan Arvyn. Hingga pada suatu hari, Arvyn pergi meninggalkannya tanpa salam perpisahan. Hanya meninggalkan secarik kertas dengan coretan yang selalu bermakna di hatinya. *** Airyna POV “Katakan! Kenapa kau menyembunyikan semua ini dariku? Kenapa kau tidak mengakui, jika dirimu si Es Batu yang menyebalkan itu!” sungutku tergugu. Aku benci diriku yang tak menyadari, jika Arvyn si Big Bos songong yang kini menjadi suamiku, adalah Arvin si es batu. Masa lalu yang pernah meninggalkanku dengan sangat kejam tanpa berpamitan. Arvyn menangkup wajahku dengan telapak tangan besarnya. Membawa wajahku yang sembab dalam jarak pandang yang sangat dekat. “Aku hanya ingin membuktikan. Jika Tuhan akan selalu membuat kita terikat satu sama lain. Entah di masa lalu, sekarang atau masa depan.” Salahkan hatiku yang lemah, karena begitu mendengar jawaban Arvyn, aku tidak ingin mendengar penjelasan lainnya. Sudah cukup untukku. Mengetahui jika Arvyn yang sama, benar-benar membuatku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD