Bab 3

1551 Words
Kaniya langsung menghela napas panjang dengan wajah lesu ketika mengingat kejadian mengerikan itu. Sungguh, itu adalah salah satu pengalaman yang paling membuatnya trauma. Jika Kalio tidak datang saat itu, Kaniya tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depannya lagi. Sejak itu Kalio benar-benar protektif kepadanya, bahkan hanya sekedar membuang sampah ke depan pun Kalio sering kali melarangnya. Pria itu lebih memilih menggantikan tugas Kaniya dalam membuang sampah ke depan dari pada harus membiarkan gadis itu pergi keluar, untuk menjadi sasaran empuk orang hidung belang di luar sana. “Tapi bukankah itu hanya aku yang sedang tidak beruntung saja? Kali ini aku akan melamar pekerjaan di agensi yang resmi, jadi kemungkinan seperti itu akan tidak terjadi lagi,” ucap Kaniya dengan lirih, sembari berusaha menghindari tatapan tajam dari Kalio yang mengarah kepadanya. Terlihat sekali bahwa anak itu sangat tidak suka dengan pemikiran Kaniya saat ini. Meski begitu, Kaniya juga bingung karena tidak bisa menemukan ide lain untuk mendapatkan uang, selain dengan melakukan cara itu. Keuangan mereka semakin menipis, terlebih dengan biaya sekolah Kalio yang harus segera dibayar untuk kelulusan dia. Tentu saja Kaniya tidak bisa memilih-milih pekerjaan seenaknya. Dirinya harus melakukan apa saja yang bisa dia lakukan demi masa depan Kalio. “Tidak perlu. Biar Kalio saja yang pergi kerja. Kakak tetap di rumah saja menunggu Kalio pulang,” ucap Kalio kemudian dengan mantap. Seolah pria itu sudah memutuskan jalan hidupnya dengan semudah itu. Membuat Kaniya langsung melotot tajam sekaligus tidak percaya pada pria itu. “Apa maksudmu itu, dasar bodoh! Bagaimana kau bisa berbicara semudah itu, Kalio?” tegur Kaniya dengan perasaan marah bercampur kesal. Jelas dirinya tidak senang mendengar ucapan Kalio tersebut. Masa depan Kalio masih jauh dan cerah. Dia pantas mendapatkan kesempatan lebih dibanding dengan Kaniya yang hanya menjadi beban keluarga sedari kecil. Kaniya selalu membuat masalah untuk orang tua mereka karena wajah cantiknya. Berbeda dengan Kalio yag sering kali menunjukkan prestasi yang membanggakan untuk orang tua mereka. Bagaimana bisa Kaniya membiarkan pria itu memutuskan jalan hidupnya semudah itu, hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua? Kaniya akan merasa malu jika dirinya harus berhadapan dengan kedua orang tuanya di Surga nanti. Kalio sendiri memalingkan wajahnya ke arah lain, menghindari tatapan tajam Kaniya yang nampak marah kepadanya setelah ucapan tadi. Kaniya selalu menjadi kelemahan Kalio sejak lama. Pria itu tidak ingin membuat Kaniya bersedih atau pun kecewa kepadanya, karena dirinya sangat menyayangi satu-satunya keluarga berharganya tersebut. Karena itu, mengetahui bahwa Kaniya akan merasa marah padanya setelah dirinya mengatakan hal itu, membuat Kalio tidak berani menatapnya. “Bagaimana dengan sekolahmu? Kurang setahun lagi dan kau akan lulus dari sekolah. Tapi lihat apa yang baru saja aku dengar? Kau ingin memutuskan untuk bekerja? Apa kau tidak memikirkan perasaan orang tua kita yang mengharapkan keberhasilanmu huh?” Kalio berbalik menoleh ke arah gadis itu kembali. “Tapi aku tidak ingin melihatmu menjadi super model, Kakak. Dunia hiburan seperti itu sangat tidak sehat dan tidak baik untukmu, Kak. Akan banyak bahaya yang harus kau hadapi, terlebih ketika kau harus berhadapan dengan banyak penggemar m***m atau rekan kerja lain yang ingin mendapatkan keuntungan padamu. Lihat saja waktu kau direkrut menjadi model saat dulu. Kau hanya berakhir ditipu oleh mereka yang ingin mendapat keuntungan darimu. Aku tidak akan ijinkan kau melakukan hal itu lagi. Tidak akan pernah!” jawab Kalio dengan tegas. Sungguh Kalio hanya ingin melihat Kaniya hidup dengan tenang dalam penjagaannya. Karena hanya Kaniya yang Kalio punya saat ini. Mendengar ucapan Kalio yang nampak begitu tidak setuju dengan keputusannya itu, membuat Kaniya tertegun di tempat. Kaniya menyadari bahwa Kalio benar-benar memperhatikan dirinya. “Aku tahu itu.” Kaniya menundukkan pandangannya ke bawah, merasa bersalah pada adik lelakinya itu. “Tapi bagaimana jika aku tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang lain, Lio?” gumam gadis itu dengan lemas memikirkan pekerjaan yang tidak kunjung didapatkannya. Kaniya merasa tidak berguna sebagai seorang kakak untuk Kalio karena tidak bisa memenuhi kebutuhan pria itu. Namun nampaknya Kalio berpikir lain. Sedikit pun Kalio tidak pernah memikirkan Kaniya seperti itu, sejak pria itu menyadari bahwa Kaniya adalah satu-satunya keluarga yang pria itu punya. Sejak awal, sejak dirinya masih begitu kecil, Kalio selalu menyayangi Kaniya. Ada saat di mana pria itu sempat menyalahkan Kaniya atas semua nasib buruk yang menimpa keluarga mereka. Namun setelah itu Kalio menyadari bahwa itu bukanlah kesalahan Kaniya. Itu hanya nasib buruk Kaniya yang membuat gadis itu menderita. Kalio jatuh mengasihani Kaniya, dan merasa bersalah pada gadis itu karena telah menyalahkan kematian kedua orang tua mereka padanya. Karena itu, Kalio bertekad akan melindungi gadis itu setelahnya, hingga nanti. Melihat perjuangan Kaniya yang ingin menjaga dirinya dan tiap kebutuhannya saat ini hingga gadis itu merasa terpuruk seperti ini, membuat Kalio merasa prihatin dan tidak tega. Kalio tidak pernah meminta Kaniya untuk menjaga dirinya. Kalio adalah seorang pria yang telah tumbuh dewasa. Dirinya bisa menjaga diri walau Kaniya tidak membantunya. Berkali-kali Kalio selalu mengatakan pada gadis itu bahwa dirinya baik-baik saja tanpa gadis itu berusaha keras seperti ini, tapi Kaniya tetap dengan pendiriannya. Kaniya selalu merasa bahwa itu merupakan tanggung jawabnya sebagai seorang Kakak, sekaligus Wali Pengganti untuk Kalio, karena itu dirinya harus berusaha keras untuk membantu memenuhi kebutuhan Kalio. Sayang, terlihat takdir tidak berjalan sesuai dengan keinginan Kaniya, sehingga membuat gadis itu merasa bersalah dan tidak berguna seperti ini untuk Kalio. Membuat pria itu menghela napas lelah melihatnya. Bukan karena Kalio ingin menyalahkan Kaniya atas ketidak mampuannya dalam menjaga kebutuhan mereka, melainkan Kalio merasa lelah karena Kaniya sering kali tidak mendengar ucapannya. Kalio hanya ingin Kaniya berada di dalam rumah saja. Terhindar dari pria-p****************g di luar sana yang sering kali mengincar dirinya, dan merasa aman dalam perlindungan Kalio. Diraihnya kedua tangan Kaniya dengan lembut dan mantap layaknya tangan besar dari seorang pria. Membuat Kaniya menoleh ke arahnya. Kalio menatap lurus gadis itu. “Kak, aku tidak perduli jika aku harus putus sekolah atau apa. Yang kupikirkan saat ini hanya keselamatan Kakak. Kau adalah satu-satunya keluarga yang kupunya. Kau adalah satu-satunya gadis yang kusayang. Bagaimana bisa aku membiarkanmu pergi ke tempat bahaya seperti itu, sementara aku hidup nyaman dan belajar di sekolah bersama teman-temanku? Aku tidak membutuhkan itu, Kak. Aku hanya ingin menjagamu. Kau tidak perlu khawatir. Jika kau tidak bisa melakukannya, maka biarkan aku yang melakukannya. Aku seorang pria. Aku bisa memenuhi kebutuhan kita. Yang kuinginkan hanya kau hidup tenang di rumah kita, dan menungguku pulang saja. Itu sudah cukup untukku. Apa kau mengerti itu, hm?” tutur Kalio dengan sepenuh hati. Untuk sejenak keduanya hanya saling memandang dan menyelami pikiran masing-masing lewat tatapan mata. “Apa kau ingin mengurungku di sini?” celetuk Kaniya dengan wajah polosnya. Seketika Kalio tersedak ringan karena ucapan polos itu yang membuat suasana penuh kasih di antara mereka menjadi hancur begitu saja. Kaniya memang gadis yang dewasa. Namun tingkahnya yang kelewat polos terkadang membuat Kalio merasa lucu dan gemas sendiri. “Khekhekhe jika boleh jujur, aku ingin melakukan itu,” jawab Kalio dengan wajah tanpa rasa bersalah, membuat Kaniya melototkan mata kembali padanya. “Hei! Mana bisa begitu?!” protes Kaniya dengan wajah cemberut kesal, membuat Kalio mengulum senyumnya. “Tapi aku sungguh ingin melakukannya, Kak. Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku tiap kali kau pergi ke luar rumah. Aku merasa ingin menguncimu saja di sini. Dengan begitu aku bisa merasa tenang,” balas Kalio melepaskan pegangan tangannya. Pria itu beralih meraih gelas air dan mengisinya dengan air mineral hingga penuh. Lalu meneguknya sedikit demi sedikit dengan santai. “Tapi aku tidak mau itu! Aku juga mau menghirup udara segar,” sungut Kaniya menatap Kalio. “Aku bisa mengajakmu keluar. Kita bisa pergi bersama di taman.” Kalio terlihat tidak ingin mengalah. Pria itu nampak menikmati reaksi yang ditunjukkan Kaniya saat ini. “Apa kau pikir aku seekor anjing? Kau hanya membawaku jalan-jalan di taman atas persetujuanmu saja?” “Hahaha kau lucu, Kak. Apa kau tidak melihat bagaimana raut wajahmu saat ini? Kau seperti anjing.” Kalio tidak bisa menahan tawanya kembali. Menggoda Kaniya adalah suatu kesenangan tersendiri untuknya. Kaniya sendiri hanya bisa memicingkan kedua matanya menatap Kalio, setelah menyadari bahwa topik pembicaraan mereka berubah menjadi konyol seperti ini. “Apa pun itu. Yang jelas, untuk saat ini, Kakak hanya akan tetap berusaha mendapatkan pekerjaan—“ “Tidak untuk pekerjaan itu!” Potong Kalio dengan tegas, dan membuat Kaniya seketika terkejut dan reflek menutup mulutnya menatap pria itu. Kalio terlihat benar-benar tidak suka melihat Kaniya tertarik dengan dunia hiburan seperti itu. “Iya, iya, aku tahu. Aku akan mencari pekerjaan yang aman. Aku janji,” balas Kaniya melanjutkan ucapannya. “Karena itu, aku harap kau juga fokus dengan sekolahmu, Kalio. Aku hanya berharap kau bisa lulus sekolah dan menjadi pria dewasa yang baik sesuai harapan kedua orang tua kita. Apa kau mengerti itu?” lanjut Kaniya dengan tatapan lembut pada Kalio. Membuat pria itu tertegun mendengarnya, lalu ikut melempar senyum simpel membalas senyuman Kaniya. “Aku tahu. Aku akan melakukannya. Tapi berjanjilah padaku, kau tidak akan memaksakan dirimu, dan jangan ragu untuk bersandar padaku. Kau tahu, hanya kau satu-satunya yang kupunya bukan? Dan hanya aku satu-satunya yang kau punya.” Kalio mendekati Kaniya lagi. Memegang bahu kecil gadis itu dengan ringan. “Kita harus hidup bersama, Kakak.” Mendengar itu membuat Kaniya melebarkan senyumnya untuk Kalio. Kaniya merasa bersyukur karena Kalio masih berada di sisinya. Karena hanya Kalio satu-satunya harapan Kaniya untuk tetap bertahan hidup dan berjuang sampai saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD