The birth of the crown prince

1002 Words
Beberapa bulan berlalu, kehamilan Quel semakin besar. Rasa sayang dan cinta Alexander pada Quel semakin besar. Ia tidak pernah jauh dari Quel. Bahkan ia bisa menghabiskan waktu merawat Quel dan calon bayi di dalam kandungan Quel. Amora semakin gerah dengan kehadiran Quel di istana. Apalagi Alexander menghabiskan malamnya bersama Quel dan tidak memperdulikan lagi dirinya. Amarahnya dan rasa cemburu yang besar membuat ia tak dapat menahan diri lagi. Tiap hari ia terbakar cemburu melihat kedekatan Alexander dan Quel. Tepat tengah malam Amora memutuskan untuk menemui Quel. Ia menyelinap ke kamar Quel. kebetulan Alexander sedang ada pekerjaan diluar istana dan akan kembali pagi hari. Membuat Amora leluasa bergerak untuk menemui Quel. "Ceklek!! Petlahan Amora masuk kedalam kamar dan menatap marah pada Quel yang sedang tertidur lelap. "Bangun kau wanita rendah!! Hardik Amora menarik selimut ditubuh Quel dan menarik lengannya. "Awww sakit! erang Quel kesakitan. "Wanita rendah! tidak tahu malu, mau maunya kau jadi pemuas nafsu suamiku!! Amora langsung menjambak rambut Quel. "Kau pikir aku senang?" Quel berusaha melepas cengkraman tangan Amora dari rambutnya. " Naif! wanita mana yang tidak menginginkan Alexander! seru Amora melepas kan cengkramannya lalu menarik lengan Quel hingga terjatuh ke lantai. "Kau pikir semua wanita itu sama sepertimu?lucu!" Quel tertawa kecil, memegang perutnya yang sudah besar. "Lancang! kau tidak tahu sedang bicara dengan siapa?" Amora mengangkat tubuh Quel dan mencengkram wajahnya. "Aku tidak perduli kau ratu ataupun dewa sekalipun..bahkan aku tidak tertarik dengan suamimu!! seru Quel tak kalah sengit melampiaskan kemarahannya. " Plakkk!! Amora menampar pipi Quel hingga tubuhnya oleng kesamping. "Puaskan hatimu kau menyiksaku, tapi sebenarnya kau tidak sedang melukaiku, kau melukai dirimu sendiri Amora! seru Quel matanya berkaca kaca. "Tidak perlu kau berkhotbah didepanku wanita rendah! atau aku akan melenyapkanmu!" Amora mendorong tubuh Quel hingga terbentur dinding kamar. "Aku tidak takut meskipun kau bunuh aku sekarang, bagiku kematian adalah yang terbaik buatku, karena suamimu telah merenggut semuanya dariku!! ucap Quel mengerang kesakitan memegang perutnya. Darah segar mengalir dikedua kaki Quel membasahi lantai. Ia mengalami pendarahan dan itu membuat Amora panik. Jika Alexander tahu, dia akan murka dan mengusirnya. Amora bergegas keluar memanggil tabib lu. Tak lama kemudian amora datang bersama tabib lu. "Nona kenapa bisa pendarahan?" tanya tabib lu membantu Quel bangun dan merebahkannya di ranjang. Kemudian tabib lu melakukan penanganan secara intensis karena Quel belum waktunya melahirkan.Tapi karena benturan keras di dinding menyebabkan ia melahirkan bayinya sebelum genap sembilan bulan. Amora yang berdiri diluar pintu mondar mandir merasa takut, jika Alexander mengetahui perbuatannya. Terdengar suara jeritan Quel dari dalam kamar sedang persalinan. "Kau tidak usah takut Amora, Alexander tak akan mengetahuinya." Salmandor datang menenangkan Amora. "Paman.." ucap Amora cemas. Salmandor mengangguk menyentuh pundak Amora, "sudah ku bilang..kau jangan gegabah." Amora menundukkan kepala, "aku sudah tidak tahan paman." "Aku tahu..tapi-?" Tiba tiba terdengar suara tangisan bayi didalam kamar. Amora dan Salmandor menunggu tabib lu untuk mempersilahkan masuk. Tak lama kemudian tabib lu membuka pintu dan mempersilahkan Amora dan Salmandor untuk masuk. "Yang mulia, putra Yang Mulia seorang laki laki," ucap tabib lu membungkuk hormat. "Semua sudah selesai..silahkan Yang Mulia masuk." Tabib Lu membungkuk hormat, lalu ia pergi meninggalkan mereka. Amora dan Salmandor masuk kedalam ruangan menatap Quel yang tertidur kelelahan setelah persalinan. "Paman, kita lenyapkan saja bayi itu sebelum Alexander datang," bisik Amora pada Salmandor. "tidak..jangan kau lakukan sekarang, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya nanti..waktunya belum memungkinkan." Salmandor menatap bayi disamping Quel yang masih merah. "Apa yang kalian lakukan disini!" seru Quel, ia terbangun menatap dua orang dihadapannya tidak suka. "Putra Alexander sudah lahir, secepatnya kau tinggalkan istana ini," ucap Amora ketus. "Dengan senang hati" jawab Quel datar memeluk putranya dan tersenyum lalu menoleh ke arah Amora. "Kau seakan akan tidak membutuhkan Alexander, aku tidak yakin kalau kau di paksa suamiku..bisa jadi kau pun mau, bukan begitu?" Amora berjalan mendekai Quel. Quel tertawa kecil, "kasihan sekali Alexander, memiliki seorang Ratu tapi berhati iblis! dan..apalagi kau!" Quel menatap Salmandor. "Kau tak kalah busuk dengan keponakanmu!" "Diam kau! Amora melayangkan tangannya ke wajah Quel, namin di tahan oleh Salmandor. " Hentikan Amora! "Tapi paman?" "Alexander bisa curiga, kau harus bersabar," ucap Salmandor. "Mungkin saat ini Alexander tidak mengetahui kejahatan kalian, tapi ingatlah..suatu hari nanti saat dia mengetahuinya. Kau akan di buang layaknya sampah Amora! dan kau Salmandor, kau akan mati pada akhirnya..cepat atau lambat." Amora dan Salamndor terdiam, mereka merasakan energi yang tak biasanya mereka rasakan. Salmandor dan Amora mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. "Paman..apa kau merasakan energi kegelapan?" tanya Amora. "Ya, aku juga merasakan hal yang sama," jawab Salmandor. Tatapan Amora terhenti pada kedua bola mata Quel yang terlihat gelap. "Paman!" Amora mundur selangkah menarik tangan Salmandor. "Dia mengeluarkan energi gelap..itu tidak mungkin." "Kau benar Amora, dia tidak hanya liar..tapi memiliki kekuatan gelap." Salmandor berusaha menelisik Quel, namun dua kekuatan saling beradu tanpa Quel sadari. Salamndor terpental menabrak dinding kamar lalu ambruk ke lantai. "Paman! pekik Amora. Ia langsung menghampiti Salmandor dan mengangkat tubuhnya. " Dia iblis, Amora..iblis!" ucap Salamndor, darah segar mengalir dari bibirnya. "Sebaiknya kita tinggalkan gadis itu, dia sangat berbahaya..untuk sementara jangan memancing amarah gadis itu," ungkap Salmandor. Amora menatap tajam ke arah Quel yang tengah menatap mereka dengan dalam. "Iya paman..kita pergi dari sini." Amora membuang mukanya benci dan meninggalkan Quel bersama putranya. Diikuti Salmandor yang tidak bicara apapun didepan Quel. Sepanjang jalan Amora maupun Salmandor mencari ide untuk menyingkirkan Quel dan putranya. "Aku punya ide, kita susun rencana pada saat Alexander tidak ada di istana. Pada saat itu, kita punya banyak alasan yang bisa di berikan pada Alexander." Salmandor tersenyum menyeringai. "Ide bagus paman, semoga kita bisa secepatnya menyingkirkan mereka berdua dari istana ini." "Baik, dan kau harus bekerja sama untuk tidak menyakiti Quel untuk sementara waktu," ucap Salmandor. "Baik paman," kata Amora. Sementara itu Quel yang tengah memeluk putranya erat. "sayang..sepertinya mereka berniat jahat pada kita," ucap Quel menatap putranya. "Tapi kau jangan takut, ibu akan menjagamu..tidak akan ibu biarkan siapapun menyakitimu." Quel mencium pipi putranya yang menggeliat di pangkuan Quel. "Ayahmu pasti senang kau sudah lahir nak.."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD