Chapter 5

1050 Words
Bianca tengah duduk di ruang tamu, dia ingin membersihkan lukanya, namun dia tidak bisa. Gadis itu menitihkan air matanya. "Bianca memang tidak bisa melakukan apapun." ujarnya. Dia menangis di ruang tamu hingga tertidur. *** Keesokan paginya. Bianca terbangun karna mendengar suara bising dari arah dapur. Dia pun berjalan meraba hingga sampai di dapur. Ketika orang yang berada di dapur melihat Bianca, dia langsung bertanya. "Apa yang terjadi? Kenapa ada pecahan mangkuk di sini?" tanyanya "Maaf, Bi. Kemarin Bianca mencoba untuk mencuci alat makan yang kotor, tapi Bianca tidak sengaja menjatuhkan satu mangkuk, lalu pecah." jelasnya. "Hah ... Lain kali biarkan saja, biar aku yang membereskannya." ujar Bibi tetangganya "Iya, Bi. Maaf." "Sudahlah. Sekarang kamu duduk saja di sofa. Aku akan membereskan ini." "Baik, Bi." Akhirnya Bianca kembali duduk di sofa sembari menunggu Bibi tetangganya selesai membereskan rumah Bianca. Beberapa saat kemudian. Bibi tetangganya duduk di sebelah Bianca. "Coba Bibi lihat, Apa kamu ada luka atau tidak?" ujar Bibi tetangganya "Bianca hanya ada luka di tangan ini, Bi." Ujarnya menunjukkan. Bibi tetangga itu akhirnya mengambil obat merah dan kapas, lalu dia mengobati luka Bianca "Sudah." ujar Bibi tetangga "Terima kasih, Bi." ujar Bianca. "Iya. sama-sama." Setelah itu, Bibi tetangganya kembali pulang, dan Bianca di rumah sendirian lagi. Hingga beberapa saat kemudian, Nenek Mia datang berkunjung. "Bagaimana keadaan kamu hari ini?" "Baik, Nek. Seperti sebelumnya." Namun, Nenek Mia tidak sengaja melihat luka di tangan Bianca, Beliau pun bertanya pada gadis itu. "Apa yang terjadi pada tangan kamu, sayang?" "Ouh. Kemarin Bianca tidak sengaja memecahkan mangkuk, lalu waktu mau membersihkannya ternyata kena tangan Bianca. Tapi ini sudah tidak apa-apa kok, Nek, tadi sudah di obati sama Bibi tetangga." Awalnya Nenek Mia merasa khawatir, namun ketika Bianca mengatakan jika lukanya sudah di obati, Beliau merasa sedikit lega. "Apa kamu sudah makan?" tanya Nenek Mia. Bianca menggelengkan kepalanya, lalu berkata. "Bianca belum makan, Nek." "Baiklah. Nenek akan membuatkan makanan untuk kamu." "Terima kasih, Nek." Nenek Mia pun beranjak ke dapur, Beliau memasakkan makanan untuk Bianca. Tiga puluh menit kemudian. Setelah selesai masak, Nenek Mia menyuapi Bianca. Dengan sabar, Nenek Mia mengurus Bianca "Terima kasih, Nek." ucap Bianca "Terima kasih untuk apa, sayang?" "Terima kasih karna Nenek sudah baik sekali pada Bianca," Nenek itu tersenyum mendengar kata-kata dari gadis manis tersebut. "Bianca," panggil Nenek Mia "Iya, Nek." sahut gadis itu. "Apa kamu mau tinggal bersama dengan Nenek? Mau ya?" tanya Nenek Mia. "Tidak, Nek. Jika Bianca tinggal bersama dengan Nenek ... Nanti Bianca akan semakin merepotkan." Wanita tua itu merasa terenyuh dengan kata-kata Bianca, namun beliau sangat ingin jika Bianca tinggal bersamanya. "Tapi jika Bianca tinggal di sini sendirian, maka Nenek akan mengkhawatirkan Bianca terus." Bianca pun terdiam, dia memikirkan apa yang harus dia katakan. Karna Bianca tidak ingin tinggal dan merepotkan Nenek Mia, tapi dia juga tidak ingin membuat orang-orang mengkhawatirkan keadaannya. "Bagaimana sayang? Bianca mau kan tinggal bersama dengan Nenek?" "Baiklah, Nek. Bianca mau." Nenek Mia pun bahagia, Beliau langsung memeluk Bianca dan mengucapkan terima kasih karna Bianca sudah mau tinggal bersamanya "Terima kasih, sayang." "Nenek tidak perlu berterima kasih, harusnya Bianca yang berterima kasih pada Nenek karna Nenek Mia mau menampung, dan menjaga Bianca." Wanita itu menggelengkan kepalanya, kemudian memeluk Bianca lagi. Beliau menitihkan air mata bahagia, karna Bianca sudah menyetujui permintaannya. Akhirnya Nenek Mia mentitahkan seseorang untuk membereskan pakaian, serta beberapa barang yang ingin Bianca bawa ke rumah Nenek Mia. Dalam perjalanan, Nenek Mia selalu menggenggam tangan Bianca, dan menyeringai. Sebelumnya, Beliau telah menghubungi pelayan rumah untuk membereskan satu kamar, dan akan menjadi kamar Bianca. "Nek," panggil Bianca "Iya, sayang." "Di rumah Nenek, ada siapa saja?" "Di rumah Nenek hanya ada pelayan, supir, dan terkadang cucu Nenek datang." "Cucu laki-laki Nenek?" "Iya." "Namanya Erza. Besok kalau dia datang akan Nenek kenalkan dengan Bianca." "Um .... " jawab Bianca mengangguk. Tidak lama, Mereka pun tiba di kediaman Nenek Mia. Beliau menuntun Bianca masuk ke dalam rumah, sedangkan barang-barangnya dibawakan oleh pelayan dan juga supirnya. Nenek Mia dan Bianca duduk di ruang tengah sembari menunggu kamar Bianca selesai di rapikan. "Rumah Nenek tidak terlalu besar, jika Bianca ingin jalan-jalan ke taman atau ke kolam renang, nanti bisa panggil pelayan. Atau jika Bianca butuh sesuatu, Bianca juga bisa panggil pelayan." "Baik, Nek." Ketika kedua orang itu tengah menunggu, tiba-tiba seseorang datang dan memanggil Nenek Mia. "Nek. Nenek." panggilnya "Nenek ada di sini, Erza." sahut Nenek Mia Erza pun menghampiri Neneknya. Kemudian, ketika dia melihat Bianca, pria itu langsung mengernyitkan dahi "Dia siapa, Nek?" tanyanya "Namanya Bianca, dia cucu teman Nenek." "Halo, perkenalkan Bianca," ujar Bianca mengulurkan tangannya. "Erza." ujar Erza dingin. "Nek, bisa bicara sebentar di ruanganku?" "Bisa." jawab Nenek Mia. "Bianca tunggu sebentar ya," "Iya, Nek." Nenek Mia dan Erza pun beranjak untuk ke ruang kerja pria itu. "Kenapa dia ada disini, Nek?" "Mulai hari ini, Bianca akan tinggal bersama dengan Nenek, karna Neneknya Bianca sudah tidak ada." "Lalu dimana kedua orang tuanya?" "Kedua orang tuanya juga sudah meninggal." "Berarti dia yatim piatu?" "Iya. Makanya Nenek merawatnya." "Memangnya rumah ini panti yang menampung anak yatim piatu, Nek?" "Hush! kamu tidak boleh berkata seperti itu." Erza pun merasa kesal, dan dia tidak menerima kehadiran Bianca di rumah itu. "Baiklah. Jika tidak ada lagi yang di bicarakan, Nenek akan kembali ke ruang tengah. Kasihan Bianca, sendirian." Ujar Nenek Mia. Lalu Nenek Mia pun beranjak pergi dari ruang kerja cucunya itu, sedangkan Erza mengikutinya dari belakang. "Maaf, sayang. kami lama." ujar Nenek Mia "Tidak apa, Nek." jawab Bianca "Nah. Sekarang ayo ke kamar kamu." "Um .... " Nenek Mia menuntun Bianca untuk ke lantai dua, yaitu ke kamar Bianca. "Hati-hati melangkahnya." ujar Nenek Mia "Iya, Nek." Selangkah demi selangkah, Nenek Mia menuntun Bianca, dan dengan kesabaran, mereka akhirnya sampai di lantai dua. "Nek," panggil Bianca "Iya." "Apa tidak ada kamar di lantai satu? jika Bianca berada di lantai dua, nanti Bianca tidak bisa kemana-mana." ujar Bianca "Tenang saja, sayang. Nanti kamu bisa memanggil salah satu pelayan untuk membantu kamu." "Tapi Bianca tidak ingin merepotkan siapapun, Nek." "Sudah. Sudah. Itu masalah mudah, Bianca tidak perlu khawatir ya." Bianca terdiam. Akhirnya mereka sampai di kamar Bianca. "Wah ... Bagus sekali kamar kamu, sayang." Ujar Nenek Mia "Benarkah, Nek?" "Iya." "Apa gunanya bagus, jika yang punya kamar tidak bisa melihatnya." ujar Erza. Mendengar perkataan seperti itu, Seketika itu juga membuat Bianca merasa sedih. "Erza!" Bentak Nenek Mia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD