Pertemuan Bintang dan Cahaya

1172 Words
Cahaya tertegun melihat pria tampan yang sedang memeluk Mina saat ini, ia seperti pernah melihat pria itu, tapi entah dimana.Cahaya sendiri lupa. "Papa, Mina ditinggal mba Ira disini."Anak perempuan itu mengadu pada Papanya tentang kelakukan sang pengasuh yang berani meninggalkannya di tempat ramai seperti itu. "Kamu yakin mba yang ninggalin kamu, bukan kamu yang ninggalin dia?" Tanya Bintang. Mina menunduk dengan kepala yang menggeleng. "Mina, papa tidak suka anak yang suka bohong."Kata pria itu. ''No papa, Mina gak bohong."Balasnya. Cahaya yang melihat Mina yang hampir menangis itu jadi terenyuh. "Pak maaf sepertinya putri bapak tidak berbohong."Kata Cahaya. Bintang yang sedang berbicara dengan Mina langsung menatap tajam kearah Cahaya, hingga membuat wanita itu sedikit bergidik melihatnya. "Tau apa kamu soal anakku, Hah! Atau jangan-jangan kamu yang mempengaruhi Mina untuk berbohong?" Tanya Bintang dengan tajam. Cahaya tentu saja menolak dengan ucapan pria itu. "Enggak pak,saya gak bohong."Balas Cahaya. "Diam kamu! Aku sangat tahu wanita sepertimu itu seperti apa, jadi aku peringatkan jangan coba-coba mengajari putriku untuk berbohong."Balas Bintang dengan jari yang terus menunjuk kearah Cahaya,membuat wanita itu sedikit memejamkan matanya,dan di saat seperti ini BIntang jadi diam. Pria itu terpana melihat wajah cantik tanpa polesan make up itu. Alis tebal dan bibir tipis serta hidung mancung milik Cahaya.Hingga beberapa detik kemudian ia tersadar dan akhirnya ia menghempaskan tangannya sendiri. "Dengar, jangan coba-coba untuk mempengaruhi Mina, jika tidak ingin aku jebloskan kedalam penjara!" Setelah mengatakan itu,Bintang langsung menggendong Mina dan membawanya pergi dari sana. Sementara Cahaya hanya melihat pria yang marah-marah padanya tanpa alasan itu, dengan geleng-geleng kepala. "Kok ada ya orang kaya gitu?bukanya terima kasih anaknya udah di jagain, ini malah marah-marah gak jelas."Kata Cahaya mengomel sendiri. *** BRUKKKK! Ira tersungkur di lantai di depan rumah besar milik Bintang itu, wanita itu baru saja menerima sangsi atas kelalaiannya yang meninggalkan Mina di keramaian, hanya karena tiba-tiba mendapati pacarnya yang berselingkuh, lantas ia pun membuntuti pacarnya tersebut,tanpa sadar jika dirinya sedang menjaga Mina. "Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja."Kata Ira sambil merangkak mendekati kaki Bintang,memohon ampun pada atasannya itu. "Kau pikir setelah meninggalkan Mina di sana, aku akan mudah memaafkanmu? tidak!"Ucap BIntang dengan keras. Sedangkan Ira yang menyesal hanya bisa sesenggukan menyadari kesalahanya itu. "Ampun tuan, saya tidak akan mengulangi lagi perbuaan saya."Balas Ira. Namun BIntang hanya tertawa sinis. "Tidak ada lain kali, mulai saat ini kau aku pecat.Pergi dari sini dan akan aku pastikan jika semua yayayasn tidak akan ada yang menerimamu!" Ira tercengang beberapa pekerja yang ada disana pun tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih mereka takut jika bernasib sama seperti pengasuh itu. "Tidak tuan, jangan lakukan itu.Maafkan saya, tolong jangan pecat saya."PIntanyanya. Namun kesalahan itu bagi Bintang sudah sangatlah fatal, ia tidak bisa mengampuni hal yang semacam itu,Tanpa menoleh dirinya menaiki anak tangga menuju kamarnya tanpa peduli sedikitpun pada Ira yang berteriak memohon untuk tidak di pecat. Bintang masuk kedalam kamar sang putri terlihat wajah damai yang mengisi hari-hari sepinya kini tengah terlelap sambil memeluk bantal hello kitty kesayangannya. "Papa bingung harus bagaimana sayang, beruntung kamu baik-baik saja." Bisik Bintang lirih, sambil mengusap wajah Mina di mulai dari alis, mata, hidung dan pipi.Tanpa sadar Bintang tersenyum. Setelah keluar dari kamar Mina, Bintang langsung masuk kedalam kamarnya, terlihat Alviana yang sedang duduk di depan cermin rias sedang menyisir rambutnya. Bintang tak menghiraukan wanita yang sudah resmi jadi istrinya itu, dengan acuh ia langsung masuk kedalam kamar mandi. Dibawah guyuran shower, pria itu termenung sendiri.Tiba-tiba saja bayangan dirinya yang sedang menunjuk Cahaya terlintas kembali di dalam otaknya. Bagaimana ia melihat wajah, alis dan mata yang begitu natural itu. "Sadar Bintang,dia orang yang sudah membunuh Rindu, sekarang waktunya kamu membalaskan dendam dengan tanganmu sendiri."Bisik Bintang setelah sadar dari lamunannya itu. Pria itu keluar dari kamar mandi,dengan stelan piyama lengkap, di lihatnya Alviana masih di tempat yang sama menunggunya,bahkan wanita situ hanya mengenakan lingeri tipis yang sangat menerawang.Berharap Bintang akan tergoda olehnya. Namun yang terjadi justru sebaliknya.Bintang melewati Alviana, mengambil selimut serta bantal.Alviana yang melihat itu akhirnya naik pitam. "Mau smpai kapan kau memperlakukan aku seperti ini,BIntang.Ini sudah lima tahun kita jadi suami istri,tapi kau tetap seperti ini?" Tanya Alviana dengan emosi. BIntang yang hendak keluar kamar akhirnya berbalik badan dan terkekeh. "Lalu apa maumu Via, bukankah aku sudah menuruti apa yang kau mau lima tahun lalu yaitu menikahimu,tapi jangan berharap aku akan berbagi ranjang denganmu."Balas Bintang lagi. "Kenapa,Bi.Apa kurangnya aku di matamu, hem?kenapa aku selalu kalah dari wanita sialan itu,Bintang.Kenapa?" Alviana yang sudah emosi menarik kerah piyama BIntang dengan kuat, menyalurkan rasa sedih dan marahnya karena pria itu yang tidak menghargainya sama sekali. BIntang melempar bantal dan selimut yang ia pegang, kemudian mencekik leher Alviana. "Kau tidak perlu memelas minta nafkah batin dariku,Alviana.Bukankah pria itu sudah cukup jadi pemuasmu?Lagipula apa kau pikir aku sudi berbagi kehangatan dengan w************n sepertimu,tidak! Rindu lebih baik darimu yang murahan." Alviana menahan rasa sesak yang saat ini tengah di cekik oleh suaminya itu, bahkan air matanya sudah menggenang sejak tadi. "Bintang lepaskan aku.."ucap Alviana dengan tersendat-sendat. "Kau bisa masuk penjara karean membunuhku." Lanjutnya. Akhirnya Bintang menghempaskan tubuh Alviana keatas kasur, wanita itu terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya, terlihat jelas bekas merah dileher jenjang wanita itu, tapi tak pria itu pedulikan. "Aku peringatkan padamu,Via.Jaga batasanmu! KIta hanya menikah diatas kertas. Aku menjaga reputasimu di luar sana, dan kau jaga batasanmu padaku." Setelah mengatakan itu, Bintang keluar dari kamar dan membanting pintu hingga membuat Alviana terperanjat. Ditengah kemarahanya ia melempar semua barang-barang yang ada di atas nakas dan meja rias. "Bintang Brengsekkkk,Rindu si4l4n. Tunggu saja Bintang aku tidak akan kalah dari wanita yang sudah mati. Suatu saat kau akan jadi milikku,ingat itu!" Ucap Alviana sambil memegang erat sprei yang sudah tak berbentuk itu. Setelah menumpahkan kekesalanya pada barang-barang di dalam kamar, Alviana kemudian menghubungi seseorang. "Halo... aku butuh kamu, datang ke tempat biasa sekarang." Alviana mematikan ponselnya tanpa mendegar jawaban dari orang di ujung sana, ia langsung berganti baju dan bergegas pergi. Sementara itu. Deri baru saja menutup panggilan saat Cahaya baru saja keluar dari dapur dengan ayam kecap manis yang asapnya masih mengepul.Pria itu langsung menoleh saat menyadari kehadiran Cahaya. "Ada apa?"Tanya Cahaya saat melihat raut muka cemas di wajah Deri. "Ya.. aku harus pergi sekarang, maaf aku tidak jadi makan malam.Barusan sutradara menghubungiku untuk datang ke lokasi syuting."Kata Deri beralasan. "Tapi kamu kan belum makan?''Ujar Cahaya sedikit keberatan. "Tidak apa-apa aku makan di lokasi saja.Aku pergi ya." Tak ingin di tanya lebih dalam lagi Deri langsung pergi meninggalkan Cahaya, bahkan tak menunggu jawaban dari wanita itu apakah mengizinkanya untuk pergi atau tidak. Dan setelahnya Cahaya hanya bisa menatap nanar hidangan yang sudah tersaji di meja makan, rencananya ia akan membahas masa depan keduanya setelah makan, Namun sepertinya niat itu akan diurungkan saat melihat Deri yang tergesa-gesa pergi. Deri menempelkan sidik jarinya di depan pintu sebuah apartemen, beberapa detik kemudian terdengar bunyi klik, pertanda pintu sudah terbuka secara otomatis.Lalu ia langsung masuk kedalam. Alviana langsung menyambutnya dengan ciuman di bibir,melumatnya habis-habisan, hingga membuat Deri kewalahan, Bahkan dengan tergesa-gesa wanita itu langsung membuka kemeja yang membungkus tubuh Deri dan dirinya lalu merebahkan pria itu di atas tempat tidur. "Berikan aku anak, Deri." "Apa?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD