2

1444 Words
"Kita lagi cuti sayang, masih aja sibuk sama Hp" tegur Bayu pada Meywinda. Setelah landing tadi Meywinda sangat sibuk dengan ponsel. Alhasil membuat Bayu sedikit terusik, ia tidak suka diabaikan. Mereka baru saja sampai di Jogjakarta,kota kelahiran Meywinda. "Iya sayang sebentar ini tadi owner ku ada ngabarin sesuatu" jawabnya tanpa menoleh pada Bayu. Terlalu fokus,bahkan ketika menuruni tangga Mey hampir jatuh kalau saja Bayu tidak sigap memegang tangan nya. Lalu dengan jengkel Bayu merebut ponsel istrinya dan dimasukkan kedalam saku jaket. Kalau sudah begitu Meywinda pasti tidak berani untuk ngeyel lagi. Tangan Meywinda digandengnya sampai mereka keluar Bandara. "Mas Bayu,Mbak Mey" panggil seseorang didekat mobilnya. Bayu mendekat sambil tersenyum. "Hay, apa kabar?" Tanya Bayu pada Shena,Anaknya Budhe Wati yang terakhir. Memang beberapa hari lalu sudah diberi kabar bahwa yang menjemput mereka adalah Shena. Mengingat yang lain sedang sibuk mempersiapkan acara untuk Reka, yang tidak lain adalah Kaka dari Shena. "Alhamdulillah,baik Mas, Mbak" jawabnya lalu menyalami satu persatu. Shena kemudian mempersilahkan keduanya masuk mobil untuk menuju rumahnya. Dimobil mereka ngobrol hangat,disamping jarang bertemu juga karena sibuk urusan masing masing. "Gimana sekolah kamu? Jadi mau melanjutkan dimana?" Tanya Meywinda. "Lancar sih Mbak,bentar lagi juga UN. Kalo kata Mama sih suruh di Jogja aja tapi aku pengen di UI deh kalo lolos seleksi" "Nggak mau di Bandung aja biar nanti nggak usah indekos, tinggal dirumah Mas sama Mbak aja" kata Bayu. "Mau sih Mas cuma prioritas aku masih UI,doain ya Mas Mbak biar nanti masuk dan Mama kasih ijin juga" kata Shena. "Iya semoga kamu lolos" "Mbak Winda sendiri sekarang sibuk apa?" "Ngurusin Mas Bayu aja sih sama online shop itu, rencananya mau jual makanan juga" "Wow ,makin sukses aja ya mbak, kemarin aku liat instastory Mbak Winda yang jadi pembicara itu,keren Mbak, itu di UI ya? Kaya nggak asing" "Iya kemarin sempet ngisi acara disana juga, oh iya Reka dapat orang mana? Nggak kedengaran kabar udah mau nikah aja,kayak baru kemarin aku ninggalin Jogja udah pada gede gede aja" Kata Mey. "Orang Magelang Mbak" Meywinda hanya mengangguk saja. Ia memejamkan mata karena memang masih sedikit mengantuk,sedangkan Bayu menemani perjalanan mereka dengan obrolan ringan. Setelah sampai di rumah Shena di Kaliurang mereka lalu turun. Sudah banyak orang yang datang,sanak saudara dari Budhe Wati. Bayu menyalami Bapak mertua dan beberapa kerabat yang sedang duduk di depan rumah. Meywinda,sudah masuk kedalam untuk menemui Ibu dan juga Budhe nya. "Assalamu'alaikum Bu,ibu sehat?" Sapa Mey pada Ibunya yang sedang membantu memotong sayuran. "Waalaikumsalam Nduk, Alhamdulillah Ibu sehat,Bayu mana?" "Didepan Bu,sama Bapak dan yang lain juga" jawab Mey, ia lalu menyalami ibu ibu yang ada di dapur,beberapa Mey kenal orang nya karena dulu sering bertemu ketika ia masih di Jogja. "Budhe mana Bu?" Tanya Mey. "Dikamar tadi mau mengambilkan barang, nanti kamu nginep dirumah kan Nduk?" "Iya nanti pulang kerumah,aku ketemu Budhe dulu ya Bu" pamit Mey yang diangguki oleh Wahyuni,Ibu Meywinda. Tok.. tok.. tok.. "Budhe" panggil Mey. Terdengar suara masuk dari dalam lalu Meywinda masuk. Disalaminya tangan Budhe kesayangannya itu. Fyi, Budhe Wati ini adalah kakak dari Ayahnya,salah satu orang terdekat dengan Meywinda. Teman curhat Meywinda sampai sekarang. Dulu saat akan menikah pun Meywinda sempat curhat dengan Budhe nya ini. "Ya ampun Nduk, Budhe kangen, dari tadi yang Budhe tanyain kamu udah sampai belum gitu, mana Bayu?" Kata Budhe Wati sambil memeluk ponakannya. "Didepan Budhe, Winda juga kangen sama Budhe" "Makan dulu,udah ada makanan diluar,ajak Suami mu juga" "Iya nanti Budhe, Budhe lagi ngapain kok bajunya dikeluarin semua?" "Ini Budhe bingung mau pilih kain yang Mana,besok itu kan akad nya,Budhe disuruh pakai kain bebas dari periasnya. Huft sebel Budhe harus nyiapin, lha wong biasanya juga dari salonnya. Meywinda terkikik geli "Yaudah nanti Winda bantuin,keluar yuk Budhe kok diluar rame" ajak Meywinda. Ketika keluar sudah ada Bulik Sri,adik dari Ayahnya. "Ya ampun Mbak,nggak nyangka Aku,Reka uwes arek nduwe bojo" sapa Bulik Sri sambil memeluk Budhe Wati. Bulik Sri ini tinggal di Wonosobo,suaminya orang sana,pengusaha Carica yang cukup sukses disana. "Iya Dek, emang udah begitu" jawab Budhe kalem. Lalu matanya beralih pada Meywinda yang masih berdiri disamping Budhe. "Loh,ini kan anaknya Mbak Yuni toh,yang di Jakarta kapan sampai?" Tanya Bulik, Meywinda lalu tersenyum menyalami Buliknya. "Bukan Jakarta Bulik, di Bandung, baru sampai aja kok Bulik, Bulik apa kabar?" Jawab Meywinda lalu menyalami dan memeluk Buliknya. "Podo wae to nduk, Podo Podo neng ibu kota" jawab Sri yang tidak mau kalah. Budhe Wati tertawa. "Ya beda to Dek, Jakarta baru ibu kota, Bandung itu bukan ibu kota" bukannya mengalah Bulik Sri malah tersenyum kecut,kebiasaan tidak mau kalah. "Yo wes ayo Podo dhaharan disek ,udah siang makan semua baru nanti kerja lagi" ajak Budhe menggiring Bulik dan Meywinda keruang tengah. *** "Mas aku capek" bisik Mey pada Bayu yang kala itu masih duduk dengan Bapak yang lain. Diliriknya jam yang ada ditangannya,sudah pukul 10:00 wib. "Yaudah pulang aja yuk? Panggil Ibu dulu besok kita kesini pagi pagi" kata Bayu, biar bagaimanapun ia tau bagaimana kondisi Mey kalau kecapekan. Setelah pamit pada Budhe dan beberapa orang yang masih disana Meywinda dan keluarga nya pulang kerumah. Jarak antara rumah Budhe Wati lumayan jauh,rumah Ibu Mey berada di perumahan yang ada di pusat kota Jogjakarta. Perumahan Sariwangi di jl. Magelang. Lalu begitu sampai di rumah,Ibu mempersilahkan Bayu juga Mey untuk istirahat,mengingat banyaknya rentetan acara besok pagi,terlebih lagi mereka baru sampai tadi pagi,sejak sampai pun mereka sama sekali tidak istirahat karena membantu orang-orang di rumah Budhe. "Capek ya sayang? Istirahat gih?" Kata Bayu ketika melihat Mey duduk didepan kaca meja riasnya. "Capek sih Mas, Mas mau mandi dulu? Aku siapin baju dulu" Mey lalu bangkit berdiri,mengambil tas yang sudah ditaruh di sofa tadi. Bayu mendekati istrinya,dipeluknya tubuh ramping Mey lalu dikecupnya bahu Mey lembut. "Kamu itu capek sayang, aku bisa ngurus sendiri dulu,besok kamu masih riweh ngurus aku loh" Meywinda berbalik menatap Suami nya. Dielusnya pipi Bayu lembut lalu diciumnya singkat. "Tugas aku sebagai istri mau mastiin kalau Suami aku,aku urusin dengan bener bener,setelah kamu ucapin ijab Qabul waktu itu,aku udah janji sama diri aku sendiri untuk bener bener mengabdi sama kamu,capek itu nggak masalah Mas,itu emang tugas aku" jawabnya sambil tersenyum. Hati Bayu kembang kempis mendengar pernyataan barusan. Tidak salah ia memilih wanita seperti Meywinda. Allah tidak pernah salah mempertemukannya dengan wanita sepertinya. Kemudian Bayu mandi dan Meywinda menyiapkan baju untuknya. Meywinda memang seperti itu, orangnya keibuan,untuk urusan Bayu ia ingin Semuanya perfect. Setelah Bayu mandi, Meywinda pun sama. Lalu mereka berbaring di kasur Meywinda dulu saat masih lajang. Kamar yang sama sekali tidak dirubah oleh sang Ibu. Alamat bersejarah yang menemani Mey tumbuh. "Tadi Bulik Sri bilang, kok aku nggak hamil hamil" kata Meywinda ketika mereka sudah berbaring, Bayu sudah siap dengan posisinya tidur,memeluk istrinya. "Terus kamu jawab apa?" "Aku jawab, Allah belum kasih" "Bulik kamu sedikit nyinyir banget orangnya ya,Pak Lik juga gitu tadi pas aku ngobrol sama Bapak juga kaya mojokin terus" "Ya emang gitu sih" ada hening sebentar sebelum Meywinda memanggil Bayu yang mulai memejamkan mata. "Emmm mas?" "Hmmm??" "Kalau aku nggak hamil hamil kamu marah nggak?" Seketika Bayu membuka mata. Ditatapnya Meywinda lembut. Ia mengecup keningnya singkat. "Seandainya Allah nggak kasih kita anak aku nggak masalah asal kamu selalu ada disamping aku" jawab Bayu. Sebagai seorang istri dan perempuan Meywinda juga sering merasakan kegalauan perihal keturunan. Bayu sih nggak pernah menuntut apa apa tapi Mamanya yang sering bertanya,Ibunya juga meskipun paham kalau belum dikasih mau bagaimana. Ketika tidak ada respon dari Meywinda,Bayu semakin erat memeluk istrinya itu,sudah paham pasti ia sedang berpikir negatif. "Sayang, rejeki,anak,mati semua udah digaris sama Allah,mungkin kita belum dikasih karena Allah mau lihat usaha kita,mesti ada yang dibenerin dari diri kita" "Berkali kali aku bilang,nggak usah dengerin orang yang bikin kamu down,ini hidup kita, ada aku dan kamu, kamu nggak usah mikirin lainnya kalau aku aja nggak masalah,yang aku butuhkan itu kamu bukan yang lain, anak itu sebagai pelengkap, lagian buat apa sih buru buru ketakutan ,kita masih 6 bulanan menikah,masih banyak proses yang harus dijalani,ngapain buru buru" "Sayang" panggil Bayu ketika tidak ada balasan. Dilihatnya Meywinda hanya diam termenung. "Hey" "Aku takut Mas" air matanya sudah mulai menetes. Bayu menghela nafas pelan. Salah satu yang ia tidak suka adalah melihat air mata istrinya. Diusapnya pipi itu lembut,lalu dikecupnya singkat. "Mey Udah ah, nanti kamu pusing kalau gini,yang bikin kamu kepikiran nggak usah dibahas,aku ngerti aku paham dan aku nggak peduli apapun,tidur yuk" kata Bayu. Lalu Meywinda merangsek kedada Bayu,tempat dimana ia bisa merasa nyaman. Tempat dimana ia berkeluh kesah. Sejak jaman pdkt sampai sekarang Bayu sama sekali tidak berubah, ia tidak peduli dengan keadaan sekitar jika itu menyangkut tentang orang yang ia sayangi. *** Untuk part 2 segini dulu ya,semoga suka? Semoga suka sama cerita baru. Bayu-Meywinda yang akan menemani kalian. Jangan lupa vote and comment ya guys.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD