Jadi Pelayan Pribadi

1212 Words
Cahaya menelan ludahnya dengan kasar saat melihat pria yang pernah memarahinya tanpa alasan beberapa waktu lalu, kini sudah berada di hadapannya. Bahkan ia sedang menyentuh kakinya. "Apa yang terjadi disini?" tanya Bintang dengan tatapan dingin. Semua orang menunduk ,merasa takut dengan kedatangan pemilik perusahaan dengan sangat tiba-tiba itu, hingga akhirnya kepala bagian HRD langsung menghampiri BIntang. "Maaf Tuan Bintang, perempuan ini tadi menuduh saya meminta uang suap dari karyawan baru agar diterima disini."Jawabnya sedikit takut. "Apa kamu merasa?''Tanya BIntang lagi dengan dingin. HRD itu menggeleng,''Ti-dak tuan"Jwabnya dengan sedikit terbata-bata." "Lalu kenapa kau harus tersinggung, apa seperti itu sikap seorang Hrd pada karyawan baru?" "Maafkan saya Tuan."Balasnya. Bintang hanya menghela napasnya, kemudian kembali berkata. ''Wanita ini akan jadi pelayan pribadiku, tidak boleh ada yang mengusik orang ini atau kalian akan tahu akibatnya." "Baik Tuan." "Dim, kau atur semuanya!" Setelah mengatakan itu, Bintang berlalu dari hadapan mereka semua kembali keruanganya.Semantara Dimas tetap tinggal disana. "Kalian sudah dengar kan apa yang tuan Bintang katakan?" tanya dimas. "Mengerti tuan."Jawab semua karyawan dengan serempak. "Kalau begitu kenapa kalian masih ada disini? cepat kerja atau ingin aku pecat!' Mereka langsung lari terbirit-b***t meninggalkan Dimas menuju ke posisi masing-masing.Sementara Cahaya yang belum tahu tugasmnya apa hanya berdiri dengan bingung sambil melihat mereka semua. "Kau ikut aku."Ucap Dimas pada Cahaya,saat terlihat wanita itu yang bingung. "Baik tuan." Lima belas menit kemudian, Cahaya mengikuti Dimas yang membawanya ke sebuah ruangan dia lantai paling atas, ia juga telah berganti baju dengan seragam OB,tapi yang anehnya seragam yang ia kenakan beda dengan seragam OB di perusahaan itu. Perlahan Dima yang di ikuti oleh Cahaya masuk kedalam, dan rupanya Bintang telah menunggu di meja kerjanya. "Tuan." ucap Dimas sambil membungkukkan setengah badanya. Bintang memperhatikan Cahaya dari ujung kaki sampai ujung kepala, sudut bibirnya tertarik keatas.Sedangkan Cahaya, wanita itu masih tertunduk, dan hanya bisa mengintip sedikit saja pria yang sangat menyeramkan itu menurutnya. "Mulai saat ini kau menjadi pelayan pribadi, mengurus segala kebutuhanku dan melayaniku.Satu hal lagi, aku tidak ingin kamu membuat satu kesalahan apapun dan au hanya cukup menanyakan apapun pada Dimas. Jam kerjamu dari pukul 9 pagi sampai aku pulang kantor, mengerti?" Cahaya mengangguk, "Mengerti,Tuan."Jawab Cahaya dengan sedikit takut. "Bagus, tugas pertamamu, buatkan aku secangkir kopi, kau bisa tanya pada Dimas seperti apa kopi yang ku inginkan!" Perintah Bintang. "Baik Tuan." jawab Cahaya lagi. Dimas membawa Cahaya ke sebuah pantry yang masih satu ruangan dengan ruangan Bintang, hanya terdapat sekat kecil saja, ia menjelaskan apa saja kopi dan takaran gula yang di sukai oleh Bintang pada wanita itu. "Sekarang kau mengerti kan? Tuan selalu ingin kopinya diseduh dengan air panas tapi di sajikan saat sudah hangat. Jadi diamkan dulu sebentar sampai kopi itu hangat baru kau membawanya ke meja tuan!" "Baik."Balas Cahaya. Sepeninggalan Dimas, Cahaya mulai melakukan tugasnya yaitu membuatkan kopi untuk tuannya, hatinya bersyukur karena sudah mendapatkan pekerjaan. "Semoga aku betah disini."Bisiknya lirih sambil mengaduk-aduk kopi yang baru saja ia seduh. Secara perlahan ia membawa nampan kehadapan Bintang yang saat ini tengah berkutat dengan pekerjaanya. "Tuan, ini kopi anda." ucap Cahaya dengan lirih. BIntang yang sedang fokus dengan banyaknya lembar kertas di meja kerjanya, hanya melirik dengan sekilas. Tanpa menjawab Cahaya yang masih berdiri di hadapanya. Karena tak mendapat tanggapan dari pria itu, Cahaya memutuskan untuk kembali ke pantry, tapi belum juga sampai tiba-tiba terdengar suara Bintang yang keras. "Siapa yang menyuruhmu untuk pergi?"Ucapnya. Cahaya segera berbalik badan dan menatap tuanya dengan takut. "Saya.." "Berdiri disini sampai aku menyuruhmu untuk pergi!" Ucap Bintang lagi dengan mata nyalangnya. "Ba-ik tuan." Cahaya buru-buru mendekat kembali kearah BIntang dan berdiri di samping meja kerja pria itu.Dan Bintang pun kembali fokus pada pekerjaanya. Satu jam, dua jam wanita itu terus berdiri tanpa duduk sama sekali, rasa kantuk pun mulai menjalar, ia akan terperanjat ketika BIntang memperingati untuk berdiri tegak atau ada yang masuk kedalam ruangan pria itu. Dan hari itu benar-benar dilalui Cahaya hanya dengan berdiri dan akan bergerak jika Bintang sudah menyuruhnya atau pergi keluar ruangan. "Aishhh kerjaan macam apa ini?" Keluhnya ketika pria arogan itu sedang tidak ada di tempat. Namun, meskipun mengeluh Cahaya tetap bersyukur sudah diterima kerja di sana, karena dengan begitu ia bisa menyambung hidup sekaligus membayar hutangnya pada Deri. Beberapa hari kemudian, "Kau apa yang kau lakukan disini?''Tanya Alviana tiba-tiba muncul ketia Cahaya sedang membersihkan meja kerja Bintang yang tengah berantakan.Kebetulan pria itu masih ada di luar kantor. Cahaya tertegun ketika sekali lagi mendapati Alviana datang berdua bersama Deri, kekasihnya. Namun beberapa tak lama kemudian, ia menganggap itu wajar, karena beberapa film yang dibintangi oleh Deri dan Alviana adalah hasil produksi perusahaan Bintang. "Saya..." Ucap Cahaya sedikit ragu, ia sadar jika wanita itu adalah istri dari atasannya dan ibu dari gadis kecil yang bernama Mina.Ah sungguh, Cahaya jadi merindukan gadis mungil itu. "Cahaya kerja disini jadi pelayan pribadi tuan muda."Kata Dimas tiba-tiba saja sudah muncul di balik pintu. Deri dan Alviana yang awalnya menatap kearah Cahaya langsung berbalik badan dimana Dimas sekarang berdiri. "Pelayan pribadi?'' Tanya Via tak mengerti. Setahunya setelah Rindu meninggal pria itu tidak mengizinkan wanita manapun untuk berada didekat pria itu, bahkan dirinya juga. Mereka hanya bisa berdekatan ketika ada keperluan saja. "Ya betul, Cahaya pelayan pribadi tuan Bintang.Dia yang mengurusi ruangan ini supaya tetap bersih, selain itu Cahaya juga yang membuat minuman tuan,agar tidak terjadi peristiwa yang sudah-sudah."Ucap Dimas dengan datar,Lain halnya yang terlihat oleh via. Wanita itu langsung pucat pasi dan jadi salah tingkah mendengar penjelasan dari asisten Bintang itu. "Lalu dimana BIntang?" tanya Via mengalihkan pembicraan.Sementara Deri, pria itu hanya berdiri saja, tak ingin berkomentar apapun.Dia fokus melihat pada Cahaya, dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku disini." Balas Bintang tiba-tiba saja muncul kedalam ruangan. Pria itu tak menoleh sedikitpun pada semua orang yang kini sedang melihatnya .Bintang langsung duduk di kursi kebesarannya di ikuti oleh semua orang di sana. "Ada apa?'' Tanya Bintang to the point. " Tidak, aku hanya ingin menanyakan proyek yang baru, apakah kami masih di pakai untuk bintang utama?" Tanya Alviana, tapi pikirannya entah ada ada dimana saat ini. Apakah sedang tertuju pada wanita yang saat ini ada di pantry pribadi?Entahlah. "Aku belum bisa memastikan itu, lagipula kau jangan terlalu serakah,Via.Semua proyek selama lima tahun ini kau dan Deri yang jadi bintangnya, tidak inginkah kau liburan sejenak untuk rileks? dan juga memberi kesempatan pada juniormu untuk menonjolkan bakat mereka?" tanya BIntang, pria itu bersandar pada kursi kebesarannya sambil memainkan pena dengan kedua tangannya. Alviana terkekeh," Bukankah jika sudah berada diatas, kita harus tetap mempertahankannya jangan sampai jatuh kebawah? itu yang ku lakukan saat ini." "Apakah kau juga begitu,Deri? atau karena kamu adalah anjing yang menuruti kemauan majikanmu saja?'' Deri langsung mengepalkan tangannya kuat, hampir saja dirinya meledak, jika tidak di cegah oleh Via secara diam-diam di bawah meja dengan memegangi lengan pria itu. "Tentu saja tidak, bukankah seharusnya aku juga melakukan hal yang sama? benar apa yang diucapkan Alviana, aku juga harus mempertahankan bintangku agar tetap bersinar. Bintang terkekeh, jangan dikira dirinya tidak tahu apa-apa tentang hubungan Deri dan Alviana, ia hanya tidak ingin ikut campur dengan urusan wanita itu. "Tapi sepertinya kali ini keinginan kalian tdak akan tercapai, aku memberikan kalian liburan, dan untuk poyek berikutnya aku sudah menetukan siapa yang akan bermain." Balas Bintang sambil melirik kearah Cahaya.Baik Via maupun Deri pun menyadari lirikan Bintang yang penuh arti itu. Keduanya sama sama menahan perasaan yang tidak bisa diartikan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD