Undangan menggoda

2246 Words
“Gak masalah sama sekali. Malahan kita seneng kalau nikah sekarang sekarang,” ucap Bunda Farah dengan gembira. “Kalau tentang materi, kalian jangan khawatir. Arsen gitu gitu juga nanam banyak saham, jadi dia punya penghasilan sendiri buat kuliahin dirinya sama Rose.” “Bukan itu masalahnya, Mbak,” ucap Esme dengan wajah yang memperlihatkan kekhawatiran. Untuk yang kesekian kalinya mereka kini sedang berkumpul membicarakan hal yang sama seperti sebelumnya. Tentang Arsen dan juga Rose. Sebelum sebelumnya juga sering membicarakannya, hanya sajja saat itu Rose punya pacar. “Gini, Rose itu anak satu satunya kami, dia itu manja pake banget. Aku khawatirnya dia malah repotin Arsen kalau ada apa apa. Intinya takut mental dia belum kuat menghadapi rumah tangga kayak gini.” “Tapikan kamu sendiri tau gimana kepriadian Arsen, dia udah banyak interaksi sama orang termasuk yang kayak Rose. Arsen itu pintar dalam mengendalikan orang.” Untuk meyakinkannya lagi, Bunda Farah memegang tangan calon besannya. “Mbak gak minta Rose gitu aja tanpa pertimbangan, tapi Mbak juga kenal Rose itu anaknya gimana. Dia yang terbaik buat Arsen, percaya.” Esme juga tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ini yang diinginkan anaknya sampai menangis bukan? Dia ingin menikah dengan Arsen, dan dalam pemikiran Esme kalau Rose sudah jatuh cinta pada Arsen dan takut kehilangannya. “Iya gimana nih?” Tanya suami dari Bunda Farah. Irwan ikut masuk ke dalam percakapan. “Mas nyampe nunda kerjaan diluar pulau demi anak anak ini. Please lah kamu harus paham, Ris. Usia kami gak lagi muda. Yang kami mau Cuma cucu dari istrinya Arsen. Dan Rose yang paling berpotensi.” Karena hal tersebut, Esme dan Haris saling bertukar pandang sampai akhirnya mengangguk satu sama lainnya. “Aku rasa, aku setuju dengan pernikahan merekaa dilakukan secepatnya, Mbak. Biar Rose ada yang jaga juga di sini. Karena sebenarnya, aku harus pergi ke Negara Asalku di Australia.” Esme pun menceritakan kalau bisnis keluarganya di sana sedang dalam keadaan yang tidak baik baik saja. jadi dia dan Haris akan pergi ke sana untuk mengurusnya. Namun mengingat masalah di sana tidak bisa diselesaikan dalam waktu hitungan hari, jadi mereka akan menetap sementara. “Tuh kan, kalau mereka nikah kan Rose ada yang jaga. Kamu gak usah khawatir kalau gitu.” “Kira kira, pernikahannya kapan ya?” Tanya Esme. “Kamu berangkat kapan?” “Bulan depan, Mbak.” “Yaudah bulan depan,” ucap Bunda Farah memutuskan. Dia menatap suaminya dengan tajam. “Awas kalau kamu ada kerjaan, pokoknya nyuruh bawahan kamu, Mas. Ini anak kamu mau nikah.” Irwan yang sudah dipenuhi uban itu akhirnya mengangguk. “Oke, kita nikahkan mereka bulan depan. Biar kita yang siapkan semuanya, anak anak biarkan saja focus dengan pendidikan mereka, apalagi Arsen punya banyak accara ‘kan?” Esme mengangguk setuju. “Iya, kalau masalah pernikahan gak papa kita yan handle saja. anak anak tau jadi aja.” Dan setelah pulang dari pertemuan itu, Esme dan suaminya mampir ke apartemen sang anak untuk memberitahukan hal ini. Berita pertama yang disampaikan adalah keharusan Esme pindah ke Australia sementara. Dan Rose sedih karenanya. Namun kesedihan itu tidak bertahan lama, karena Rose langsung melompat gembira begitu mengetahui kalau dirinya dan Arsen akan menikah bulan depan. “Yeayyy! Nikah! Nikah! Nikah!” teriaknya berulang kali. *** Kabar yang membuat Rose besar kepala, dia dengan kepercaya diriannya selalu berjalan dengan kepala yang terangkat. Seolah dirinya mengatakan, inilah aku sang pasangan presiden mahasiswa yang kalian puja itu. karena sepanjang Rose melangkah, dia terus saja mendengar kalimat yang memuji Arsen. “Kalian mau ikutan Seminar yang diadain sama BEM Universitas? Wajib buat tingkat satu, tapi boleh kita juga ikut. Nanti ada Arsen di sana.” “Aku tadi ketemu sama Kak Arsen di secretariat, ih jadi mau ikutan Organisasi Mahasiswa deh kalau udah kayak gini.” “Ganteng banget, mana tadi gue liat Kak Arsen pake motor Ninja.” Dan saat itulah, Arsen dengan motor ninjanya melewati mereka yang membuat para maahasiswa di samping Rose langsung menjerit tertahan karenanya. Sementara Rose mencebik. Kenapa pria itu pakai motor? Pamer atau dia ingin terlihat bergaya. “Lu tumben pake motor?” Tanya seorang yang diyakini Rose adalah teman satu organisasinya. “Mobil gue dipinjem,” jawab Arsen datar kemudian melangkah lebih dulu. Sekumpulan anak laki laki yang tadinya ada di parkiran itu langsung mengikuti Arsen. Ya, Arsen bukan type orang yang terlihat menjalin tali pertemanan, tapi terlihat banyak sekali orang yang ingin berteman dengannya. Dan saat mata Rose dengan Arsen bertatapan, pria itu memalingkannya lebih dulu dan tidak menyapa sama sekali. Membuat Rose yang hendak melambaikan tangannya itu langsung tertahan. “calon suami durhaka,” ucapnya kesal dan segera melangkah ke kelas lebih dulu, mendahului segerombolan anak laki laki termasuk Arsen di dalamnya. “Kenapa dah lu keliatan badmood gitu?” Tanya Seline saat melihat Rose datang. “Please jangan ganggu gue, gue lagi dandan ala ala Song Hye Kyo.” “Najis, nyebelin amat itu orang.” “Heh?!” “Bukan lu, yang lainnya,” ucap Rose memilih merebahkan kepalanya di atas meja kemudian menatap keluar jendela. Mungkin keberuntungan sedang tidak berpihak padanya, karena sekarang yang dia lihat adalah Derry yang sedang berpegangan tangan bersama dengan pacarnya. Sial sekali sekarang ini, mata Rose kembali memanas dan dia tiba tiba berdiri sambil melangkah terburu buru. “Mau kemana lu?” “Kamar mandi!” teriak Rose sebagai jawaban. Dia pergi ke kamar mandi fakultas yang sayangnya penuh. Membuat Rose tidak bisa menahan air matanya. Jadi dia memilih pergi ke kamar mandi pasca sarjana yang ada di dekat ruang sekretarian Bem fakultas hukum. Dia masuk ke salah satu bilik toilet dan menangis di sana. Rasanya masih tetap sama sesaknya. Bahkan sampai Rose lelah menangis di sana, dia menarik napasnya dalam dan keluar dari kamar mandi. Sialnya di kamar mandi, dia bertemu orang yang telah menjadi pusat rasa sakitnya. Hani, nama perempuan yang menjadi tunangan Derry. Yang membuat Derry berselingkuh darinya. Keduanya saling bertatapan lewat cermin, sepertinya Hani sendiri mengetahui siapa itu Rose. Rose memilih memalingkan wajahnya dan tidak bicara sama sekali, dia focus untuk membereskan dandanannya meskipun hatinya bergejolak ingin menyakiti perempuan ini. “Kak Rose ya?” “Jangan so kenal, jangan mencoba untuk kenal dan jangan pernah,” ucap Rose dengan penuh tekanan sebelum akhirnya dia keluar dari kamar mandi. Shit! Dia harus mengumpat lagi karena di sana ada pria yang merupakan mantan kekasihnya. Sepertinya dia sedang menunggu kekasihnya di kamar mandi. Namun Rose bersikap mencoba untuk tidak melihat Derry, tidak mengenal Derry, dia melangkah begitu saja dengan hati yang sesak, dan wajah yang bengkak karena menangis. *** Saking hatinya merasa sakit, Rose tidak tau kalau Arsen memperhatikannya sejak tadi. Dia menatap Rose beberapa saat sebelum akhirnya kembali focus pada pelajaran. Dan ditengah pelajaran tersebut, pintu tiba tiba diketuk kemudian masuklah seorang pegawai dari kemahasiswaan sambil berkata, “Maaf, Bu. Dekan Fakultas ingin bertemu dengan Arsen.” Dosen yang sedang mengajar itu langsung paham. “Nak Arsen, silahkan keluar.” Citra Arsen yang baik, sebagai seorang pemimpin mahasiswa membawa beberapa fakultas memiliki akreditasi yang bagus, khsusunya Fakultas Hukum. “Gue mau pulang langsung,” ucap Rose saat selesai belajar. “Lu kupu kupu banget sih, kuliah pulang kuliah pulang. Ikutan UKM yuk, biar nanti lu dapet pacar. Lu belum punya pacar kan?” Tanya Seline. “Punya, kan gue punya Jimin.” “Yang real atuh, b*****t. Masa mau sama manusia gepeng terus. Gue juga mau punya anak. Mau punya cowok ganteng. Yuk kita main ke UKM Silat, gue tau loh tempat tempat yang banyak cowok gantengnya. Meskipun gak seganteng Arsen.” Senyuman langsung terpatri di wajah Rose. “Tapi gue sebenernya udah punya pasangan." “Hahaha, dan baru aja putus kan? Soalnya mata lu sembab, lu abis nangis kan?” “Anjir lu, tau ah gue mau pulang. Mau ikut nggak?” “Kagak, gue ada urusan. Gue mahasiswa aktif ya, gak kayak lu yang kupu kupu.” Rose mengibaskan rambutnya. “Lu liat aja nanti ya, gue bakalan liatin cowok gue yang paling ganteng.” “Hahahaha!” Menyebalkan sekali harus menelan kepahitan seperti itu. melihat Derry dan Hani berkeliaran di kampus dan disebut sebut sebagai pasangan favorite dan juga paling cocok di kampus. Rose semakin geram karenanya. Dia pulang ke apartemen, dan merebahkan dirinya di sana. saat Rose hendak tidur, dia mendapatkan banyak pesan dari Seline. Dimana dia meminta izin pada Rose untuk datang ke sana. namun Rose sedang menginginkan kesendirian, jadi dia tidak memperbolehkan Seline untuk datang Hari ini dia hanya ingin tidur dan istirahat. Namun lagi lagi suara bel yang berbunyi membuat Rose kesal. Dia yakin itu Seline dan dia siap untuk memarahinya. Namun begitu pintu dibuka, Rose kaget melihat siapa yang datang. “Arsen?” Pria itu menatap Rose. “Gimana keadaan kamu?” “Baik, emang kenapa?” “Abis nangis?” Rose segera menyeka sisa air matanya. “Kangen aja sama Mama, mana mau pindah ke Australia juga.” “Nih,” ucap pria itu memberikan sekantong papper bag yang membuat Rose mangangkat alisnya. “Ini apa?” Tanya dia sambil menerimanya. “Eh mau kemana?!” rose menahan tangan Arsen yang hendak pergi lagi. “Mau kemana?” “Saya ada urusan.” “Sini dulu masuk bentar,” ucapnya menarik tubuh Arsen sekuat tenaga, tapi pria itu tidak bergeming sama sekali seolah ada paku tertanam di kakinya. Rose kelelahan dan menarik napasnya dalam. “Anjir capek,” gumamnya. “Gak usah, saya ada perlu harus pergi.” “Kamu tau kan kalau kita bakalan nikah bulan depan?” Arsen yang hendak membalikan badan itu harus menahannya. “Iya.” “Gak mau ada perkenalan dulu gitu? Biar kita lebih deket, saling mengenal?” “Nanti aja abis nikah, kayak yang kamu bilang,” ucapnya kemudian melangkah pergi, membuat Rose berdecak. “Dasar es,” ucapnya kesal. Dia masuk ke dalam dan membuka apa isinya. Dan senyuman langsung terbit seketika ketika mengetahui apa itu. ternyata isinya adalah ice cream gelato dengan banyak topping. Seketika Rose memekik senang. “Makan, makan,” ucapnya dengan kepala yang bergoyang. *** Hari demi hari, Rose terus berusaha mendekati Arsen dengan caara mengiriminya pesan setiap hari. Namun, reaksinya masih tetap sama. Pria itu jarang membalas pesannya. Jika Rose mengiriminya pesan pagi, maka dia akan mendapatkan balasan di malam hari. Benar benar menyebalkan, dan Rose kesal karenanya. Apalagi dia harus melihat Hani dan Derry terus berkeliaran, ditambah lagi Seline yang terus mengatakan kalau mereka adalah pasangan yang sangat cocok satu sama lainnya. Jadi bagaimana Rose tidak pusing karena hal itu? Sampai akhirnya di siang hari yang mendung, Bunda Farah bilang akan datang ke apartemennya. Jadi Rose dengan senang hati akan menyambutnya. Dan ternyata Bunda Farah datang dengan membawakan kartu undangan pernikahannya dan juga Arsen. “Bun? Ini serius undangan aku sama Arsen? Cantik banget,” ucap Rose tidak percaya karenanya. Tebal dan juga elegant. “Kan udah Bunda bilang kalau kamu harus percaya sama Bunda, semuanya diatur sama Bunda. Nah, hari ini undangannya mulai disebar.” “Wah, nanti dosen dosen juga pada tau dong, Bun?” “Ya iyalah, mereka juga diundang. Ini bakalan jadi pesta pernikahan yang gede banget,” ucap Bunda Farah dengan exited. “Tapi emang gak papa kan kalau Arsen nikah sebelum masa jabatannya selesai?” Bunda Farah menggeleng. “Ya gak papa atuh, emangnya kenapa? Kan itu hak dia, lagian Arsen tetep kuliah biasa, jadi presiden mahasiswa juga. Gak akan berpengaruh sama sekali, nanti malemnya sama kamu.” Rose tersenyum mendengarnya. Namun senyuman itu harus luntur saat Bunda Farah memberikannya sebuah s**u untuk mempersiapkan kehamilan. Rose tidak berfikiran sejauh itu, dia hanya ingin menikahi Arsen karena balas dendam pada Derry. “Minum ini setiap pagi ya, biar subur. Kamu tenang aja, kalau nanti kamu mau tetep kuliah atau kejar karir, gak masalah. Bunda bisa urus anak kamu kok,” ucapnya dengan senyuman yang tulus dan membuat Rose semakin dilanda kebingungan. Apa yang harus dia lakukan jika seperti ini? Dia tidak pernah terfikir untuk hamil anak Arsen. Namun karena rasa ingin Rose membuat Derry menyesal, jadi dia menerima s**u itu dan berjanji akan meminumnya setiap pagi. Hal itu membuat Bunda Farah semakin senang. Dan keesokan harinya, Rose bersiap untuk pergi ke kampus. Dia sudah siap dengan semua kehebohan yang akan terjadi mengingat undangan sudah disebarkan. Bahkan, Rose sengaja mengabaikan panggilan dari Seline karena dia ingin melihat ekspresi langsung temannya itu. Namun, saat pergi ke kampus, ekspektasi Rose berbeda, dia malah mendapatkan banyak tatapan tajam dari orang orang sambil berbisik, “Itu calonnya Kak Arsen?” “Hah serius? Kayaknya mereka dijodohin deh.” “Kasian Kak Arsen, pasti gak suka sama ini cewek.” Beragam reaksi, ada yang menatapnya sinis, ada yang bicara di belakangnya dan ada juga yang menatap tidak percaya. Ada juga yang heboh, seperti Seline yang berteriak ke arahnya sambil berlari, “Lu beneran mau kawin sama Arsen?! Jawab gue sekarang.” “Nikah, bukan kawin!” teriak Rose saat dirinya diguncang guncang. “Udahan dong ini, tubuh gue jadi goyang!” “Permisi,” ucap seseorang yang membuat Seline menghentikan aksinya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati itu adalah Arsen. “Mau pinjam Rose nya sebentar,” lanjutnya sambil menggenggam tangan Rose dan membawanya melangkah pergi dari sana. Rose melihat tatapan ketidakpercayaan dari semua orang, mereka iri dan saling membisiki satu sama lain. Dan itu kesempatan untuk Rose, dia langsung melingkarkan tangannya dan menggandeng Arsen hingga membuat pria itu menaikan alisnya bingung. “Mau kemana kita, Sayang?” Tanya Rose dengan nadanya yang manja, yang membuat semua orang yang mendengarnya semakin panic.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD