Beberapa saat berlalu. Dokter pun keluar dari ruang UGD. Nenek Mia yang melihatnya pun langsung menghampiri dokter itu.
"Bagaimana, dok? Bagaimana keadaan cucu saya?" tanya Nenek Mia.
"Tenang, Bu. Cucu anda sudah melewati masa kritisnya, kita tinggal menunggu dia sadar. Tapi .... "
Wajah dokter itu terlihat ragu untuk mengatakan kabar yang akan disampaikannya.
"Tapi apa, dok?" tanya Nenek Mia.
"Maaf, bu. Pasien yang satunya tidak bisa kami selamatkan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun pasien mengalami benturan yang cukup keras, dan kehilangan banyak darah jadi ... nyawanya tidak tertolong."
Nenek Mia terdiam, Beliau bingung harus bagaimana, karna pasien yang di maksud oleh dokter itu adalah kekasih cucunya.
Setelah dokter beranjak pergi, Erza pun dipindahkan ke ruang ICU karna dia perlu di pantau untuk beberapa saat.
Ketika Nenek Mia tengah menunggu Erza di depan ruang ICU, tiba-tiba beliau mendapatkan telepon dari rumah sakit.
"Ya, halo." jawab Nenek Mia.
Beliau mendapatkan kabar jika ada donor mata yang cocok untuk Bianca, dan cucunya itu bisa segera melakukan operasi pencakokkan kornea mata. Nenek Mia pun merasa senang. Beliau langsung bertanya kapan Bianca bisa melakukan operasinya, dan kabar bagusnya jika Bianca bisa melakukan operasi secepatnya setelah dia melakukan pengecekan kesehatan.
Nenek Mia pun langsung menghubungi orang rumah untuk meminta mereka mengantar Bianca ke rumah sakit.
Di kediaman Nenek Mia.
Bianca tengah bersiap. Dia di bantu oleh dua pelayan untuk menyiapkan baju, dan barang yang perlu dia bawa.
Setelah persiapannya sudah selesai, Bianca diantar oleh supir Nenek Mia untuk ke rumah sakit, dan Nenek Mia telah menunggunya.
Selama perjalanan, Bianca hanya bertanya pada supirnya satu kali.
"Dimana Nenek Mia?" tanya Bianca.
"Nyonya sudah menunggu anda di rumah sakit, Nona." jawab supir itu.
"Oh .... " gumam Bianca.
Beberapa saat perjalanan, akhirnya gadis itu sampai di rumah sakit. Supirnya mengantar Bianca hingga ke lobby rumah sakit, setelah itu dia dihampiri oleh Nenek Mia.
"Bianca, sayang." panggil Nenek Mia.
"Nenek. Apa Bianca akan di operasi? Apa Bianca akan bisa melihat lagi?" tanya gadis itu.
"Iya, sayang. Bianca akan bisa melihat lagi." jawab Nenek mia.
Nenek Mia mencoba untuk bahagia, walaupun beliau masih merasa sedih dengan apa yang telah terjadi pada Cucu yang satunya.
Ketika Bianca di cek kesehatannya, Nenek Mia hanya diam dan menatap kosong kedepan.
"Nek." panggil Bianca.
Namun, Nenek Mia tidak menyahuti panggilan Bianca. Beliau tengah melamun memikirkan kondisi Erza dan juga memikirkan bagaimana caranya beliau mengatakan pada cucunya tentang kondisi kekasihnya.
"Nenek." panggil Bianca sekali lagi.
Tetap saja tidak ada sahutan dari Nenek Mia, hingga perawat menyadarkannya dan memberitahu jika Bianca telah memanggilnya hingga dua kali.
Akhirnya Nenek Mia menghampiri Bianca dan bertanya. "Ya, sayang. Ada apa?"
"Nenek dari mana saja? Bianca memanggil Nenek, tapi Nenek tidak menyahut," ujar gadis itu
"Maaf. Nenek tadi sedang keluar sebentar." ujar Nenek Mia.
"Oh .... " ujar Bianca.
Kemudian Nenek Mia bertanya pada perawat apa yang selanjutnya. Karna pemeriksaan kesehatan Bianca telah selesai, gadis itu di pindahkan ke kamar pasien dan menunggu keputusan dokter.
"Bagaimana rasanya di operasi, Nek?" tanya Bianca.
"Operasi itu seperti kamu sedang tidur malam lalu paginya kamu bangun." ujar Nenek Mia.
"Apa aku tidak akan merasakan sakit?" tanya Bianca.
"Tidak. Kamu nanti akan di suntik dan diberi obat untuk menghilangkan rasa sakitnya." jelas Nenek Mia.
"Begitu ya, Nek?" ujar Bianca.
"Iya, sayang." jawab Nenek Mia.
Nenek Mia meminta Bianca untuk beristirahat supaya keadaannya sehat ketika di operasi nanti.
Setelah gadis itu memejamkan matanya dan beristirahat, Nenek Mia keluar dan melihat kondisi Erza.
"Bagaimana kondisi cucu saya, sus?" tanya Nenek Mia.
"Keadaannya stabil, bu. Kemungkinan pasien akan segera sadar," jawab perawat.
"Terima kasih, sus." ucap Nenek Mia.
Perawat itu beranjak pergi setelah memeriksa keadaan Erza, sedangkan Nenek Mia tetap berada di ruangan Erza sembari mengelus kepala cucunya.
"Cepatlah sadar, dan sehat." gumam Nenek Mia.
Wajah Nenek Mia sangat sedih melihat keadaan cucunya. Apalagi beliau juga bingung bagaimana nantinya menjawab pertanyaan dari Erza.
"Apa yang harus aku katakan padanya? Apa jawaban yang pas untuk pertanyaannya nanti?" tanya dalam hati Nenek Mia.
"Mmmh ... " gumam Erza.
Laki-laki itu mulai membuka matanya. Sedangkan Nenek Mia yang melihatnya pun merasa senang. Beliau langsung memanggil dokter untuk melihat kondisi cucunya.
Beberapa saat kemudian dokter pun datang bersama dengan perawat. Dia langsung mengecek keadaan Erza, sedangkan Nenek Mia akhirnya menunggu di luar ruang ICU.
Ketika dokter keluar dari ruangan ICU, Nenek Mia menghampirinya.
"Bagaimana, dok? Bagaimana keadaan cucu saya?" tanya Nenek Mia.
"Keadaannya baik, bu. Pasien sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat inap." jawab dokter.
"Syukurlah." ujar Nenek Mia. "Terima kasih, dok."
"Sama-sama, bu. Ini sudah menjadi tugas kami sebagai dokter." ujar dokter.
Setelah itu, dokternya pun beranjak pergi. Nenek Mia menunggu di depan ruang ICU hingga Erza di pindahkan ke ruang rawat inap.
"Bagaimana perasaan kamu? Apa yang kamu rasakan?" tanya Nenek Mia pada Erza.
"Baik, nek. Hanya saja sedikit merasa sakit." jawab Erza.
Kemudian laki-laki itu melihat ke sekitar, lalu dia bertanya.
"Dimana Alika, Nek?" tanya Erza.
Nenek Mia terdiam, beliau bingung harus menjawab apa.
"Nek." panggil Erza.
Karna tidak bisa menjawab pertanyaan Erza, Nenek Mia menghindari menjawabnya.
"Sebaiknya kamu istirahat. Nenek harus keluar karna masih ada perlu, nanti Nenek akan kembali ke sini." ujar Nenek Mia.
Setelah itu, Nenek Mia keluar dari kamar Erza. Beliau berdiri di depan kamar Erza sembari meluapkan apa yang beliau rasakan. Kemudian beliau beranjak ke kamar Bianca untuk mengecek kondisi gadis itu.
Beliau mengelus kepala Bianca, dan membuat gadis itu terbangun.
"Nenek." ujar Bianca.
"Iya, sayang. Ini Nenek." jawab Nenek Mia.
"Nenek dari mana?" tanya Bianca.
"Nenek habis mengurus administrasi," jawab Nenek Mia.
Ketika Nenek Mia sedang bicara dengan Bianca, di luar kamar gadis itu tengah berdiri seseorang. Dia adalah Erza. Laki-laki itu mengikuti Neneknya setelah keluar dari kamarnya.
Melihat Neneknya yang lebih perhatian pada gadis buta itu membuat Erza semakin kesal dan marah. Dia mengepalkan tangannya.
"Maaf. Apa Anda keluarga pasien?" tanya seorang perawat.
Tanpa menjawab pertanyaan perawat itu, Erza pun beranjak pergi. Dia beranjak mencari Alika, karna dia ingin tahu keadaan kekasihnya.
"Permisi. Dimana pasien yang datang bersama denganku karna kecelakaan?" tanya Erza.
"Tunggu sebentar, tuan." jawab perawat.
Perawat itu mengecek di dalam komputernya.
---
"Erza." panggil Nenek Mia.
Laki-laki yang di panggil itu tidak menyahuti panggilan Neneknya. Dia hanya duduk diam menatap kedepan.
"Ada apa, Za?" tanya Nenek Mia yang duduk di sebelah ranjang tidur Erza.