Buak… ! Sebelum aku selesai bicara, satu pukulan sudah melayang padaku. Wajahku memanas terasa seperti terbakar. “Dasar memalukan! Kau pikir kau ini hebat, ya, Ray? Kau sudah menerima uang dariku, tetapi malah jadi semena-mena. Jangan harap aku akan membiarkanmu begitu saja meski kau bilang ingin berhenti melakukannya. Lalu, apa maksudmu bermain dengan seorang p*****r untuk membuatku kesal padamu?” Dia menghardikku dengan nada dan ekspresi yang kasar, lalu menamparku sekuat tenaga. Tubuhku gemetar menahan amarah. Namun, tak ada yang bisa kuperbuat lagi. Karena sadar akan diriku yang tak mampu melawan mereka, aku pun akhirnya nekat berkata, “Bi … bisakah aku mengembalikan uangnya saja?” Namun, belum juga aku selesai bicara, dia melayangkan tamparannya lagi. Tamparannya begitu lihat, sep