Pertemuan Deri dan Cahaya setelah sekian tahun

1237 Words
Bintang melihat dari kejauhan ketika Cahaya keluar dari pintu lapas.Wanita itu tampak lebih kurus dari enam tahun yang lalu saat Bintang melihatnya di kantor polisi. Terlihat wajah muram dan penuh kesedihan di sana, namun tak Bintang hiraukan.Karena baginya wanita itu tetap wanita jahat yang sudah membunuh Rindu, apapun alasannya. Dan ketika Cahaya yang berjalan melewati mobilnya dengan pelan, ingin sekali rasanya pria itu turun lalu mencekik lehernya, melampiaskan rasa marahnya selama ini yang belum ia luapkan sepenuhnya pada wanita itu. Ya Bintang bertekad akan membalaskan dendamnya langsung kali ini, lewat tangannya sendiri. Ketika Cahaya sudah naik kedalam angkutan umum yang lewat di sekitaran lapas khusus perempuan itu,Bintang dengan pelan mengikuti wanita itu pergi.Hingga kemudian mobil itu berhenti di sebuah perkampungan padat penduduk. Cahaya masuk kedalam gang sempit dimana kendaraan roda empat tidak bisa masuk kedalam sana, karena hanya pas untuk dua orang, mau tidak mau pria itu turun dari mobil dan mengikuti Cahaya dengan berjalan kaki. Cahaya telah sampai di sebuah rumah minimalis, namun tidak terawat. Kata para penduduk yang tinggal di sana, pemilik rumah sudah meninggal lima tahun yang lalu dan sang cucu juga pergi entah kemana. Dan orang tersebut adalah Cahaya. Cahaya membuka pintu rumah dengan pelan, terlihat di sana posisi sofa dan perabotan lain dengan posisi masih sama seperti saat terakhir ia meninggalkan rumah ini. Dirinya langsung menangis tersedu-sedu saat melihat foto sang nenek yang masih terpajang di dinding ruang tamu, ia begitu menyesali saat terakhir wanita tua itu dirinya tidak ada di sampingnya, Karena kondisinya yang masih di dalam sel. Ia juga tidak mendapatkan izin untuk menghadiri pemakaman sang nenek. "Maafkan Neng ya nek, Neng bukan cucu yang baik untuk nenek.Bahkan sampai akhir hayat pun nenek sendirian." ucap Cahaya sambil mengusap foto usang itu. Tiba-tiba saja sebuah tangan sudah menyentuh pundaknya, Cahaya yang masih menangis itu sedikit terlonjak kaget,ia langsung menoleh dan mendapati bu Yati, tetangga yang sangat baik padanya selama ini, sudah berdiri di belakangnya. "Ini kamu, Ya?" tanya Bu yati terharu. "Ibu. " Cahaya langsung memeluk tubuh wanita paruh baya yang sudah ia anggap sebagai ibunya itu, tangisnya kembali pecah,setelah sekian lama ia baru merasakan kembali pelukan hangat yang sangat menenangkan jiwanya itu. "Ibu kira ada maling yang datang ke rumah ini ya, taunya kamu.Kenapa gak bilang kalau kamu akan pulang hari ini?" tanya bu yati. Cahaya menghapus air matanya yang sudah berjatuhan di pipi, kemudian tersenyum. "Aku harus mengabari siapa Bu? aku sebatang kara sekarang." "Syuttttt, ngomong apa sih kamu,kamu masih punya ibu."Balas Bu Yati. Cahaya yang saat ini sudah berusia 27 tahun itupun tak kuat menahan rasa harunya.Ia kembali memeluk bu yati menumpahkan rasa sedihnya di pelukan wanita paruh baya itu. Dari kejauhan Bintang melihat adegan mengharu biru itu dengan tatapan yang sulit diartikan, tanpa ia sadari air matanya juga ikut jatuh, namun ketika mengingat tentang tujuannya buru-buru ia hapus, apalagi saat menyadari bahwa wanita yang ada di dalam sana adalah wanita yang harus bertanggung jawab atas kekasihnya. *** Cahaya berdiri di depan cermin rias, melihat wajahnya di sana. Wajah yang dulu sangat segar ketika usianya 21 tahun kini harus tampak lebih dewasa. Ia mengoleskan bedak dan lipstik tipis-tipis agar tidak terlalu pucat. Rencananya hari ini dirinya akan melamar pekerjaan, beberapa lowongan yang sesuai kemampuannya sudah ia catat, begitupun dengan surat lamaran dan riwayat hidup, ia sudah membuat beberapa lembar surat lamaran yang akan ia titipkan ke setiap perusahaan yang membutuhkan pekerjaan. Cahaya menarik napasnya sejenak sebelum akhirnya ia mulai melangkah meninggalkan rumah kecil miliknya itu.Ia berjalan begitu ceria dan menyapa setiap orang yang lewat di depannya tanpa peduli jika beberapa dari mereka akan mencibir karena dirinya yang mantan napi. Di ujung jalan, Bintang sudah menunggu dan bersiap mengintai semua kegiatan yang akan wanita itu lakukan, tentu apa yang akan Cahaya lakukan akan ia buat kacau , seperti wanita itu yang mengacaukan hidupnya. Cahaya melamar dari perusahan satu dan perusahaan lainnya, tapi sebanyak perusahaan yang sedang membutuhkan pegawai tidak ada satupun yang menerimanya, selain karena umurnya yang sudah diatas 25 tahun, statusnya yang pernah tersandung kasus membuat mereka berfikir ulang untuk menerima wanita itu. Apalagi dengan diam-diam Bintang menyuap mereka untuk tidak menerima Cahaya sebagai karyawan. Akhirnya siang itu Cahaya hanya bisa menelan rasa kecewa yang teramat, ia berjalan sedikit lunglai dibawah teriknya sinar matahari.Karena merasa kakinya yang pegal ditambah tenggorokannya yang kering, wanita itu memutuskan untuk beristirahat di pinggir trotoar dan membeli air mineral di pedagang asongan. Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti tepat di depannya, lalu seorang pria tampan memakai kacamata hitam keluar dari dalam mobil tersebut. Pria itu langsung membeku di tempat ketika melihat cahaya yang tengah duduk sambil meneguk air mineral itu. "Cahaya." Panggilnya. Wanita itu langsung menoleh kearah sumber suara, dan melihat kekasihnya sudah berdiri didekat mobil. Keduanya saling menatap dengan jarak hanya beberapa meter saja. Jika Cahaya menatap penuh kerinduan pada Deri, sebaliknya pria itu terlihat datar, padahal ini adalah pertemuan mereka untuk yang pertama kalinya setelah malam itu di rumah sakit. "Deri.."Bisik Cahaya dengan lirih. Pria itu langsung menoleh ke segala arah, saat merasa tak ada yang melihat dirinya, Deri langsung meraih lengan Cahaya dan membawanya masuk kedalam mobil. "Der, kita mau kemana? kau mau apa?" Tanya Cahaya sedikit kaget, karena tiba-tiba saja Deri berbuat seperti itu. "Tenang dulu ya, kita cari tempat yang aman untuk kita bicara." Balas pria itu. Cahaya sedikit tertegun, meski akhirnya ia mengangguk setuju. Keduanya kini berada di sebuah tempat yang sedikit jauh dari perkotaan, bahkan mobil atau motor pun jarang melewati tempat ini. Deri berdiri di pinggir jalan di susul oleh cahaya, mereka akhirnya duduk diatas kap mobil sambil menikmati minuman bersoda yang tersedia di mobil pria itu. "Maaf."Kata Deri sedikit menunduk. "Untuk?" Balas Cahaya. Karena saat kamu keluar harusnya aku menjemput, tapi aku sedang sibuk syuting.Maafkan aku." Cahaya tersenyum, meski agak getir.Dalam bayangan kemarin, sesungguhnya ia sangat berharap Deri berada di sana menjemputnya, tapi ada daya saat pintu penjara di buka yang di dapat hanya kesunyian. "Tak apa, aku mengerti kesibukanmu sekarang.Selamat ya kamu sudah sukses,aku bangga."Balas Cahaya. Deri hanya tersenyum. ''Tidak mudah untuk berada di titik ini, Cahaya.Dan semua berkat kamu."Balasnya Lagi. "Semua berkat perjuanganmu juga." "Oh ya, kamu tinggal di rumah nenek?" Cahaya mengangguk. "Malam ini aku akan datang, masak yang enak ya, aku rindu nasi goreng buatanmu." Cahaya tersenyum, setidaknya ia bahagia karena Deri masih mengingat dengan masakannya. Malam itu, Keduanya makan malam dengan nikmat, Deri menceritakan bagaimana kesibukannya sekarang,selain itu dia juga menceritakan tentang ayah dan ibunya yang saat ini sudah tidak bekerja dan hanya menikmati hasil jerih payahnya. "Bagaimana keadaan mereka sekarang, Der? sehat?" Tanya Cahaya, teringat dengan kedua orang tua pria itu yang sudah dianggap keluarga sendiri olehnya. "Mereka baik sayang, aku yakin ayah dan ibu pasti senang melihat kamu sudah bebas."Balas Deri.Pria itu memegangi lengan Cahaya dengan lembut,perlahan ia membelai rambut Cahaya,dan mulai melabuhkan ciuman lembut di sana. Awalnya Cahaya diam saja, tapi lama kelamaan ia juga ikut terbawa suasana,apalagi ketika ciuman itu merambah kearah leher,dan turun ke bawah. Deri menggendong tubuh Cahaya dan merebahkannya di kasur, satu persatu bajau wanita itu ia lucuti tanpa melepaskan panggutan keduanya. "Aku merindukanmu, sayang."Bisik Deri lirih. Pria itu kembali menyapu seluruh tubuh cahaya di mulai dari telinga, hidung, mata dan merambat kearah bawah.Sedangkan Cahaya hanya diam saja tanpa membalas apa yang sedang Deri lakukan saat ini. Hingga tiba-tiba pria itu berhenti ketika wajahnya tiba di area perut Cahaya. "Ya..ini apa?" tanya Deri, sambil menunjukan sebuah bekas luka jahit di bagian perut cahaya. Seketika wanita itu langsung beringsut dan menyambar selimut di sebelahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD