Anakku Yang Malang

1152 Words
Der, maaf aku baru menghubungimu sekarang,tadinya aku tidak ingin mengganggu konsentrasimu.Pasti saat ini kamu sudah sibuk syuting dan promo sana sini.Aku doakan semoga kamu berhasil. Namun aku mohon maaf, kali ini benar-benar mengganggumu.Setelah sembilan bulan kita tidak pernah berkirim kabar sama sekali tiba-tiba aku harus mengabari jika saat ini aku sedang hamil, usia kandunganku sudah waktunya melahirkan,Der. Namun dokter mengatakan keadaan bayiku sungsang dan harus di operasi,untuk kali ini aku mohon bantu aku. Aku sebenarnya tidak mencemaskan operasinya, tapi aku mencemaskan anak kita,Der.Aku akan melahirkan dua hari lagi di rumah sakit POLRI, akau mohon kamu datang, jemput anak kita,Der.Jangan sampai bayi kita dibawa ke panti asuhan karena aku masih dalam masa tahanan.Aku harapkan kehadiranmu menjemput bayi kita,terserah kau mengaku siapa nanti kepada dokter, rawat bayi kita sampai aku bebas dari sini.Aku mohon! Cahaya melipat surat tersebut dan memasukkannya kedalam sebuah amplop berwarna putih.ia akan menitipkan amplop itu ke petugas yang berjaga. Ia mengusap perut besarnya sambil memeluk selimut hello kitty yang ia buat sendiri, untuk bayinya jika sudah lahir kelak. "Tumbuhlah dengan sehat, anakku.Dua hari lagi kamu akan ketemu ayah.Jaga kesehatan dan jangan lupakan ibumu ini ya nak." Bisik Cahaya sambil mengusap usap perut besarnya. Dua hari kemudian, Brangkar yang membawa Cahaya sudah sampai di ambang pintu ruang operasi, tapi ia tidak melihat orang yang ia harapkan kehadirannya di sana. "Tunggu suster, aku masih menunggu seseorang."Ucapnya ketika perawat hendak mendorong brangkar itu kembali. "Kamu sudah terlalu lama menunggu Cahaya, jadwal mu sudah di tetapkan dan kamu tidak bisa menunda lagi."Balasnya. ''Ku mohon Sus, ayah bayi ini akan datang untuk menyambut kelahirannya. " "Nanti akan kami sampaikan padanya jika operasimu sudah berjalan, dan akan ada perawat yang memberitahukan ayah bayimu." Akhirnya Cahaya tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia pasrah sekarang seiring dirinya yang di dorong masuk dan perlahan pintu ruang operasi itu tertutup. Beberapa jam kemudian, Cahaya membuka matanya,saat sudah di ruang perawatan, ia meraba perutnya yang sekarang sudah kembali rata, menoleh ke kanan dan ke kiri tidak ada seorangpun di sana untuk menungguinya, air matanya tiba-tiba berjatuhan meratapi nasibnya saat ini yang benar-benar sebatang kara. Hingga kemudian seorang perawat datang untuk memeriksa keadaanya. "Kau sudah sadar Cahaya?'' tanya perawat itu. "Sus, dimana bayiku? apa ayahnya sudah datang?" tanyanya dengan lemah. Perawat itu terdiam,lidahnya kelu menjawab pertanyaan wanita yang baru saja berjuang untuk melahirkan bayinya itu. "Cahaya, itu..."Balas perawat tersebut. "Ada apa sus, putriku baik-baik saja kan? bayiku mana sus?''Tanya Cahaya sudah mulai curiga dengan gelagat sang perawat.Bahkan ia sampai bangun dari pembaringanya, tapi tiba-tiba ia merasakan nyeri di area perutnya. ''Cahaya!tenang Cahaya...nanti jahitanmu robek.Kau belum pulih." Balas Perawat. "Aku ingin bertemu bayiku, sus.Dimana dia? apa sudah sama ayahnya atau belum? katakan sus! katakan!" Tanya Cahaya sudah panik bahkan hendak bangun kembali. "Baik akan aku katakan." Perawat tersebut tampak menghela napas sebentar,sebelum akhirnya ia berucap. "Bayimu dinyatakan meninggal setelah di dilahirkan Cahaya, dia terlilit tali pusar terlalu lama,saat dokter mengangkatnya dari rahimmu, dia sudah tidak bisa bertahan." kata perawat tersebut. Cahaya membelalakan matanya, tekejut dengan perkataan perawat tersebut. "Apa? tidak mungkin, sus.Pemeriksaan terakhir mengatakan bayiku baik-baik saja, hasil USG pun mengatakan tidak ada yang aneh selain posisinya yang sungsang,kenapa jadi begini sus, kenapa?" Cahaya menarik ujung baju sang perawat dengan tangisanya yang tersedu-sedu. Meratapi nasib bayinya yang tiba-tiba saja meninggal setelah di keluarkan dari dalam perutnya.Sungguh tangisan itu amat menyayat hati, hingga pasien yang satu ruangan dengannya pun ikutan menangis. 3 hari kemudian, Cahaya sudah pulih dari paska operasinya,dan selama tiga hari itu pula Deri yang diharapkan kehadirannya tidak tampak batang hidungnya. Ia hanya bisa mengobati rasa rindunya pada sang kekasih lewat televisi yang ada di ruang rawatnya. Saat ini ia sudah bersiap-siap akan kembali ke lapas, petugas pun sudah berada di luar ruangan untuk menjemputnya. "Kau sudah siap Cahaya?" tanya salah satu sipir yang menjemputnya. Wanita itu mengangguk, meski lemah. Petugas sipir tersebut menghela napasnya, ia tahu perasaan wanita itu yang baru saja kehilangan anaknya, masih teringat tiga hari yang lalu saat ia mengantar wanita itu ke rumah sakit, Cahaya dalam keadaan ceria dan girang karena akan melahirkan, tapi sekarang wanita itu seolah tak punya semangat hidup sama sekali. "Bu, sebelum kembali ke lapas, apakah aku boleh melihat mayat bayiku, karena dari kemarin kondisiku yang belum pulih dan tidak di izinkan."Tanya Cahaya dengan lirih. "Maaf Cahaya, mayat bayimu sudah di ambil oleh seorang wanita paruh baya, ia mengatakan jika dirinya adalah nenek dari bayimu, namanya bu Asih." "Apa? bu Asih?" Petugas sipir tersebut mengangguk. "Ayo kita kembali ke lapas sekarang!" Akhirnya mau tidak mau Cahaya kembali di giring ke dalam mobil tahanan meninggalkan tempat kenangan yang amat menyakitkan itu. Sungguh hatinya benar-benar hancur saat ini, berharap bayinya akan baik-baik saja setelah lahir yang terjadi justru sebaliknya.Di dalam mobil pun wanita itu kembali menangis tersedu-sedu sambil memeluk baju bayi bercorak hello kitty yang ia buat bersama selimut bayi kemarin. Dan disinilah Cahaya sekarang, Setelah lima tahun berlalu ia baru bertemu dengan pusara bayi kecil yang di beri nama Naura. tidak ada nama Binti di belakang nama itu karena status ibunya yang belum menikah.Wanita itu kembali tersedu-sedu mengingat kenangan saat perutnya masih berisi bayi mungil itu, bahkan foto USGnya pun masih ia simpan. "Aku sudah menempati janjiku,Cahaya.Sekarang waktunya kau juga menepati janjimu,jauhi Deri!" Setelah mengatakan itu bu Asih pergi meninggalkan Cahaya sendirian di sebuah pemakaman umum, ia melewati sebuah mobil hitam yang tengah terparkir di pinggir jalan. Tanpa ia sadari Sejak dari pasar tadi Dimas mengawasi keduanya dan membuntuti sampai ke tempat ini.Dan seperti biasa pria itu akan melaporkan apapun penemuanya tentang Cahaya pada atasanya tersebut. Dan di kantor, Bintang menatap foto Cahaya yang sedang menangis diatas pusara bayi itu, jika saja dia bukan pembunuh Rindu, mungkin Bintang akan bersimpatik pada wanita malang itu, tapi sayang wanita itu adalah penyebab kehancuran dirinnya saat ini. "Ini tidak sebanding dengan apa yang aku rasakan,Cahaya!" Ucapnya. *** Cahaya sudah berdiri di gedung perkantoran milik Bintang, untuk menjalankan hari pertama sebagai karyawan disana.Ia langsung menghadap HRD untuk menanyakan tugasnya sekarang.Namun begitu ia menghadap.Dirinya langsung di sambut dengan tatapan sinis oleh semua orang. "Kamu kerja disini dengan pakaian seperti,memang apa pendidikanmu?" tanya salah seorang karyawan di sana. Cahaya menatap keadaan dirinya yang memakai kemeja putih dan celana hitam, tidak sebanding dengan para karyawan baru yang berpenampilan menarik. "Saya..." ucap Cahaya sambil menunduk. "Apa HRD buta, nerima orang kaya gini? bukanya seleksi masuk kesini ketat ya?'' tanya nya. "saya juga tidak tahu, mba." Jawabnya. "Hei kamu gak mungkin diterima disini dengan cuma-cuma, pantesan saja temanku kemarin gak masuk jangan jangan posisi temanku di curi olehmu, kamu nyuap HRD biar keterima disini?" tanyanya lagi. Cahaya menggeleng,"Tidak mba, saya gak mungkin nyuap HRD hanya untuk masuk kesini, mana mampu." "Apa kamu bilang? nyuap HRD? kamu nuduh saya dapat suap dong dari karyawan baru agar diterima di sini? kurang ajar!" ''PLAK...!" Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Cahaya, hingga membuatnya jatuh tersungkur tepat di kaki seorang pria. Cahaya langsung mendongakkan wajahnya dan melihat seseorang yang ia kenali sedang berdiri tepat di hadapannya. "Kau?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD