5 - Teror Pertama

1670 Words
Karena hari ini kelasnya masuk siang maka Senja memilih bermalas-malasan dirumah lebih tepatnya merebahkan diri di ranjang sampai kapanpun. Mengenai Bunda tersayangnya sepertinya sedang keluar mengenai kemana Senja tentu tidak tau. Jarinya terus berselancar di benda pipih itu, sesekali mimik wajah Senja berubah karena keanehan beberapa orang yang matanya tangkap. "Ihh! Kenapa rambutnya merah-putih gitu, kalau Senja ya lebih milih hitam aja kan Allah engga suka kalau hambanya ubah-ubah gituan. Bandel ini anak remajanya kalau mamaknya tau pasti telinganya di jewer." Senja bergidik ngeri membayangkan telinganya di jewer dengan Bundanya pasti sakit sekali. Jarinya bergerak lagi, "kenapa sih anak muda sekarang makin cantik aja tapi cantikan Aku kok, hihihi." Senja meng-klik gambar itu dua kali sampai akhirnya muncul tanda love sebagai tanda menyukai. Kening Senja berkerut bingung, mencoba berpikir apakah kak Endra bakal protes kalau misalkan nanti Senja pake bedak tebal, Senja memilih menyimpan ponselnya kemudian berjalan kearah cermin melihat wajahnya sendiri. "Masih cantik kok, masih Ma Syaa Allah juga. Kak Endra aja klepek-klepek dan Senja juga masih cerewet seperti biasanya. Coba aja kak An- ehh! Aku engga boleh sedih nanti ketahuan Bunda lagi kan susah." Senja dengan pakaian biasanya serta jilbab sampai punggung tangannya memilih meraih ponselnya kemudian berjalan keluar kamar, ingin mencari cemilan. "Kalau Senja engga salah ingat ya, kemarin itu Bunda dari supermarket beli sesuatu. Pasti banyak cemilan baru,mending periksa aja daripada nanya-nanya gini kayak orang gila tau engga." Senja menggelengkan kepalanya, dengan wajah santainya Senja membuka lemari penyimpanan cemilan matanya langsung berbinar betapa banyaknya keripik kentang kesukaannya. "Bunda emang paling the best dan utama pokoknya, tau aja Senja lagi pengen makan keripik bagusnya ditemani kak Endra sih tapi dia pasti sibuk banget dan kalau Senja kesana keburu telat ke kampusnya nanti kan jarak kampus dan kantor itu jauh." celotehnya, tangannya meraih dua bungkus besar keripik kentang rasa sapi panggang kemudian berjalan ke ruang tamu. "Rumah sepi juga ya engga ada orang, tapi rame kok kan ada Senja yang ramein. Makan keripik kentang sambil nonton kartun disney itu kenyamanan paling utama." Senja mendudukkan dirinya di sofa setelah sebelumnya menyimpan keripiknya di meja, menyalakan TV dengan remot kemudian mengambil channel khusus kartun disney. "Frozen..." girang Senja seakan lupa dengan umurnya saat ini. Mata Senja berbinar-binar apalagi saat salah satu tokoh kartun mengeluarkan kekuatannya, tetapi hal itu terganggu karena bunyi bel diluar sana. "Siapa sih yang bertamu jam segini ganggu Senja aja tau, kalau memang orang ini nyari Bunda atau Abi maka Senja bakal marahin, udah tau mereka pada keluar malah gangguin Senja." kesalnya, ia membuka pintu tetapi tidak ada siapapun disana. "Ini apa?"Gumam senja saat melihat paket di hadapannya "Tak ada orang juga,ini ceritanya dia mau nge-prank apa gimana sih?"lanjutnya "Bukankah tadi ada yang bunyiin bel rumah, kenapa malah ada bentukan seperti ini, mending Senja buka aja siapa tau untuk Senja atau suprise dari Kak Endra." dengan semangat Senja membuka paketnya sambari berjalan kembali ke ruang tamu. ‎"Astagfirullah ..." ujarnya saat melihat isi paket tersebut Ia berbalik dan duduk di sofa Ia merasa buntu. Isi paket itu mengejutkan dirinya, segala keceriaan di wajah Senja menghilang tergantikan dengan wajah pias. Siapa yang ingin bermain-main dengannya? "Itu tadi apa. Dan itu adalah fotoku yang berlumuran darah. Astagfirullah...Apa ada yang membenci senja? tapi senja tak punya musuh apapun.siapa mereka?"Tangan wanita itu gemetar Bahkan darah dalam kotak itu ada yang jatuh di lantai, matanya mengedar mencoba meredakan setiap ketakutan didalam dirinya. Mata Senja kembali menatap isi paket itu, apa yang harus Senja lakukan sekarang, siapapun yang mengirim ini pasti mempunyai sesuatu yang tidak Senja ketahui. "Dia siapa? Memangnya Senja punya salah apa sampai fotonya diberikan hiasan gitu? Senja engga pernah punya masalah sama orang, selalu baik sama orang dan rajin membantu." suara kartun yang sedang bernyanyi tidak lagi Senja hiraukan, jantungnya berdebar sangat cepat membayangkan wajahnya dipenuhi darah seperti itu. Dengan tangan gemetar Senja meraih kertas yang sebagian permukaannya penuh dengan darah, matanya membulat saat membaca isi kertas itu. Hai Senja. Bagaimana kabarmu, sayang? Kurasa cukup ketenangannya saatnya bertemu denganku dan sambutlah hadiah dariku. Coba tebak siapa aku? Senja membuang kertas itu, matanya semakin memperlihatkan ketakutan yang cukup besar. Apa yang harus Senja lakukan sekarang? Apa yang harus ia berikan pada seseorang itu? Tanpa Senja sadari ada seseorang yang perlahan masuk karena Senja lupa menutupnya tadi. Senja baru saja ingin berbalik tetapi sesuatu menghantam kepalanya dan semuanya gelap. *** ‎"Ini apa"desis seseorang menahan emosinya. Ia baru saja tiba di rumah ini dan ia dapatkan adalah darah. Fikirannya lalu tertuju pada Senja Ia melangkah cepat menuju ruang tamu ‎ Tangannya mengepal kuat. Matanya menajam serta rahang yang menngeras,melihat gadis berkerudung itu kini berbaring di lantai Dan terdapat kayu di sampingnya, apa yang sedang terjadi disini? Film kartun di TV bahkan masih berputar tetapi orangnya telah terbaring tak sadarkan diri. ‎"Selesaikan semua ini! Dan beritahu aku beberapa jam kedepan siapa dalang dari semua ini "ucapnya pada orang di seberang telepon. Dengan nada tegas tak terbantahkan, hatinya bagai ditusuk belati melihat perempuan yang sebentar lagi menjadi istrinya tak berdaya seperti ini "ceroboh "gumamnya, tangannya meraih remot TV kemudian mematikannya, matanya menajam saat melihat foto Senja penuh akan darah, dalam hatinya Rendra berjanji akan membuat wajah pelakunya berlumuran darah persis seperti foto itu. Karena tidak ada yang bisa dimintai bantuan Rendra memutuskan untuk mengangkat Senja menuju mobil.Awalnya ia merasa ragu karena mereka Bukan mahram tapi ini keadaan darurat. Dan harus di segerah di tangani, dalam setiap langkahnya Rendra berjanji akan memberikan balasan setimpal untuk pelaku apalagi pelaku yang sudah memukul Senja dengan balok kayu. Tentu saja Rendra tau Senja pingsan karena dipukul balok kayu itu, senyum singkat terlihat dari wajah datarnya sebagai pertanda siapa yang telah mengusiknya segeralah bersiap untuk merasakan 10 kali lipat dari apa yang telah ia lakukan pada calon istrinya. "Kalian sudah mengusik perempuan yang harusnya kalian jadikan berlian." ujarnya tegas, tujuannya kemari karena Bunda Senja menyuruhnya untuk memeriksa apakah Senja baik-baik saja tetapi setelah sampai disini malah diberikan kejutan seperti sekarang ini. Rendra juga berencana akan mengantar Senja ke kampus karena calon mertuanya mengatakan Senja masuk kampus siang, untungnya Rendra menunda rapat dan bergegas kemari jika tidak maka Rendra tidak bisa membayangkan apa akan terjadi pada Senja selanjutnya. *** ‎"aku bahagia." Ucapnya dengan nada bangga "Lihatlah disana,Gadis lugu dan cerewet itu tak berdaya. Aku menyuruh orang yang tepat " Wanita itu berdiri lalu mengusap foto seorang perempuan disana. Menatapnya dengan lembut kemudian menatapnya tajam seakan ingin membunuhnya saat itu juga. ‎"Kau selalu mengambil hakku senja!.Dan Rendra lagi-lagi ingin kau ambil,Tidak! Aku takkan membiarkanmu bahagia." lanjutnya sambari menatap tajam foto itu serta napas yang memburu seakan berhadapan langsung dengan Senja, ia memang tidak punya hubungan apapun dengan Rendra akan tetapi menurutnya Rendra terlalu sempurna untuk perempuan lugu seperti Senja itu. ‎"Apa ini semua takkan diketahui oleh Rendra? Laki-laki itu sangat berbahaya,sayang. Akan menjadi bumereng untuk kita jika berjalan terlalu jauh."peringat wanita yang berdiri di sampingnya, ada rasa takut dalam dirinya apalagi yang mereka hadapi saat ini adalah seseorang yang sangat berbahaya. Tadi, ia mencoba mencari tau Tentang dunia gelap Rendra dan kenyatannya memang mencengangkan. Segala hal tentang calon suami Senja itu membahayakan dan harusnya di jauhi bukan malah dipermainkan seperti ini. ‎ Perempuan itu hanya tersenyum, hatinya sedang berbunga saat ini dendam dalam hatinya semakin tak terkendali,Dan rasa ingin melukai semakin menggebu-gebu. Senja harus tumbang dan jatuh berkali-kali dibawah kendalinya karena apa yang ia rasakan saat ini adalah Senja-lah penyebabnya. Memilih mengabaikan peringatan itu dan menatap kembali foto Senja dengan tatapan membunuh. "Kamu tidak akan pernah aku biarkan tertawa lepas, Senja. Kamu harus merasakan duka sebagaimana aku merasakan duka mendalam itu. Masa lalu memang sudah lama berlalu tetapi bekasnya masih tersimpan rapi dalam ingatanku." kakinya melangkah, sesuatu yang telah dimulai takkan dihentikan sampai kapanpun. *** "Shabila?"tanyanya sekali lagi Untuk memperjelas nama yang orang di seberang sana sebutkan. "Siapa?"ada keterkejutan saat orang suruhannya mengatakan jawaban atas pertanyaannya,tetapi itu hanya beberapa detik setelah itu ia mendatarkan ekspresinya kembali. Perempuan itu adalah sahabat Senja, dalang dari terlukanya Senja adalah orang yang paling dipercayai calon istrinya. Pikiran Rendra berkenala jauh tetapi tetap dengan wajah datar penuh misteri. Bagaimana nantinya jika Senja tau?.Batinnya "Lakukan tugasmu dengan benar dan segera kabari jika sudah dapat hasil." Ujarnya tegas tak terbantahkan,dan segera mematikan sambungan telepon, senyum tipisnya tercipta ternyata ada yang mengajaknya bermain lagi. Kejadian semalam masih terekam jelas dalam ingatan Rendra, saat orang yang mengajaknya bermain malah tergeletak tak bernyawa di lantai dengan pipi penuh goresan, tangannya di penuhi darahnya sendiri. Bukan Rendra namanya jika tidak bisa melakukan pembalasan yang setimpal. Harus Rendra apakan Shabila itu? Apa memukulnya juga dengan balok kayu atau mengikatnya di dinding lalu menciptakan ukiran abstrak di tangannya? Atau cukup bawahan Rendra yang melakukannya dan Rendra cukup menonton saja bukan? "Kamu dalam bahaya gadis kecil "gumamnya sambil tersenyum miring. Bahkan saat ini juga fikirannya sedang merencanakan suatu hal agar perempuan itu tau posisinya dan batasan-batasan yang harusnya tak dilanggar sama sekali. Ia mengingat perkataan Dokter beberapa saat lalu beliau mengatakan bahwa Senja shock atas yang terjadi. Dan ada juga seseorang yang memukulnya, itu dibuktikan karena adanya luka memar di daerah kepala senja. Perempuan itu telah diizinkan pulang dengan persyaratan harus istirahat total tetapi Rendra cukup tau jika perempuan itu takkan pernah ingin istirahat total karena Senja itu adalah orang yang sangat aktif. "Aku menunggu kejutanmu, selanjutnya Shabila dan mari kita lihat sejauh mana kita akan bermain-main." ujarnya dengan senyuman miringnya, Rendra tidak sabar ingin bertemu langsung dengan perempuan tidak tau diri itu. "Andrea, aku akan berusaha semaksimal mungkin menjaga adikmu." ujarnya layaknya bisikan kecil, dimana hanya Rendra yang mampu mendengarnya sendiri. "Sesuai keinginanmu, tidak akan pernah ada yang akan menyakitinya. Meskipun semua orang mengira Senja telah melupakanmu selamanya tetapi sebenarnya dia masih mengingatmu dengan sangat jelas, sedetikpun Senja tak pernah melupakan kakaknya yang telah mengorbankan nyawanya demi Senja." jika saja Senja ada di samping Rendra maka dia akan menghitung jumlah kata yang Rendra ucapkan. "Istirahalah dengan tenang, Andrea. Adikmu ada dalam pengawasanku sekarang." lanjutnya lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD