Bab 4

2077 Words
Setelah menyelesaikan acara makan malamnya bersama dengan Kalio, Kaniya memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar dan bersantai di sana, sementara Kalio sendiri sibuk membersihkan semua alat makan mereka. Pria itu sengaja menyuruh Kaniya untuk beristirahat lebih cepat karena dia tahu bahwa Kaniya telah melewati hari yang panjang seharian ini. Kalio mengatakan akan menyelesaikan pekerjaan sekolahnya setelah menyelesaikan acara bersih-bersihnya tersebut. Tidak ingin mengganggu Kalio, Kaniya yang pada dasarnya memang sudah merasa lelah, akhirnya memilih menurut dan masuk ke dalam kamarnya. Namun bukannya tidur, gadis itu hanya bisa berbaring di atas ranjangnya dan sibuk memainkan ponsel. Kaniya nampak fokus mencari dan mencatat lowongan pekerjaan yang tertera, yang bisa diambilnya. Setelah memastikan semua catatan itu, barulah Kaniya mengambil waktu malamnya untuk tidur karena besok dirinya akan memulai hari beratnya lagi. Pagi yang cerah untuk memulai aktifitas mereka kembali. Kaniya dan Kalio melangkah dengan santai saling beriringan menyusuri jalan. Kalio dengan seragam sekolahnya, dan Kaniya yang berpenampilan rapi untuk mencari pekerjaannya. Langkah mereka terhenti di persimpangan jalan. Kalio menoleh ke arah Kaniya. “Berhati-hatilah di luar sana, Kak. Jika terjadi sesuatu, segera telpon aku. Kau mengerti kan?!” ucap Kalio yang lebih pantas disebut perintah tegas untuk Kaniya. Sampai di persimpangan tersebut Kalio tidak bisa menemani perjalanan Kaniya lebih jauh lagi karena tujuan mereka yang berbeda. Karena itu, Kalio hanya bisa mendoakan keamanan Kaniya dari jauh karena gadis itu jelas tidak akan membiarkan Kalio membolos pelajarannya. Kaniya tersenyum simpul mendengar titah Kalio yang tidak pernah berubah itu. Gadis itu menganggukkan kepalanya dengan mantap. “Aku mengerti, Kalio. Kau juga, belajarlah dengan rajin dan bersenang-senanglah dengan teman-temanmu di sekolah,” pesan Kaniya. Kalio tidak menjawabnya. Pria itu hanya menatap Kaniya dengan wajah datar seolah pesan Kaniya itu bukanlah apa-apa untuknya. “Kalau begitu aku akan pergi sekarang,” pamit pria itu kemudian. Setelahnya Kalio membalikkan tubuh dan melangkah pergi. Kaniya menunggu sejenak dan memerhatikan punggung Kalio yang semakin menjauh dari pandangannya itu. Setelah yakin bahwa Kalio sudah berada di jalan yang benar, barulah Kaniya memalingkan wajah ke arah lain. “Yosh! Ini waktunya berburu pekerjaan. Semoga hari ini adalah hari keberuntunganku!” Kaniya menyemangati diri sendiri sebelum gadis itu mulai melangkah pergi. Kalio memasuki kelasnya dengan tenang. Pria itu memang tidak banyak berbicara di sekitar orang karena kepribadiannya yang pada dasarnya memang kalem ditambah dengan banyaknya hal yang telah dia lalui sejak kecil mengenai keluarganya, khususnya karena Kaniya. Kalio tumbuh menjadi pria yang lebih kuat dan bisa diandalkan demi melindungi satu-satunya keluarga yang dia punya tersebut. Secepat Kalio memasuki kelas pagi ini, pandangan mata dari siswa-siswi yang sudah di sana langsung tertuju padanya. Membuat Kalio merasa heran sendiri ketika menyadarinya. Kalio bisa melihat secepat mereka menoleh, mereka juga mencoba menghindari balasan dari tatapan Kalio. Jelas ada sesuatu yang terjadi di pagi hari ini. Kalio melangkah menuju bangku kelasnya. Tidak perlu bertanya pada mereka, Kalio sudah mengerti apa yang telah terjadi ketika dirinya melihat kondisi meja belajarnya yang kotor. Banyak sekali coretan ungkapan kebencian yang jelas ditujukan padanya. Coretan itu tidak bisa dibersihkan dengan mudah karena memakai tinta permanen. Pantas saja mereka seolah menghindari tatapan Kalio, karena mereka tidak ingin dituduh sebagai pelakunya. Pada dasarnya kehidupan sekolah Kalio berjalan cukup unik. Wajah yang tampan dengan kepribadian yang tenang dan menawan, serta otak yang cerdas membuat Kalio menjadi idaman banyak gadis di sana. Namun karena ekonomi keluarganya yang jelas di bawah rata-rata membuat sebagian para gadis itu enggan secara terang-terangan menunjukkan ketertarikan mereka. Banyak gadis yang lebih suka mengagumi Kalio dari jauh karena ego mereka yang terlalu tinggi untuk mendekati pria miskin seperti Kalio. Namun tidak sedikit juga dari mereka yang tidak perduli akan kemiskinan Kalio dan secara terang-terangan mencoba mencari perhatian kepadanya. Sayang sekali Kalio yang tidak tertarik dengan hal percintaan itu hanya bersikap dingin pada mereka yang mencoba menarik perhatiannya. Itu juga salah satu para gadis semakin banyak yang memilih untuk mengaguminya dari jauh. Namun beberapa waktu lalu, ada seorang gadis cantik yang tidak tahu malu mencoba mendekatinya. Beberapa kali Kalio menyuruhnya untuk pergi, akan tetapi gadis itu tidak juga menyerah. Dia semakin gencar mendekati Kalio dan merayunya. Hingga suatu hari seorang pria datang dan melihat sendiri bagaimana gadis itu merayu Kalio. Dia yang mengaku sebagai kekasih gadis itu pun menjadi marah dan tidak terima. Kemarahannya yang ditujukan pada Kalio karena menganggap bahwa pria itu yang telah merayu kekasihnya, membuat banyak pasang mata tertuju pada mereka. Beruntung gadis tidak tahu malu itu segera menahan pria tersebut untuk menghentikan keributan di antara mereka. Gadis itu langsung menyeret pria tersebut untuk pergi dari tempat itu sehingga keributan tidak berakhir lebih mengerikan. Namun tentu saja semua keributan itu tidak berakhir dengan mudah. Sejak itu Kalio mulai mendapatkan ancaman dan perlakuan buruk dari pria itu serta gangnya. Semua siswa yang lain memilih untuk menghindar dan tidak ingin mendapatkan hal yang sama karena mencoba membantu Kalio, karena mereka tahu bahwa berhadapan dengan pria kaya serta memiliki keluarga yang berpengaruh seperti dia tidak akan menjadi mudah. Kalio sendiri bersikap tidak ambil pusing. Jika dirinya terpengaruh dengan semua ancaman dan perlakuan buruk mereka, Kalio takut itu hanya akan berpengaruh pada Kaniya. Dirinya juga tidak berniat menceritakan hal itu karena menurutnya itu hanya akan membuang-buang waktu dan menambah beban berat untuk Kaniya. Karena itu, sejauh ini Kalio hanya menutup mulut dan menahan diri. Kejadian pagi ini pun Kalio sudah tahu siapa pelakunya. Pria itu hanya menempati bangkunya dengan tenang seolah tidak terganggu sedikit pun dengan coretan kasar pada meja belajarnya. Hari berjalan dengan damai untuk kelas mereka. Di sisi lain, setelah memasuki beberapa tempat kerja yang diincarnya, sekali lagi Kaniya harus menerima hasil kosong atas wawancaranya. Respon mereka sama dengan tempat kerja yang sejauh ini Kaniya masuki. Beberapa dari mereka terlihat terkejut setelah mendengar atau melihat sendiri data diri Kaniya, lalu mereka akan mencari-cari alasan untuk menolak lamaran kerjanya. Semakin lama Kaniya melewati semua itu, dirinya menjadi semakin merasa aneh dengan semua respon tersebut. Seolah mereka telah ditugaskan untuk menolak lamarannya oleh seseorang. Namun jika dirinya memikirkan hal itu, tentu saja Kaniya merasa konyol. Mana mungkin dari sekian banyak tempat kerja yang dimasuki, mereka semua telah ditugaskan oleh seseorang untuk menolak lamaran kerjanya? Kaniya juga tidak mengenal seseorang yang mungkin bisa melakukan hal itu. Pada akhirnya Kaniya hanya bisa menganggap bahwa semua ini terjadi karena keberuntungannya yang begitu tipis. Kaniya menghela napas dengan lelah. Gadis itu sekali lagi mengambil istirahat di salah satu tempat duduk dekat taman. Sampai beberapa jam terlewati sejak dirinya memulai pencarian pekerjaan hari ini, Kaniya belum juga mendapatkan hasil. Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekitar di mana banyak orang berlalu lalang melakukan aktifitas biasanya. Dekat dari tempatnya duduk, ada sebuah restoran kecil yang cukup ramai akan pelanggan yang datang siang ini. Kaniya bisa melihat beberapa staff tengah sibuk melayani mereka. Sementara di sisi seberang, ada kafe minuman yang tengah sepi pelanggan. Kaniya bisa melihat satu staff yang berada di balik meja kasir tengah bermalas-malasan dengan menyangga dagu menggunakan satu tangan. Staff tersebut tampak bosan, lalu menguap lebar. Melihat bagaimana membosankannya pekerjaan itu, tetap saja Kaniya merasa iri ketika melihatnya. Jika diijinkan, Kaniya mau menggantikan staff tersebut untuk berada di posisinya. Entah pekerjaannya begitu berat dan ketat seperti staff di restoran, atau pekerjaannya begitu membosankan seperti staff di kafe minuman, Kaniya tetap ingin melakukannya. Dirinya tidak perduli akan jenis pekerjaannya yang berat atau pun ringan, yang jelas dirinya hanya ingin bekerja dan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan Kalio. Andai dirinya bisa mendapatkan pekerjaan. “Permisi, Nona.” Kaniya tersentak kaget ketika tiba-tiba mendengar suara di sampingnya ketika gadis itu tengah sibuk melamun. Kaniya langsung menoleh ke arahnya. Terlihat seorang pria berkaca mata dengan rambut panjang diikat rendah menjadi satu di belakang kepalanya tengah menatap Kaniya dengan senyuman kecil. Dari wajah pria itu, mata Kaniya bergerak turun untuk melihat pakaian yang tengah dipakainya. Cukup rapi dengan jas coklat serta dasi bercorak garis-garis, dan sepatu yang terlihat mahal yang digunakannya. Pria itu terlihat seperti pria kantoran. Kaniya menatapnya dengan pandangan penuh tanya sekaligus heran, karena dirinya tidak menyadari kehadiran pria itu yang sudah duduk di sebelahnya. “Ya?” tanya Kaniya, menatap pria itu dengan pandangan curiga. Sekali lagi, tidak banyak ingatan bagus dari Kaniya mengenai seorang pria yang mendekatinya. Karena itu, tanpa sadar Kaniya langsung menaikkan kewaspadaannya terhadap pria tersebut. Walau nampak tidak sopan, akan tetapi pria itu terlihat tidak masalah dengan pandangan penuh kecurigaan dari Kaniya. Justru pria itu semakin melebarkan senyumnya dan memasang wajah yang ramah. “Aku lihat Nona nampak kelelahan dan membawa sebuah berkas. Jika boleh tahu, apakah Nona tengah mencari suatu pekerjaan?” tanya pria itu. Kaniya menoleh ke arah berkas lamaran pekerjaan yang sedari tadi dipangkunya. “Benar. Saya sedang mencari pekerjaan,” jawab Kaniya dengan jujur. “Apakah kau sudah menemukannya?” Pria itu nampak tertarik dengan topik pembicaraan mereka, sekaligus mencoba berhati-hati untuk tidak menyinggung perasaan Kaniya. Mendapat pertanyaan itu, tentu Kaniya hanya bisa menggelengkan kepala dengan raut wajah sendu. “Belum. Semua tempat yang saya kunjungi tidak ingin menerima saya, Tuan.” Jawaban tersebut membuat pria itu terkejut sekaligus tidak percaya. Tentu saja siapa yang akan percaya dengan jawaban itu ketika melihat sendiri bagaimana perfeksionisnya penampilan Kaniya saat ini, terlebih dengan wajah secantik itu. Kaniya jelas menunjukkan keinginan kuat untuk mendapatkan pekerjaan. Jika ada hal yang membuat gadis itu tidak diterima, maka ada kemungkinan karena mereka memiliki faktor khusus untuk menolaknya. “Sungguh? Pekerjaan seperti apa yang anda cari, Nona?” tanya pria itu ingin mencari tahu lebih lanjut mengenai pekerjaan yang diinginkan Kaniya. “Saya tidak ingin memilih-milih pekerjaan, Tuan. Melihat bagaimana sulitnya untuk saya mendapatkan pekerjaan, untuk saat ini saya hanya ingin mendapatkan pekerjaan dan menerima gaji untuk biaya hidup.” Ya, pekerjaan seberat apa pun akan Kaniya lakukan demi mendapatkan uang. Tentu saja dengan catatan pekerjaan itu memang aman untuk dirinya, karena Kalio jelas tidak akan mengijinkan Kaniya untuk melakukan pekerjaan yang berbahaya. “Kalau begitu, bagaimana kalau bekerja di tempat saya?” tawar pria itu tiba-tiba yang seketika membuat Kaniya membolakan mata lebar. Gadis itu jelas sekali terlihat tertarik dengan tawaran tersebut, akan tetapi juga tidak menyembunyikan ekspresi keraguan di wajahnya. Kaniya belum mengetahui pekerjaan apa yang sebenarnya pria itu tawarkan kepadanya. Tentu Kaniya tidak bisa langsung menyetujui tawaran pria itu. “Kau tenang saja, Nona. Aku bukan pria jahat. Aku bekerja di sebuah perusahaan ternama. Tentu saja aku tidak bisa menjamin untuk bisa menerimamu di sana karena seperti yang kau tahu, kita hanya orang asing, benar bukan?” Kanae mengangguk kecil membenarkan ucapn pria itu. “Aku hanya akan memberikan brosur dari perusahaanku saja. Kebetulan tempat itu membutuhkan seorang OB saat ini, karena staff sebelumnya tiba-tiba keluar dari pekerjaan. Di sana, kau perlu lolos dari beberapa tes yang perlu dilakukan sebelum perusahaan bisa menerimamu,” lanjut pria itu. Kini Kaniya mulai lebih mempercayai ucapan pria itu. Namun raut wajah penuh ketertarikan itu kemudian berubah menjadi sendu kembali karena mengingat sesuatu. “Tapi Tuan, Perusahaan ternama seperti itu, apa akan menerima riwayat pendidikan saya yang rendah ini? Bahkan perusahaan biasa belum tentu akan menerima lamaran pekerjaan saya, apa lagi dengan perusahaan besar seperti itu?” Mau tidak mau Kaniya menjadi pesimis dengan background pendidikannya yang rendah. Terlebih ketika dirinya mengingat seberapa banyak penolakan yang telah dia terima sejauh ini. Tempat biasa saja terasa begitu sulit untuk Kaniya masuki, apa lagi jika tempat itu merupakan perusahaan ternama seperti yang ditawarkan. Kaniya tidak percaya diri. “Kau tenang saja, Nona. Yang terpenting adalah kemampuanmu. Jika kau bisa melewati semua ujian itu, maka langkah selanjutnya tidak akan menjadi masalah berarti untukmu bisa memasuki perusahaan kami,” ucap pria itu dengan penuh yakin. Membuat Kaniya merasa sedikit lebih berharap. “Ini.” Pria itu memberikan sebuah lembaran berisi alamat perusahaan yang dibicarakannya. Kaniya menerima alamat tersebut dan memerhatikannya. “Datanglah besok pagi ke tempat ini, dan katakan saja kalau kau datang karena undangan dariku. Ah, namaku Barons. Tolong diingat, Nona. Aku masih ada pekerjaan yang menanti, karena itu sampai ketemu besok.” Pria bernama Barons itu nampak begitu lancar menjelaskan pada Kaniya, dan kemudian pergi meninggalkan Kaniya tanpa memberikan gadis itu kesempatan untuk berkata lebih. Dalam sekejab Kaniya kembali duduk seorang diri dengan sebuah lembaran kertas yang telah diterimanya. Membuat gadis itu cukup bingung sendiri. Meski begitu akhirnya Kaniya bisa tersenyum lega memerhatikan lembaran kertas yang mungkin saja akan membawanya ke tempat kerja yang baru. Kaniya menjadi tidak sabar untuk menunggu hari besok tiba. Dirinya kini beranjak pulang dari tempat itu dan tidak sabar untuk menceritakan hari ini pada Kalio. Anak itu pasti akan terkejut mendengarnya. Ini adalah kesempatan besar untuk Kaniya memperbaiki hidup mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD