Bagian 3 - Malam Pertama

950 Words
Malam pun tiba. Aku mengintip Arvyn yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang sambil tersenyum-senyum tipis dari balik pintu kamar mandi. Entah, aku juga tidak tau apa yang sedang Arvyn pikirkan. Tapi, jika kalian tau apa yang sedang aku rasakan. Kalian pasti akan tertawa. Masak iya? Aku takut keluar dari kamar mandi? Kalian ingin tau alasannya apa? Karena aku takut menghadapi yang namanya malam pertama. Sudah itu saja. Klik! Suara pintu kamar mandi ku paksakan terbuka, membuat Arvyn menoleh ke arah asal suara. Tepatnya ke arahku yang berdiri kaku bagai patung pajangan yang berjejeran di toko baju. Aku melihat, Arvyn sedikit terperanjat, begitu melihatku. Entah, bagaimana tanggapan Arvyn sekarang? Aku merasa, sudah salah memilih pakaian. Lihat saja, Arvyn sudah seperti melihat hantu kuntilanak saja. Matanya membulat penuh dengan mulut sedikit terbuka, membentuk huruf o kecil. "Emm ... kau tidak suka ya?” cicitku serba salah. Niatku ‘kan, ingin membuat Arvyn terpesona dengan memakai baju tidur tipis seperti ini. Tapi, sepertinya aku salah kostum. Memalukan. “Maaf, aku akan ganti pakaianku,” lanjutku, saat melihat Arvyn masih dalam keterdiamannya. Aku semakin merasa gagal. Ya Tuhan ... Aku berbalik arah, tapi belum satu langkah kakiku berpijak, Arvyn dengan tiba-tiba sudah menarik tanganku dan memenjarakan tubuh kecilku dalam pelukan besarnya. "Siapa yang mengizinkanmu untuk menggodaku, lalu pergi tanpa mau bertanggung jawab huh!?” bisik Arvyn yang sudah memanjakan Indera penciumannya dengan mengecup lembut leher putihku. Rasanya, sebentar lagi, aku benar-benar akan terbakar. “Aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya ... “ Cup! Sebuah kecupan hangat di pipi kiriku, berhasil membuatku bungkam seribu bahasa. Aku menjadi salah tingkah, situasi se intim ini membuatku kehilangan akal. “Jangan membuat alasan, Sayang. Kau halal menggoda suamimu, Much! “ ucap Arvyn sembari memberikan satu kecupan lagi di pipi kananku. Aku semakin membatu begitu pelukan Arvyn melonggar. Sungguh, aku tak bisa menebak apa yang akan Arvyn lakukan dan apa, yang akan terjadi padaku selanjutnya. Aku hanya bisa merapalkan banyak doa dalam hati. Semoga aku bisa melalui malam ini dengan mendapat Ridho Ilahi. Tak lama, sebelah tangan Arvyn membelit habis pinggangku yang kecil dan menarikku cukup kuat, hingga dadaku menempel dengan d**a bidang Arvyn yang hanya berbalut kaos hitam yang menunjukkan cetakan-cetakan berporsi di dalamnya. Ya Tuhan, jiwa liar dalam diriku berontak. d**a sandarable seperti inilah, yang selalu aku impikan saat melihat foto cogan seperti Chris Evans. Dan nyatanya, Tuhan meng ijabah doa gadis Sholihah rajin ibadah dan tidak halu keterlaluan, seperti aku. Aku mendapatkan d**a bidang yang akan menjadi sandaranku sampai aku menjadi buyut nanti. Aku menunduk. Meletakkan telapak tanganku sebagai sekat di antara dua d**a kami. Degup jantung serta pacuan nafasku dan Arvyn yang tak beraturan, menjadi melodi yang mengalun di tengah kesunyian yang tercipta. Bagaimana aku harus menyikapi suasana ini? Meskipun Arvyn tak berkata-kata se patah kata pun, jelas terlihat di matanya, betapa Arvyn sangat menginginkanku. “Kau cantik. Dan kau hanya milikku, se—orang!” Ketegasan Arvyn bersamaan dengan gerakan sebelah tangannya yang terbebas merengkuh tengkukku dan kemudian menyatukan bibir kami. Aku menahan nafas. Sebagai wanita yang bisa dikategorikan dewasa. Aku sudah tau, malam ini Arvyn akan memiliki semua yang ada pada diriku, jiwa dan ragaku. Dan ini, hanyalah sebatas menempelkan bibir saja, tapi rasa panas bibir Arvyn yang terasa di kulit bibirku, mampu memberikan sebuah rasa yang menjalar di setiap urat nadiku. Pandangan tajam Arvyn, memberikan sinyal peringatan untukku. Dan tak menunggu lama, bibir tipis bergelombang itu pun mulai melakukan tugasnya. Arvyn melumat lembut bibir atas dan bawahku yang belum mau terbuka untuknya. Menggodanya secara perlahan, agar aku menyerah dengan sendirinya. Arvyn tak ingin memaksakan kehendak dirinya untuk mendapat kepuasan. Ini Cinta, hubungan ini sah dan nyata di mata negara dan agama. Bahkan kami sudah mengambil sumpah untuk saling menjaga, menyayangi dan menghormati satu sama lain di depan orang tua dan Tuhan. Arvyn mencintaiku. Dia tak akan membuatku, satu-satunya wanita yang paling dia cintai harus kecewa atau terluka sedikit pun saja. Aku pun luluh. Bibirku terbuka untuk menerima dan membalas ciuman pria yang sangat aku cintai ini. Perasaan malu yang tadinya hinggap, melepuh begitu saja begitu merasakan tulusnya ciuman hangat Arvyn yang tanpa sedikit pun paksaan di dalamnya. Arvyn memperlakukanku dengan sangat lembut tapi tak mengurangi rasa cinta yang menggebu dalam dirinya. Kami larut dalam ciuman yang memabukkan. Bibir lembut ku, bertautan dengan bibir panas dan kenyal Arvyn sehingga menciptakan rasa panas yang menjalari mulai dari kepala sampai ujung kaki. Tanganku yang tadinya menempel pada d**a bidang Arvyn, kini mengalung kuat dengan sendirinya. Beberapa kali, lenguhan bersahutan di antara kami yang sudah jatuh dalam gelora cinta yang menggebu. Tet! Tet! "s**t!” Arvyn mengumpat kesal. Aku pun tersenyum tipis di buatnya. Siapa yang tidak kesal, ketika kesenangannya di ganggu? Ku lihat, Arvyn mengusap wajahnya kasar. Sangat jelas terlihat, jika suamiku yang cute itu sedang menahan kesal. Siapa yang sudah berani mengganggu ku di saat seperti ini? Sunggu, aku ingin menghancurkan wajah orang yang sudah mengganggu malam pertamaku. Aku kembali tersenyum simpul. Dengan berani, tanganku mengusap rahang Arvyn yang mengeras. “Temui dulu. Masih banyak waktu. Siapa tau, tamu penting?” Arvyn menatap tajam ke arahku dengan pandangan menggelap. Arvyn pasti ingin aku tau, seberapa besar dia menginginkanku. “Baiklah. Aku akan menemuinya. Tapi ingat, jangan membuka pintu kecuali aku memintanya,” pamit Arvyn kemudian keluar dari kamar. Awas saja jika tidak penting, ku hajar orang itu! *Author POV Arvyn melangkah menuruni tangga dengan wajah kesal. Jika saja, tidak ada gangguan seperti ini, pasti saat ini dia sudah memadu kasih dengan sang istri tercinta. Tanpa keraguan sedikit pun Arvyn membuka pintu. “Siapa?” tanya Arvyn. Tapi anehnya, tak ada siapa pun di depan pintu. “jangan bermain-main denganku. Tunjukkan siapa dirimu!” kesal Arvyn berteriak tak jelas di depan pintu. “Dasar orang iseng!” Merasa sudah di permainan, Arvyn lantas berbalik arah. Tapi sebuah balok kayu mengayun dan mengenai kepala belakang Arvyn hingga, Brugghh! Arvyn seketika pingsan di atas lantai dingin itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD