Bagian 13 - Realita

1212 Words
Arvyn melepaskan kemejanya dan melemparkannya ke atas ranjang dengan asal. Kejadian saat dirinya berpapasan dengan Airyn yang tak lagi kacau, tentu saja menimbulkan tanda tanya besar. Entah keajaiban apa yang terjadi sehingga membuat Airyn berubah dalam sekejap. Bik Lani. Wanita itu adalah satu-satunya orang asing yang berinteraksi dengan Airyn selain dirinya dan Della. Semenjak kedatangan wanita itu juga, Airyn tiba-tiba berubah seperti sekarang. Mungkinkah, bik Lani yang menjadi penyebab Airyn membaik seperti sekarang? Arvyn melepaskan kancingnya satu persatu. Dia melangkah tergesa ke kamar mandi. Dia harus segera membersihkan diri untuk kemudian turun ke bawah, dan mencari tau kebenarannya—sendiri. *** Beberapa menit berlalu... Arvyn melihat sekeliling. Dia harus menemukan bik Lani untuk dia interogasi. Jika benar, kehadiran bik Lani yang sudah membuat Airyn membaik, tentu saja dia akan sangat berterima kasih. Bunyi dentingan alat masak di dapur, membuat Arvyn mempercepat langkahnya. Dia sudah menemukan wanita itu, dan dia tidak sabar untuk mengetahui rahasia kesuksesan bik Lani yang bisa membuat Airyn bangkit. “Bik, kita perlu bica—“ Perkataan Arvyn menggantung di udara. Suaranya tercekat, antara terkejut dan rasa tak percaya. Keajaiban besar lain macam apa yang terjadi di rumahnya sehingga membuat Airyn berani keluar dari kamar, dan menggunakan dapur seperti sedia kala. Airyn memutar tubuhnya. Anak rambutnya yang nakal sedikit menjuntai di kedua sisi pipinya yang tirus. Banyak sekali perubahan yang terjadi, terutama beberapa bagian tubuh Airyn yang tak lagi berisi. Manik mata yang selalu teduh di pandang itu, kini kosong tak memancarkan kebahagiaan sama sekali. Arvyn menelan salivanya kasar. Kecanggungan ini, membuatnya salah tingkah. Ada rasa bahagia, ingin menyapa Airyn dan bertegur sapa. Namun, ada juga rasa gelisah, kala Airyn akan bersikap brutal lagi kala didekatinya. Raut keterkejutan Airyn kembali nampak. Tapi, wanita itu mampu menutupi kegelisahannya lewat menyibukkan diri dengan menyiapkan makanan di atas meja. Beberapa masakan favoritnya, terhidang sangat menggiurkan. Mungkinkah, Airyn sudah kembali normal seperti sedia kala? Lagi-lagi pertanyaan itu muncul dibenaknya. Ingin, Arvyn bertanya banyak. Tapi kembali, ruangan itu hening seperti tak ada benda hidup di dalamnya. Arvyn terlalu takut untuk mendekati Airyn lebih banyak. Dan Airyn? Dia terlalu merasa tidak pantas walau hanya untuk bertegur sapa dengan Arvyn yang terdiam. Setelah hidangannya siap, Airyn pergi begitu saja tanpa sepatah kata. Untuk saat ini, dia belum bisa berbuat banyak tanpa rencana matang. “Tuan?” Suara bik Lani yang terdengar, berhasil membuat Arvyn yang menatap punggung Airyn yang semakin jauh kembali berdiri dengan tegap. Arvyn sedikit mengusap tengkuk kepalanya. Malu juga, tingkahnya tadi dilihat langsung oleh wanita tua yang menatapinya dengan pandangan jenaka. “Tuan, lihat apa? Serius sekali,” ucap bik Lani lagi. Wanita tua itu mengambil cangkir dan menyeduh segelas s**u coklat. Arvyn menetralkan raut wajahnya yang tegang. Bisa-bisannya, bik Lani sukses menggodanya. “Mmm ... tidak ada,” jawabnya pelan. “oiya, apa Bibi dan Airyn sudah makan malam?” lanjutnya dengan suara memelan sambil duduk di kursinya. Bik Lani tersenyum lebar. “Sudah, Tuan.” “Kenapa tidak menungguku. Mmm ... maksudku, kenapa tidak makan di sini. Bersama?” tanya Arvyn lagi. Jujur, dia ingin tau seberapa banyak perubahan Airyna. Bik Lani mendekat. Tanpa mengurangi sopan santun, wanita tua itu ikut duduk di samping kursi Arvyn. “Nona belum bisa banyak berinteraksi, Tuan. Butuh proses untuk membuatnya kembali.” “Apa itu artinya, Airyn sudah normal?” tanya Arvyn penasaran. Sepertinya, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menanyakan kebenarannya pada bik Lani. Bik Lani terenyak. Dia tidak pernah menyangka jika Arvyn akan mengatakan kata-kata itu. “Apa selama ini, Tuan menganggap Nona Airyn, gila?” tanya bik Lani. Tapi tak dapat dipungkiri, siapa pun akan mengatakan jika Airyn gila lewat sandiwaranya yang apik sebagai wanita gila. Arvyn mengangguk. Bukan hanya dirinya yang menganggap Airyn gila tetapi, para dokter yang dia bawa untuk memeriksa kondisi Airyn mengatakan demikian. Terlebih Della yang memperkuat prasangkanya. Bik Lani tersenyum lagi. Rupanya, tidak semua orang bisa merasakan perasaan Airyn. Dan jawaban Arvyn tadi, sudah cukup mewakili kenapa selama beberapa hari ini, Airyn ditinggalkan sendiri bersama perasaan hancurnya. Bukan mendapatkan sandaran untuk memberi wanita rapuh itu semangat. “Kalau begitu, berarti hanya saya yang mengerti perasaannya,” ucap bik Lani sembari bangkit dari duduknya. Jujur, dia merasa sedikit kecewa atas sikap Arvyn yang baginya tak memiliki dasar. “Baiklah, Tuan. Selamat menikmati makan malamnya. Saya ke dalam sebentar.” Lanjutnya lalu kembali mengambil minuman yang dia seduh tadi. Arvyn membatu. Perkataan bik Lani baginya terasa ambigu. Kesalnya, kenapa wanita tua seperti bik Lani lah yang membuatnya kalah dalam argumen. Realita yang ada, dirinya berhasil membuat semua pesaing bisnisnya kalah dan dirinya selalu mengerti rencana-rencana licik untuk menghancurkannya. Jadi, apa selama ini Airyn tidak gila? Arvyn membatin. Jika Airyn tidak gila dan hanya berpura-pura gila, sepertinya ada sesuatu yang Airyn sembunyikan darinya. “Setelah ini, aku akan mendapatkan jawabanmu, Airyna,” ucap Arvyn lalu memulai makan malamnya yang jauh terasa lebih nikmat dari biasanya.. *** Airyn menunggu bik Lani dengan perasaan gelisah. Percobaan ke duanya, berhasil dengan sempurna. Hanya saja, Arvyn belum juga berkata-kata. Pria itu cenderung diam dan hanya menghunusnya lewat tatapan matanya yang tajam. Hari ini, Airyn mencoba hal kecil untuk mengembalikan jati dirinya. Yang pertama, adalah membuat dirinya tidak takut akan keberadaan Arvyn. Percobaan pertama itu, setidaknya berhasil dia lakukan dengan bertahan selama hampir satu menit walau dengan kondisi lutut gemetar. Percobaan ke dua, adalah melakukan aktivitas yang paling dia sukai yakni memasak. Dan perkiraannya benar, dia akan kembali bertemu dengan Arvyn di dapur dengan perasaan canggung seperti sebelumnya. Ceklek! Pintu kamarnya terbuka dan terlihatlah bik Lani dengan nampan berisi minuman yang dia minta. Bik Lani datang dengan raut wajah menenangkan seperti biasa. “Apa yang Arvyn tanyakan dan katakan pada, Bibi?” Airyn mengusap wajahnya kasar. Seharusnya, dia tidak bertindak lebih agar Arvyn tak mencurigainya. Bik Lani memberikan Airyn minuman yang di buatnya. “Minum dulu Nona, agar Anda sedikit tenang,” ucapnya dan Airyn menerima cangkir berisi minuman itu dan meminumnya dengan cepat. Rasa takut, membuat indra pengecapnya terganggu. Mana bisa, minuman yang bi Lani bawa terasa hambar? “Bibi, tolong katakan sesuatu,” pinta Airyn dengan memelas. Dia sangat penasaran atas reaksi Arvyn akan perubahannya yang mendadak. “Sepertinya, Anda harus bersiap Nona. Sebentar lagi, Tuan pasti akan menemui Anda,” ucap bik Lani dan tentu saja membuat Airyn mendadak berkeringat. “Untuk apa?” “Entahlah. Hanya saja, tuan sangat penasaran dengan perubahan besar ini.” “Ya Tuhan ... Aku tidak siap.” Airyn menelungkupkan wajahnya di antara lekukan lengannya yang bertumpu di atas lututnya. Bagaimana bisa dia menghadapi Arvyn dan segala pertanyaannya? “Tenanglah, Nona. Lakukan semuanya dengan tenang. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Lakukan apa pun yang menurut Anda benar.” Airyn tak menjawab. Demi apa pun, dia belum siap untuk bertemu Arvyn dan menjawab semua pertanyaannya. “Bisakah, Bibi menemaniku?” tanya Airyn penuh harap. Bik Lani menggeleng pelan. Tangannya yang menua seperti usianya, terulur dan memberikan Airyn usapan lembut yang menenangkan. “Kalian memang harus berdua untuk mencari jalan tengahnya. Jangan takut, Nona. Tuan tidak akan menyakiti Anda. Percayalah,” ucap bik Lani dan di detik kemudian terdengar lah suara, “Bik, Bisakah tinggalkan kami hanya berdua saja?” Airyn menunduk semakin dalam. Tak menunggu lama, apa yang ditakutinya sudah datang walaupun tanpa persetujuan darinya. Ya Tuhan, semoga langkah ini menjadi jalan terbaik untukku dan Arvyn.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD